1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Tahun Baru Imlek Belum Jadi Dorongan bagi Pariwisata Asia

20 Januari 2023

Dunia pariwisata Asia tadinya berharap akan terjadi boom kedatangan turis dari Cina selama liburan Imlek. Tapi sebagian besar pelancong Cina tahun ini memilih berlibur di dalam negeri saja.

https://p.dw.com/p/4MTTw
Persiapan Imlek di Thailand
Ilustrasi: Persiapan Imlek di ThailandFoto: Athit Perawongmetha/REUTERS

Dari pantai di Bali hingga gunung bersalju tempat main ski di Hokkaido, tempat-tempat wisata yang biasanya didatangi rombongan wisatawan Cina masih harus menunggu lebih lama, kata operator tur. Ini kenyataan pahit bagi banyak bisnis yang penuh harap setelah Beijing melonggarkan pembatasan perjalanan dan menghentikan kewajiban karantina. Memang turis mulai bertangan, namun sampai bisa pulih seperti dulu, masih perlu banyak waktu.

"Saya pikir, para wisatawan baru akan kembali paling cepat sekitar akhir Februari atau awal Maret," kata Sisdivachr Cheewarattaporn, presiden Asosiasi Agen Perjalanan Thailand. Ia menjelaskan lebih lanjut, banyak orang China tidak memiliki paspor, penerbangan masih terbatas dan operator tur masih bersiap-siap untuk menangani perjalanan kelompok. "Orang-orang mungkin tidak siap, atau masih mempersiapkan diri," katanya dalam sebuah wawancara.

Risiko COVID-19 yang masih membayangi, adalah alasan utama, mengapa banyak warga Cina yang memutuskan melakukan perjalanan di dalam negeri saja. Karena wabah masih terus berlanjut, bahkan kembali meningkat setelah Cina mencabut aturan penguncian nol Covid yang sebelumnya diberlakukan sangat ketat. Untuk saat ini, wilayah Makau dan Hong Kong tampaknya menjadi tujuan yang paling diunggulkan.

Masih khawatir tertular Covid-19

Hanya beberapa hari sebelum awal Tahun Baru Imlek pada hari Minggu (22/1), tempat-tempat wisata ikonis di Makau, seperti Lapangan Senado yang bersejarah dan reruntuhan St. Paul, sudah penuh sesak oleh wisatawan Cina. Lantai perjudian di dua kasino terbesar, sebagian besar penuh, dengan sekelompok pengunjung Cina terlihat duduk mengelilingi meja dadu.

"Saya sangat sibuk setiap hari dan tidak punya waktu istirahat," kata pemilik toko suvenir Lee Hong-soi. Dia mengatakan, penjualan telah pulih mencapai sekitar 70% -80% dari hari-hari pra-pandemi dari nyaris tidak ada omset beberapa minggu yang lalu.

Kathy Lin berkunjung dari Shanghai, sebagian alasannya karena mudah mendapatkan visa, tetapi juga karena dia khawatir dengan risiko tertular COVID-19. "Saya belum berani bepergian ke luar negeri," katanya saat dia dan seorang temannya mengambil foto di dekat reruntuhan St. Paul dari abad ke-17.

"Orang tua di keluarga saya belum terinfeksi, dan saya tidak mau mengambil risiko. "Ada juga kemungkinan terinfeksi lagi oleh varian lain," kata Zheng Xiaoli, 44, seorang karyawan perusahaan elevator di Guangzhou, Cina selatan. Sebelum pandemi, dia sebenarnya ingin ke Afrika "(Situasi) masih tidak pasti, jadi saya akan menahan diri," katanya.

Stasiun di Shanghai, 16 Januari 2023
Kebanyakan warga Cina memilih melakukan perjalanan di dalam negeri.Foto: Aly Song/File Photo/REUTERS

Sektor pariwisata akan pulih satu tahun lagi

Menurut perusahaan jasa perjalanan besar Trip.com, pemesanan perjalanan ke luar negeri untuk liburan Tahun Baru Imlek 21-27 Januari naik lebih dari lima kali lipat. Tapi itu dihitung dengan membandingkan pemesanan dari tahun lalu, ketika perbatasan Cina masih ditutup untuk sebagian besar pelancong dan hampit tidak ada perjalanan ke luar negeri.

Secara keseluruhan, pemesanan untuk perjalanan ke Asia Tenggara naik 10 kali lipat, dengan Thailand menjadi pilihan utama, diikuti oleh Singapura, Malaysia, Kamboja, dan Indonesia. Tapi perjalanan ke Bali dan Australia masih terkendala minimnya penerbangan. Namun setiap hari ada penambahan rute penerbangan.

"Anda akan melihat peningkatan, tentu saja, dibandingkan dengan tahun lalu, ketika Cina masih ditutup, tapi saya rasa Anda tidak akan melihat lonjakan besar wisatawan ke berbagai tujuan di Asia-Pasifik, apalagi Eropa atau Amerika", kata Haiyan Song, profesor pariwisata internasional di Hong Kong Polytechnic University.

Tourism Australia memperkirakan, pengeluaran wisatawan internasional akan melampaui tingkat pra-pandemi dalam waktu satu tahun lagi. Sebelum terkendala pandemi COVID-19, Cina menyumbang hampir sepertiga dari pengeluaran belanja turis, dengan nilai hampir USD 9 miliar.

hp/as (ap)

Tari Barongsai Jadi Perekat Tali Persaudaraan di Aceh