1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setelah Kebanjiran, Petani Jerman Hadapi Cuaca Beku

Alex Berry
9 Januari 2024

Setelah berminggu diguyur hujan dan banjir, petani di Jerman berharap ada jeda kering, tapi malah menghadapi cuaca beku. Anggaran pemerintah yang jumlahnya terbatas tampaknya tidak banyak membantu.

https://p.dw.com/p/4ayhD
Musim dingin di Brandenburg, Jerman
Salju dan embun beku akhirnya turun di Jerman menggantikan hujan dan banjir selama berminggu-mingguFoto: Patrick Pleul/dpa

Dinas Cuaca Jerman (DWD) mengumumkan datangnya cuaca beku di bagian utara Jerman mulai hari Sabtu (06/01) saat sebagian besar wilayah ini masih tertutup air banjir.

Meskipun suhu di bawah titik beku diperkirakan akan membantu tanggul yang kelebihan beban menahan air, para ahli memperingatkan dampak jangka panjangnya. Khususnya pada rumah yang sudah terendam banjir, genangan air yang membeku dapat memperparah kerusakan.

Embun beku dapat lindungi tanggul

Apakah cuaca beku memiliki dampak positif atau negatif? Ini tergantung pada masing-masing kasus, kata Anne Rickmeyer, direktur Badan Pengelolaan Air, Pertahanan Pesisir dan Konservasi Alam (NLWKN) di negara bagian Niedersachsen, kepada kantor berita Jerman, DPA.

Embun beku dapat menguatkan tanggul, membuatnya lebih stabil dan kedap terhadap akumulasi air. Namun, di banyak tempat, air banjir masih terlalu tinggi dan ini dapat menekan tanggul.

"Jika air yang relatif hangat sudah berada di belakang tanggul, bagian tanggul yang berada di bawah permukaan air tidak akan bisa membeku." Ini artinya embun beku tidak akan memberikan banyak manfaat, kata Rickmeyer.

Banjir di Jerman
Pemandangan udara menunjukkan kolam renang dikelilingi air banjir Sungai Ruhr di Essen, Jerman, 26 Desember 2023.Foto: Ina Fassbender/AFP/Getty Images

Masalah jangka panjang

Masalah selanjutnya,terutama bagi para petani yang telah berjuang selama berminggu-minggu menghadapi banjir, adalah air banjir yang menghalangi bekuan embun untuk mencapai permukaan tanah.

"Bekuan embun biasanya adalah berkah bagi tanah," kata Christoph Tebbe dari Institut Keanekaragaman Hayati Thünen di Brunswick kepada DPA.

Embun beku dapat melonggarkan struktur tanah, tetapi ini tidak berlaku saat terjadi banjir. "Tanah tidak dapat beregenerasi selama musim dingin karena terlalu padat," yang berarti bahwa tanah tidak lagi dapat menampung air di musim semi. Kondisi ini pada gilirannya dapat berdampak negatif pada tanaman.

Selain dampak terhadap tanah, banjir juga merusak bangunan. Namun embun beku dapat memperparah kerusakan bangunan.

"Ketika membeku, air mengembang sebesar 10%," kata Norbert Gebbeken, pakar analisis struktural di Universitas Bundeswehr di München, kepada DPA.

"Dan perluasan ini dapat menimbulkan tekanan yang sangat tinggi, sehingga material atau bagian bangunan benar-benar dapat hancur," jelasnya.

Mengapa banjir kali ini begitu meluas?

Banjir besar yang terjadi di seluruh negara bagian Niedersachsen dan bagian utara Jerman lainnya disebabkan oleh menghilangnya lahan basah di sepanjang sungai, menurut Christian Wolter dari Institut Leibniz untuk Ekologi Air Tawar dan Perikanan Darat di Berlin.

"Lebih dari 70% lahan basah di sepanjang sungai praktis sudah tidak ada lagi," katanya kepada lembaga penyiaran publik Jerman, Tagesschau. "Hal ini tentu saja juga berarti bahwa lebih dari 70% kawasan retensi bersejarah, yang tadinya adalah tempat aliran air, sudah tidak ada lagi."

Selain hilangnya lahan basah, Wolter juga mencontohkan adanya pelurusan saluran air, terutama pelurusan hulu sungai untuk membawa curah hujan keluar dari pegunungan secepat mungkin.

"Semakin lurus anak sungai kecilnya, semakin cepat pula aliran air ke hilir," kata Wolter. "Dan jika terjadi sangat cepat, warga yang hidup di hilir tidak mempunyai kesempatan untuk bereaksi." 

Upaya Jerman mencegah banjir di masa depan

Wolter menyarankan bahwa alih-alih membangun tanggul yang lebih besar dan kuat untuk mengendalikan air, lebih baik merevitalisasi sungai dan lahan basah dan melindungi infrastruktur buatan manusia.

Namun masalahnya adalah, perlindungan dan adaptasi lingkungan memerlukan dana. Pemerintah koalisi Jerman, yang Partai Hijau juga termasuk di dalamnya, baru-baru ini memotong pendanaan untuk perlindungan iklim dari €5 miliar (sekitar Rp85 triliun) menjadi €3,5 miliar akibat adanya pengurangan anggaran.

Dana ini diperuntukkan bagi perlindungan ekosistem di hutan, tegalan, dan lahan basah yang juga mampu menyimpan CO2 dalam jumlah besar,

Menteri Kehakiman Marco Buschmann, dari Partai Demokrat Bebas (FDP) yang dekat dengan pihak bisnis dan pengusaha telah mengesampingkan kebijakan "rem utang" guna membebaskan dana subsidi bagi para petani yang terkena dampak banjir baru-baru ini.

Hal ini dapat dilakukan jika pemerintah mengumumkan situasi darurat, seperti yang terjadi setelah banjir besar di Lembah Ahr pada 2021. Baru-baru ini Buschmann mengutip putusan mahkamah konstitusi dan mengatakan bahwa ia tidak lagi yakin apakah keputusan tersebut dapat dibenarkan berdasarkan temuan pengadilan.

"Persyaratan yang ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi Federal sangat ketat. Kita tidak boleh mengambil risiko hukum apa pun di sini," kata Menteri Buschmann kepada surat kabar Die Welt am Sonntag. "Ini bukan soal pelit, ini soal keadilan antargenerasi."

(ae/hp)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!