1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setelah Rusia, Annan Bujuk Cina Soal Suriah

26 Maret 2012

Utusan internasional Kofi Annan akhirnya mendapat dukungan Rusia bagi upaya meditasi soal Suriah. Namun Annan masih menghadapi pembicaraan alot pekan ini dengan Cina.

https://p.dw.com/p/14S9B
Kofi AnnanFoto: dapd

Kofi Annan yang diutus Liga Arab dan PBB, dijadwalkan tiba di Beijing hari Selasa (27/03). Ia akan bertemu para pemimpin Cina guna menyampaikan proposalnya untuk mengakhiri kekerasan di Suriah. Sebelumnya Annan melawat ke Rusia untuk keperluan yang sama dan mendapat dukungan Moskow.

"Bagi Suriah, mungkin ini kesempatan terakhir bagi Suriah untuk menghindari perang saudara yang panjang dan berdarah," kata Presiden Dimitri Medvedev.

Cina dan Rusia awalnya dihujani kritik karena memblokir resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang mengutuk aksi mematikan dan berkepanjangan dari militer Suriah dalam menghadapi demonstran. Dukungan kedua negara pemegang hak veto di DK tersebut sangat menentukan bagi pelaksanaan rencana Annan.

Rusia mempermudah

Proposal yang ia ajukan menyerukan penghentian perang di Suriah di bawah pengawasan PBB dan penarikan pasukan pemerintah dari kota-kota pusat protes. Tujuan proposal Annan adalah mendorong transisi yang dipandu oleh Suriah sendiri kepada sistem demokrasi.

Menurut para pengamat, setelah Rusia menegaskan sikapnya, ditambah pernyataan Medvedev, Cina menghadapi dorongan lebih besar untuk menyumbang bagi tercapainya solusi. Tugas Annan menjadi lebih mudah setelah Rusia memberi persetujuan bagi proposalnya, kata Joshua Eisenman dari Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika di Washington.

Namun ia mengatakan, Beijing masih butuh diyakinkan bahwa tidak akan ada intervensi militer atau upaya mengubah rezim. "Cina tentu mengharapkan pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok oposisi dapat mencapai konsensus lewat perundingan", kata Jia Qingguo, profesor hubungan internasional di Universitas Peking. "Tak ada negara, termasuk PBB, yang berhak mengubah pemerintahan negara lain," kata Jia sambil mengingatkan tindakan itu dapat berakibat buruk.

Beijing gelisah

Karena itu Beijing akan mengamati dengan seksama rencana Annan bagi transisi demokrasi oleh Suriah. "Ini perkara kedaulatan", kata Eisenmann. "Cina juga punya pemerintah yang otoriter. Beijing mengkhawatirkan tekanan barat terhadap sistem politiknya dan kritik tentang reaksi Cina terhadap perbedaan pendapat."

Beijing gelisah menyaksikan perkembangan di dunia Arab, dimana protes pro-demokrasi di sejumlah negara menggulingkan pemerintahan, dan bereaksi dengan menghantam isyarat apapun terkait demonstrasi di dalam negeri. Tahun lalu, sejumlah seruan di internet untuk menggelar aksi protes di Cina, yang terinspirasi musim semi Arab, menghantui pihak berwenang. Akibatnya sejumlah pengacara dan aktivis ditahan, beberapa untuk hitungan bulan.

Namun para pengamat mengatakan pula, Cina punya kepentingan kuat dalam menjaga stabilitas di Timur Tengah seiring naiknya harga minyak yang hampir mencapai rekor tertinggi dan mengancam ekonomi Cina yang berkembang dengan cepat.

Negara tirai bambu itu berulangkali menyerukan agar kekerasan di Suriah diakhiri. Awal bulan ini Cina mendukung pernyataan PBB yang mendesak Assad untuk mengupayakan dihentikannya permusuhan. Cina juga melansir rencananya sendiri yang menyerukan agar konflik di Suriah segera diakhiri. Menurut para pemantau, lebih dari 9.000 orang tewas di Suriah sejak perlawanan terhadap rezim Assad dimulai Maret 2011.

Renata Permadi/ afp,dpa

Editor: Carissa Paramita