1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Imlek Tanpa Ayam di Hong Kong

28 Januari 2014

Pemusnahan 20.000 ayam sedang berlangsung di Hong Kong, setelah virus maut flu burung H7N9 ditemukan pada daging unggas yang diimpor dari Cina daratan, beberapa hari sebelum perayaan tahun baru Imlek.

https://p.dw.com/p/1AyKI
Foto: Reuters

Kekhawatiran atas flu burung berkembang menyusul kematian dua laki-laki yang terpapar H7N9 di Hong Kong sejak Desember silam. Keduanya saat itu diketahui baru kembali dari Cina daratan.

Jumlah kasus flu burung yang menulari manusia di Cina bulan ini mencapai 102 dengan 22 diantaranya meninggal dunia. Wilayah paling parah terkena dampak adalah provinsi Zhejiang yang telah menutup pasar-pasar unggas di berbagai kota utama di sana.

Para pejabat mengenakan masker dan baju pelindung ketika menumpuk ayam mati ke dalam kantung plastik hitam di pasar Cheung Sha Wan, Hong Kong, di mana virus ditemukan.

Cheung Sha Wan – satu-satunya pasar unggas di Hong Kong – ditutup selama 21 hari untuk menjalani proses disinfeksi atau pembersihan kuman.

Para penjaja tidak diperbolehkan membeli ayam hidup dan para peternak tak punya tempat untuk memasarkan ayam mereka, membuat para pedagang dan pemilik toko kecewa.

Sesuai tradisi, warga Hong Kong biasanya membeli ayam hidup untuk perayaan tahun baru Imlek bersama keluarga mereka.

”Saya ingin beli satu (ayam) untuk ibu saya merayakan pesta (tahun baru Cina),” kata seorang pembeli di pasar makanan yang ramai, Wan Chai Road.

“Tapi kini tak ada, saya harus membeli sesuatu yang lain. Ayam hidup rasanya lebih enak daripada ayam beku. Teksturnya (daging) berbeda,” kata perempuan itu.

Di sebuah toko penjual ayam hidup yang kandangnya biasanya penuh unggas itu, kini kosong melompong.

“Tentu saja ada rasa tidak nyaman karena kami masih harus membayar sewa dan kami ingin mendapatkan uang. Volume penjualan akan terpengaruh,” kata pedagang bernama Law berusia 59 tahun tersebut.

Protes atas pemusnahan

Pemusnahan unggas massal dimulai pada hari Selasa (28/01/14) pukul 10.00 dan akan berlangsung selama 10 jam, demikian pernyataan pejabat departemen pertanian.

Ayam-ayam itu akan diberi “zat kimia“ untuk membunuh mereka, setelah itu mereka akan dikirim ke tempat pembuangan sampah, kata pejabat tersebut.

Langkah itu diambil beberapa hari setelah Hong Kong memperkenalkan sistem uji secara luas atas unggas hidup impor menyusul munculnya kekhawatiran atas keamanan produk-produk impor, khususnya dari Cina daratan.

Para peternak ayam lokal dan grosir unggas mempertanyakan kenapa ayam impor yang dicurigai membawa virus tidak diberhentikan di tempat pemeriksaan perbatasan, tapi juru bicara pemerintah beralasan di sana tak ada tempat untuk menampung ayam-ayam impor tersebut.

“Pemerintah harus bertanggung jawab penuh. Seharusnya ayam-ayam itu dihentikan di perbatasan hingga mereka dipastikan aman dari flu burung,” kata seorang pedagang grosir bernama Cheng Chin-keung.

“Kini ayam-ayam dari Cina bercampur dengan ayam lokal di semua pasar dan mereka semua harus dimusnahkan.”

Ia mengaku merugi hingga hampir Rp 10 milyar akibat pemusnahan ini.

Puluhan pedagang ayam menggelar protes di luar kediaman pemimpin Hong Kong, Leung Chun-ying, pada Senin malam (27/01/14).

Tapi Leung mempertanyakan tradisi membeli ayam hidup untuk mendapatkan daging segar.

“Dalam jangka panjang, haruskan kita memelihara kebiasaan memakan ayam hidup? Rakyat Hong Kong harus melihat ke dalam masalah ini,” kata dia kepada para wartawan.

Virus H7N9 mulai menyebar di Cina, Februari 2013 dan menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa virus tersebut bermutasi dan membuatnya menjadi lebih mudah menular dari manusia ke manusia lain, dan berpotensi memicu wabah.

ab/vlz (afp,ap,rtr)