1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

India Utamakan Kerjasama Ekonomi dengan Cina

Philipp Bilsky
15 Mei 2015

Dalam kunjungannya ke Cina, PM India Modi akan mendahulukan kerjasama ekonomi ketimbang mengatasi konflik perbatasan yang tak berkesudahan. Lawatannya ini akan semakin menautkan nasib kedua negara.

https://p.dw.com/p/1FQBD
Staatsbesuch Indiens Premierminister Modi besucht China Xi Jinping
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon

Selama tiga hari Perdana Menteri India, Narendra Modi akan melawat ke jiran raksasa di utara. Cina dan India menurut pakar dipisahkan oleh politik, namun disatukan oleh kepentingan ekonomi. DW berbincang dengan peneliti Cina, Moritz Rudolf.

Deutsche Welle: Agenda apa yang akan mendominasi kunjungan Narendra Modi ke Cina?

Moritz Rudolf: Saya kira pertemuan antara kedua kepala negara akan menyentuh hampir semua aspek dalam hubungan India dan Cina. Titik beratnya menurut saya adalah kerjasama ekonomi.

Isu ekonomi apa yang akan dibahas?

Saya kira kemungkinan terbesar kedua pemerintah akan menandatangani kontrak kerja senilai miliaran Dollar. Yang menarik adalah rencana investasi perusahaan Cina untuk memodernisasi sistem transportasi kereta api di India. Terutama dalam bidang ini saya kira akan ada kesepakatan.

India mencatat defisit perdagangan sebesar hampir 40 Miliar US Dollar terhadap Cina. Apakah fakta ini juga akan berperan?

India mengeluhkan bea cukai yang tinggi membuat perusahaan India kesulitan menawarkan produknya dengan harga yang kompetitif di Cina. Contohnya pada sektor teknologi informasi, farmasi atau pertanian. Saya bisa membayangkan ada kesediaan berkompromi dari pihak Cina dalam hal ini. Yang pasti isu ini akan masuk dalam agenda pembahasan.

Cina dan India berseteru sejak beberapa dekade soal perbatasan. Menurut anda mungkinkah ada terobosan baru dalam konflik perbatasan?

Saya tidak yakin. Sikap pemerintah Cina sejak awal sudah jelas, yakni melimpahkan tanggungjawab untuk menuntaskan masalah perbatasan kepada generasi mendatang. Dan saya tidak meyakini Presiden XI Jinping akan berubah sikap. Tapi saya kira konflik ini akan turut dibahas dan kedua pihak bakal menyepakati langkah lanjutan untuk membangun kepercayaan antara satu sama lain.

Bagaimana bentuknya?

Misalnya mungkin mengundang kedua pihak pada upacara penaikan bendera di wilayah perbatasan. Dengan cara itu masing-masing mulai mengenal satu sama lain dalam level pribadi. Itu sudah merupakan langkah pertama ke arah yang benar. Dan ini bisa mengakibatkan bahwa satu sama lain tidak lagi saling menjelek-jelekan.

Cina saat ini berupaya memperkuat pengaruhnya di kawasan, misalnya dengan membangun jalur sutra modern. Bagaimana India menanggapinya?

Dari sudut pandang India kebijakan tersebut tentu saja merupakan ancaman. Yang menarik adalah, Modi belakangan banyak melakukan kunjungan ke negara-negara sekitar untuk menjalin kerjasama ekonomi dan membatasi pengaruh Cina. Saat yang bersamaan ada pendekatan baru antara India dan Amerika Serikat seputar kerjasama di Samudera Hindia. Dan investasi besar Cina di Pakistan juga dipandang problematis.

Tapi ada juga sisi positifnya. Karena India juga bisa diuntungkan lewat inisatif membangun jalur sutra. Saya bisa membayangkan, India bisa menghubungkan proyek jalur sutra dengan pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Industri baja Cina saat ini sedang kelebihan kapasitas, sementara India membutuhkan baja dalam jumlah besar. Dalam kasus semacam ini kedua negara bisa menjalin kerjasama erat. Selain itu Cina saat ini sudah menjadi mitra dagang terbesar India dan investor terbesar di kawasan.

Moritz Rudolf adalah peneliti di Mercator Institute for China Studies (MEIRCS). Ia antara lain mengelola proyek penelitian "Kebijakan Luar Negeri dan Ekonomi Cina."