1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Teknik Pemindahan Karbon Bisa Atasi Krisis Iklim?

Martin Kuebler
4 Februari 2023

Teknologi pemindahan karbon menjanjikan jalan pintas memangkas jumlah emisi demi mencapai sasaran iklim. Tapi cara ini menciptakan kerusakan jangka panjang yang berpotensi membahayakan generasi masa depan

https://p.dw.com/p/4N4kG
Pembangkit batu bara di AS
Ilustrasi produksi energi berbahan bakar fosilFoto: Branden Camp/AP Photo/picture alliance

Selambatnya kini, dunia mengetahui bahwa memangkas emisi dan transisi menuju energi hijau tidak lagi cukup untuk mencapai target iklim. April silam, Panel PBB untuk Perubahan Iklim menulis, bahkan jika kita mampu memangkas emisi menjadi separuhnya pada 2030, sesuatu yang nyaris mustahil, kita harus tetap menghimpun emisi CO2 dari udara agar bisa mencegah peningkatan suhu global sebesar rata-rata 1,5 derajat Celcius.

Teknologi baru untuk mengumpulkan dan menyimpan CO2, seperti BECCS, masih sangat terbatas dan belum teruji.

Apa itu BECCS?

BECCS, atau Bioenergy with Carbon Capture & Storage, secara sederhana ingin memanfaatkan limbah organik pertanian untuk memproduksi energi. Emisi karbon yang tercipta kemudian dipompa ke dalam ruang penyimpanan bawah tanah. Menurut Meron Tesfaye, peneliti di Carbon180, LSM Amerika Serikat yang fokus meneliti solusi penyimpanan emisi, teknologi BECCS memang "menghadapi skpetisme dini."

Cara kerja BECCS
Cara kerja bioenergi dengan pemindahan dan penyyimpanan karbon

Tapi menurutnya "perubahan iklim adalah ancaman yang terlalu besar untuk tidak mengeskplorasi potensi seperti pada teknologi BECCS sampai ke batas maksimalnya." Tesfaye meyakini, BECCS punya potensi yang besar sebagai solusi iklim. Namun begitu, dia menggarisbawahi bahwa tidak ada satu solusi ampuh bagi polusi emisi.

Kritik menyebut BECCS punya banyak kelemahan, termasuk biaya pengadaan dan dampak sosial yang tinggi. "Solusi ini adalah trik cepat yang dipromosikan secara habis-habisan oleh industri bahan bakar fosil," tulis LSM kehutanan Eropa, Fern, dalam laporan terakhir.

Fern menilai "proses BECCS tidak bisa diandalkan karena bergantung pada banyak variabel untuk bisa menjadi opsi yang serius."

"Rantai proses BECCS menyedot energi dalam jumlah besar dan mengalami kebocoran CO2 yang sedemikian besar, teknologi ini akan sulit mencapai nol emisi dalam sejumlah kasus," lanjut lembaga tersebut.

Pantai Gading: Limbah Organik Jadi Biogas dan Pupuk Organik

BECCS menciptakan risiko bagi generasi masa depan

Analis Chatham House, Daniel Quiggin, mewanti-wanti bahwa hampir semua target nol emisi yang telah dicanangkan, sangat bergantung pada solusi pemindahan CO2, seperti pada teknologi BECCS.

"Ketika ilmuwan melihatnya sebatas eksperimen, pembuat kebijakan publik malah menggapnya sebagai mesin kebenaran," kata dia. "Dalam kasus terburuk, kebergantungan pada BECCS dan implementasi yang buruk bisa memperlambat pengurangan emisi. Seorang analis mengindikasikan bahwa dampaknya malah bisa menambah kenaikan temperatur."

Dewan Penasehat Sains Akademi Eropa (EASAC), juga mengritisi tren BECCS, terutama jika memperlemah komitmen untuk membiayai solusi lain.

"Bergantung pada teknologi seperti BECCS untuk mengkompensasi rendahnya pengurangan emisi saat ini hanya akan mengancam generasi masa depan," kata Michael Norton, Direktur Program Lingkungan EASAC. Dia mengimbau agar proyek BECCS dibatasi pada skala lokal, dan bahwa teknologi pemindahan karbon sebatas strategi tambahan, bukan bagian integral dari program reduksi.

"Ancamannya adalah bahwa BECCS akan ditawarkan oleh politisi sebagai solusi pamungkas krisis iklim untuk mengalihkan perhatian dari solusi yang lebih sulit secara politis," imbuhnya.

rzn/as