1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Deutschland Wahl

28 September 2009

Angela Merkel berhasil mencapai target pemilu yang dicanangkannya. Ia akan memimpin koalisi CDU/CSU dan FDP, yang sering disebut koalisi Hitam-Kuning. Tapi kemungkinan ini terbuka bukan kerena keberhasilan Angela Merkel.

https://p.dw.com/p/JsCw

Kemenangan ini bisa memberi kesan yang salah. Karena hasil pemilu ini justru bisa menjadi awal dari berakhirnya masa jaya Angela Merkel. Partainya, Uni Kristen Demokrat CDU, tidak akan memaafkan hasil yang buruk, yaitu salah satu perolehan suara terendah CDU sejak pendirian Republik Federal Jerman. Dua atau mungkin tiga tahun Merkel akan bertahan sebagai kanselir Jerman, setelah itu ia mungkin harus memberi tempat kepada orang lain.

Bukan hanya karena sayap konservatif dan ekonomi dalam Partai CDU akan merasa mendapat angin baru, setelah Angela Merkel membungkam suara mereka dalam pertarungan internal partai. Kesulitan lain yang akan dihadapi Merkel adalah strateginya untuk memilih partai liberal FDP sebagai satu-satunya mitra koalisi. Padahal haluan politik Merkel banyak dipengaruhi oleh pemikiran sosial. Sekarang, Merkel harus berhadapan dengan Partai Demokrat Liberal FDP, yang berhasil menang secara sensasional. FDP akan menagih imbalan untuk keberhasilan ini. FDP akan berusaha mewujudkan janji utamanya, yaitu penurunan pajak.

Selama kampanye FDP tidak menjelaskan, bagaimana hal ini bisa dilakukan. Juga setelah pemilu, bakal sulit menjelaskan bagaimana penurunan pajak bisa dibiayai. Keberhasilan FDP sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Konsep mereka untuk menghadapi krisis sederhana saja: Turunkan Pajak. Di masa krisis, banyak pemilih yang memang khawatir dengan situasi ekonomi. FDP menawarkan tema konkret, sementara CDU dan Partai Sosial Demokrat SPD tidak menyentuh soal ini.

Partai-partai besar berkampanye dengan tema-tema yang terlalu jauh dari pemilih. Mereka mengandalkan slogan-slogan kosong. Penampilan Merkel dan Steinmeier didominasi oleh pernyataan-pernyataan yang terlalu umum. Bagi pemilih, ini terlalu sedikit. Mereka menutut adanya perspektif dan haluan politik yang lebih jelas dan lebih mendekati kenyataan sehari-hari. Tapi partai-partai besar mengabaikan hal itu. Selama pemerintahan koalisi besar, yang dilaksanakan hanyalah politik kompromi. Tidak ada agenda-agenda besar. Karena ada kekosongan agenda, partai-partai kecil mampu melebarkan sayap. Jerman sekarang memiliki sistem politik dengan lima partai. Ini mungkin membuka peluang untuk perubahan mendasar.

Perubahan terutama akan didorong oleh keruntuhan SPD. Basis SPD mengalami erosi parah. Apakah SPD tetap bisa bertahan dengan bentuknya sekarang, patut dipertanyakan. Jika SPD ingin bangkit lagi, mereka harus memikirkan kembali hubungannya dengan Partai Kiri Die Linke. Penolakan mutlak terhadap Partai Kiri ternyata hanya merugikan SPD. Tahun-tahun mendatang bisa jadi kesempatan bagi SPD dan kandidat utamanya Steinmeier untuk memikirkan konsep-konsep kemasyarakatan yang baru.

Jadi setelah kekalahan drastis ini, kubu Sosialdemokrat sebenarnya bisa sedikit menarik napas. Mereka tidak memikul tanggung jawab pemerintahan, dan bisa dengan tenang melakukan pembaruan. SPD tidak harus berhadapan dengan berbagai masalah rumit, yang sekarang harus dihadapi oleh Angela Merkel dan mitra koalisinya. Selama kampanye, CDU dan FDP tidak menawarkan konsep yang meyakinkan. Sekarang, kanselir Merkel tidak bisa lagi mengandalkan kenyamanan koalisi besar seperti dulu.

Marc Koch

Editor: Hendra Pasuhuk