1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140911 Palästinenserstaat Vorbereitungen

15 September 2011

Pekan depan dimulai sidang umum PBB, dan presiden Palestian diperkirakan akan mengajukan permohonan pengakuan negaranya oleh PBB. Persiapan menjelang hari tersebut terlihat di seluruh penjuru kota Ramallah.

https://p.dw.com/p/12YzO
Warga Ramallah di depan kantor PBB menyampikan surat permohonan pada Ban Ki Moon untuk mengakui negara merekaFoto: dapd

Ramallah mengalami boom. Tidak terhitung jumlah pertokoan dan perumahan baru yang ada. Kompleks hotel raksasa dari jaringan hotel mewah internasional telah dibangun. Di pusat kota istana presiden baru selesai. Ini seakan simbol dan tanda untuk menunjukkan kesiapan Palestina.

Lakukan Kampanye

Bagi Husam Zomlot dari partai Fatah yang memerintah jelas sudah, dengan inisiatif warga Palestina untuk mendapat pengakuan dari PBB, dimulai babak baru dalam sejarah negaranya. "Kami ingin menjadi anggota penuh komunitas internasional. Kami ingin menjadi bagian dari keluarga. Kami tidak ingin berada di pinggiran saja."

Husam Zomlot adalah pimpinan komisi bagi hubungan internasional di partai Fatah. Menurut Zomlot, dalam beberapa hari terakhir ini ia berkomunikasi dengan setiap pihak untuk berkampanye bagi proyek besar Palestina di PBB.

"Waktunya sudah tiba. Ini momen kami. Seperti baru-baru ini di Libya, beberapa bulan lalu di Mesir, dan mudah-mudahan seperti di Suriah dan di semua negara Arab sekitar kami. Ini pertemuan kami dengan kebebasan, dengan martabat, dimana kami mengendalikan nasib kami sendiri dengan menghentikan ketidakadilan dan pendudukan," dikatakan Husam Zomlot.

Ibukota Sementara

Sosok yang lebih dekat dengan rencana ambisius kemerdekaan Palestina adalah Mohammad Shtayyeh, anggota komite pusat Fatah. Ia termasuk tim perencanaan organisasi pembebasan Palestina bagi rencana besar di PBB. Di waktu bersamaan Shtayyeh mengorganisir waktu pendirian di Ramallah. Bagi negara dengan masyarakat yang berkembang, mantan menteri pembangunan ini merencanakan kawasan gedung pemerintahan dengan kompleks kementrian, helipad dan stadion nasional.

"Walau pun sebagian besar proyek bangunan berlangsung di Ramallah, kami belajar dari contoh di Jerman. Bonn adalah ibukota sementara, kemudian usai reunifikasi pindah ke Berlin. Bagi kami di Ramallah adalah solusi transisi. Begitu Yerusalem kembali menjadi milik Palestina, sebagai bagian dari negara Palestina, maka kami akan pindah ke Yerusalem dan gedung-gedung di Ramallah akan kami serahkan ke institusi publik, kompleks PBB dan sebagainya," papar Mohammad Shtayyeh.

Dunia internasional lah yang mendukung warga Palestina untuk mempersiapkan pendirian negaranya. Setahun yang lalu Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan di hadapan sidang umum PBB, "Jika tahun depan kita kembali ke sini, kita sudah bisa mencapai kesepakatan tentang anggota baru PBB. Yakni, negara Palestina yang merdeka, berdaulat dan hidup berdampingan dengan Israel dalam damai."

Sebastian Engelbrecht/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Dyan Kostermans