1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taruhan Tinggi Najib Razak

Edith Koesoemawiria3 Mei 2013

Karismanya tak sekuat saingannya, tapi strateginya tak kurang cerdas. Jelang pemilu Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak hadapi sorotan dari dalam dan luar partai.

https://p.dw.com/p/18R8h
Foto: Gatty Images

Lahir dalam keluarga yang bertradisi politik, Perdana Menteri Najib Razak yang berusia 69 tahun memerintah sejak 2009. Ayahnya, Abdul Razak Hussein, menjabat Perdana Menteri Malaysia kedua dari tahun 1970 - 1976. Jabatan itu kemudian diisi oleh paman Najib Razak, Hussein Onn.

Menggalang Pendukung Baru

Perjalanan karirnya diawali ketika berusia 23 tahun, setelah meraih gelar Bachellor of Arts di bidang ekonomi industri di Inggris. Setahun kemudian, Najib Razak menjadi wakil menteri termuda. Ia pernah menangani sejumlah portfolio, termasuk pendidikan dan pertahanan.

Jabatan Perdana Menteri diraihnya 2009, satu tahun setelah pemilihan umum 2008, saat Barisan Nasional terpukul dan kehilangan posisi mayoritas di parlemen.

Berusaha memenangkan kembali dukungan, sejumlah langkah Najib menerobos tentangan dari kubu konservatif dalam partainya. Kepada pengritiknya ia ingatkan bahwa para pemilih mendatang tidak bisa lagi disuap nasionalisme usang. Ditekannya, mayoritas pemilih muda akan bertanya apa yang akan tersedia bagi mereka nanti.

Ia meluncurkan sejumlah program liberalisasi ekonomi dan berhasil menarik modal asing. Kritik terhadap pemerintah yang semakin lantang, dijawabnya dengan membatalkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, ISA dan mengurangi pembatasan hak-hak warga.

Program 1Malaysia Menjadi Sorotan

Namun bagi Barisan Nasional yang berkuasa sejak Malaysia merdeka, kritik hanya berkurang sedikit. Terutama dari oposisi, yang menilai sejumlah program nasional seperti 1 Malaysia diluncurkan begitu dekat dengan pemilu. Program yang sulit ditandingi oposisi dan mengusung kesatuan bangsa itu, juga menyediakan antara lain, layanan klinik kesehatan, email, diskon belanja murah dan dana kegiatan pemuda bagi rakyat Malaysia.

Juga di dalam koalisi partai muncul kekhawatiran akibat program yang diduga bisa menggoyahkan posisi status-quo kaum bumiputera Malaysia. Seiring Pemilu, posisi Najib Razak bisa sulit, apabila ia gagal menggalang dukungan mayoritas dalam pemilu 2013.

ek/ab (rtr/afp/dpa)