1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yunani Ambil Alih Kepemimpinan Uni Eropa

Bernd Riegert1 Januari 2014

Sebagai negara yang masih dilanda krisis ekonomi yang parah, bisakah Yunani memimpin Uni Eropa? Selama enam bulan mendatang, negara itu akan menentukan berbagai agenda penting.

https://p.dw.com/p/1Ajzw
Foto: picture-alliance/dpa

Situasi ekonomi di Yunani masih memprihatinkan. Lapangan kerja semakin sedikit, pengangguran meningkat dan kemiskinan meluas. Untuk memperbaiki anggaran negara, pemerintah terpaksa menaikkan pajak. Setelah menerima bantuan dari Uni Eropa dan IMF, perekonomian mulai membaik, tapi sangat lamban.

Anggota parlemen Yunani Konstantinos Karagkounis menyebut situasi saat ini sebagai "bencana kemanusiaan." Memang beberapa indikator ekonomi mulai menunjukkan perbaikan, tapi untuk kebanyakan warga Yunani kehidupan semakin sulit, kata Karagkounis.

Sesuai prinsip rotasi, Yunani mengambil alih kepemimpinan Uni Eropa mulai 1 Januari 2014. Ini sebuah tantangan besar. Sebab sebagai Ketua Uni Eropa, negara itu harus memimpin ratusan rapat khusus dan 13 pertemuan tingkat menteri di Athena.

Anggaran terbatas

Sampai tahun ini, Yunani masih menerima bantuan dana dari Uni Eropa, IMF dan Bank Sentral Eropa, ECB. Ketiga lembaga yang disebut 'Troika' ini mengawasi seluruh penggunaan anggaran dengan ketat. Untuk kepemimpinan Uni Eropa, Troika setuju mengucurkan dana sampai 50 juta Euro.

Menurut anggota parlemen Eropa Jorgo Chatzimarkakis, dana itu sebenarnya terlalu kecil. "Anggaran Yunani untuk enam bulan ke depan 40 persen lebih kecil daripada dana Ketua Uni Eropa sebelumnya," katanya. Jadi, Yunani terpaksa harus menggunakan anggaran itu dengan efektif.

Kepemimpinan Yunani sebenarnya hanya berlangsung selama tiga setengah bulan, kata duta besar Yunani untuk Uni Eropa, Andreas Papastavros. Sebab bulan Mei mendatang akan dilangsungkan pemilihan parlemen Eropa. Jadi sampai bulan April, semua agenda sudah harus rampung.

Tema ekonomi, pengungsi dan pemilu Eropa

Yunani terutama ingin mengangkat tema stimulasi ekonomi dan pengawasan perbankan. Ini sangat penting bagi negara yang sedang dilanda krisis ekonomi itu. Selain itu, masalah pengungsi dan migrasi juga menjadi agenda penting.

Tentu saja, pemilu parlemen Eropa bulan Mei juga menjadi isu besar, kata Andreas Papastavros. Sebab semakin banyak warga Eropa yang skeptis terhadap Uni Eropa. Banyak warga Yunani mengkritik Uni Eropa yang memaksa pemerintah mereka menerapkan paket penghematan sangat ketat. Ada kemungkinan, banyak pemilih Yunani akan menjadikan pemilu Eropa sebagai ajang protes dan balas dendam.

Perdana Menteri Yunani Antonis Samaras berusaha tetap optimis. Ia menyatakan, ekonomi negaranya sudah membaik, dan tahun 2014 Yunani tidak perlu bantuan tambahan dari luar negeri. Kepemimpinan Yunani akan menjadi "harapan bagi Eropa yang lebih baik," tandas Samaras.