1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasBelanda

Tiga Orang Tewas akibat Penembakan di Rotterdam

29 September 2023

Polisi Rotterdam mengatakan pelaku bersenjata yang mengenakan pakaian tempur melepaskan tembakan pertama di sebuah apartemen, kemudian di pusat medis sebuah universitas.

https://p.dw.com/p/4WwKo
Penembakan Rotterdam di Pusat Medis Erasmus
Pusat Medis Erasmus di Rotterdam adalah salah satu fasilitas kesehatan utama di kota iniFoto: BAS CZERWINSKI/ANP/AFP

Tiga orang tewas akibat insiden penembakan di kota Rotterdam, Belanda, pada hari Kamis (28/09).

Dua orang korban ditembak di sebuah apartemen di kota pelabuhan, sementara korban ketiga ditembak di Pusat Medis Universitas Erasmus.

"Kami sangat dikejutkan oleh insiden yang mengerikan ini. Tembakan terjadi di dua tempat berbeda di kota ini. Banyak orang yang menyaksikannya," kata Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb. "Amarah di kota ini meningkat. Saya turut berbelasungkawa kepada para korban."

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte juga mengatakan bahwa dia "sangat prihatin" atas insiden penembakan ini. Sementara Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima mengungkapkan belasungkawa kepada keluarga korban yang mengalami "kesedihan teramat dalam". 

Penembakan Rotterdam di Pusat Medis Erasmus
Area di sekitar rumah sakit ditutup, akibat insiden penembakan di RotterdamFoto: BAS CZERWINSKI/ANP/AFP

Apa yang kita ketahui tentang korban dan tersangka?

Polisi Rotterdam mengatakan bahwa tersangka merupakan seorang mahasiswa berusia 32 tahun di universitas keguruan, dan mengenakan pakaian tempur militer lengkap dan rompi antipeluru saat melakukan aksinya. Pelaku kini telah ditahan.

Tersangka diduga menembak mati seorang perempuan berusia 39 tahun dalam insiden penembakan pertama di komplek perumahan, sebelum akhirnya membakar gedung tersebut.

Anak perempuan dari korban yang baru berusia 14 tahun juga ikut terluka, hingga akhrinya meninggal dunia akibat luka serius.

Tersangka kemudian diduga berpindah tempat ke sebuah ruang kelas di Rumah Sakit Universitas Erasmus, dan diduga telah membunuh seorang dosen berusia 46 tahun.

"Anda tidak akan mengharapkan hal ini terjadi di Belanda," kata seorang saksi mata di bangsal anak-anak kepada kantor berita AFP. "Di Amerika Serikat iya, tapi di Belanda? Saya tidak akan pernah menyangka seorang guru (dibunuh)."

Kepala Polisi Rotterdam Fred Westerbeke mengatakan bahwa pria berusia 32 tahun itu diyakini telah melakukan kedua aksi penembakan seorang sendiri. Polisi telah menangkap tersangka di bawah helipad rumah sakit.

Motif pembunuhan itu belum jelas, tetapi Westerbeke menambahkan bahwa insiden ini merupakan "tindakan yang ditargetkan."

Polisi mengatakan, beberapa rumah rusak akibat serangan pertama oleh pelaku penembakan. Di antara rumah yang rusak adalah kediaman tersangka sendiri. Polisi mengungkapkan, tersangka penembakan ini memiliki catatan kriminal sebelumnya, yakni tindakan penyiksaan hewan pada tahun 2021 lalu.

Kebakaran di kedua lokasi, pusat medis dibuka kembali

Pemadam kebakaran mengatakan pihaknya sedang menyelidiki potensi kasus pembakaran, setelah insiden penembakan di apartemen dan universitas.

Penembakan Rotterdam di Pusat Medis Erasmus
Petugas pemadam kebakaran tengah bekerja di lokasi kebakaran di sebuah gedung di Heiman DullaertpleinFoto: MARCO VAN DER CAAIJ/ANP/AFP

Polisi mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk berkomentar dalam konferensi pers mengenai laporan media bahwa pria tersebut juga menggunakan bom molotov atau alat pembakar serupa dalam aksinya.

Pusat Medis Universitas Erasmus juga mengimbau di media sosialnya, agar orang-orang tidak mengunjungi atau pergi ke lokasi sementara waktu dan menganjurkan untuk pergi ke fasilitas medis lain sebagai gantinya. Namun, pada pertengahan Kamis (28/09) malam, kondisi terakhir sudah aman dan orang-orang kembali dipersilakan untuk datang.

Sebagai rumah bagi lebih dari setengah juta penduduk kota dan lebih dari 1 juta penduduk di wilayah perkotaan yang lebih luas, Rotterdam memiliki pelabuhan tersibuk di seluruh Eropa dan merupakan kota terpadat kedua di Belanda setelah Amsterdam.

Dalam beberapa tahun terakhir, kota ini sedang berjuang melawan kekerasan geng atau mafia, dan juga aksi impor barang selundupan yang ditujukan ke Belanda atau lokasi lain di Eropa, di mana catatannya didokumentasikan dengan baik.

kp/ha (AFP, dpa, Reuters)