1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pergulatan Jerman Mencari Tenaga Ahli

Naomi Conrad6 Juni 2013

Pemerintah Jerman berusaha tarik tenaga ahli, juga dari negara berkembang. Tapi bagi banyak tenaga kerja berkualifikasi tinggi, Jerman bukan pilihan pertama. UU imigrasi terlalu ketat dan kesempatan berkarir kurang.

https://p.dw.com/p/18kvb
Vertikal-Bearbeitungszentrums DMC 835 V (Archivfoto vom 14.02.2007). Die Bundesagentur für Arbeit hat derzeit kaum Hinweise auf einen Fachkräftemangel. Man könne allenfalls von einem ungedeckten Bedarf an Ingenieuren von 10 000 bis 12 000 Kräften ausgehen, so ein Vorstandsmitglied der Bundesagentur für Arbeit. Die von der Wirtschaft genannte Ingenieurslücke von 40 000 bis 50 000 Arbeitskräften sei zu hoch. Foto: dpa (zu dpa 7148 vom 28.06.2007) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Foto: picture-alliance/ dpa

Mardomel Celo Melicor punya pengalaman bekerja di Arab Saudi, dan senang tidak berada di negara itu lagi. Sekarang ia menjadi konsul jenderal Filipina di Berlin.

"Banyak orang yang ingin bekerja di Jerman bertanya kepada kami," kata diplomat itu. Maret lalu, Filipina dan Jerman menandatangani apa yang disebut "kesepakatan perantara". Menurut kesepakatan itu, kantor tenaga kerja Jerman bisa merekrut calon perawat di Filipina.

Das Archivbild vom 24.01.1997 zeigt eine Inderin an ihrem Computer-Arbeitsplatz im Software Center der Mico Bosch Motor Industries in Bangalore. Bundeskanzler Gerhard Schröder (SPD) hatte am Montag (13.03.2000) angekündigt, die Bundesregierung wolle wegen des großen Mangels an einheimischen Computerspezialisten kurzfristig bis zu 20 000 ausländische Experten anwerben. Ihr Aufenthalt soll auf auf drei, maximal fünf Jahre begrenzt werden. Bei der Anwerbung soll kein Land und keine Region bevorzugt oder benachteiligt werden. Das Angebot richte sich an alle Spitzenkräfte der Informationstechnologie (IT) unabhängig von ihrer Herkunft, versicherte ein Experte des zuständigen Bundesforschungsministeriums am Dienstag (14.03.2000) der dpa in Berlin. Vorrang hätten natürlich Deutsche sowie EU-Ausländer, weil sie in der Gemeinschaft Freizügigkeit genießen. dpa (zu dpa 2628)
Seorang perempuan tenaga kerja ahli dari IndiaFoto: picture-alliance/dpa

Sejak bertahun-tahun lalu, jururawat dan pengurus orang sakit berkualifikasi dari Filipina kerap bekerja di luar negeri. Saat ini mereka lebih tertarik bekerja di Kanada, Inggris dan AS.

Kesepakatan dengan Jerman terutama tercapai akibat desakan rumah sakit dan rumah perawatan orang sakit di Jerman. Karena mereka sangat membutuhkan perawat berkualifikasi. Menurut keterangan kementrian tenaga kerja dan sosial, saat ini Jerman membutuhkan sekitar 10.000 perawat. Profesi ini di Jerman kurang diminati, karena berat dan kerap bergaji kecil.

Kritik Syarat Penerimaan

Berkaitan dengan upaya pencarian tenaga kerja di luar negeri, Maret lalu pemerintah Jerman juga menandatangani kesepakatan dengan pemerintah India, agar bahasa Jerman diajarkan di sekolah negeri India. Kesepakatan seperti itu juga ada dengan pemerintah Filipina, karena kemampuan berbahasa Jerman adalah syarat untuk mendapat visa.

Syarat itu dikritik Melicor. Menurutnya, dengan demikian Jerman menempatkan sendiri rintangan yang terlalu besar.

Itu juga dikatakan Ajit Gupte, wakil direktur jenderal Kedutaan Besar India di Berlin. Banyak warga India yang dia kenal ingin kembali ke negara asal. Mereka tidak merasa senang di Jerman. "Setelah bertahun-tahun bermukim di Jerman, warga Jerman tetap hanya kenalan, bukan teman", jelas Gupte.

Politik imigrasi Jerman semakin mengurangi minat tenaga ahli asing. Istri hanya boleh menyusul ke Jerman, jika ia bisa membuktikan kemampuan dasar berbahasa Jerman. Lagi pula banyak kualifikasi yang diperoleh di India tidak diakui di Jerman. Ditambah lagi masalah keuangan. Di Jerman seorang pekerja harus membayar pajak sekitar 40%, sedangkan di India hanya 10-30%.

Rintangan Birokratis

Masalah birokrasi juga amat besar. Leander Hollweg dari perusahaan perantara Tenman Prognosys di Hamburg menceritakan pengalamannya, ketika mencari tempat pendidikan bagi warga asing terutama di bidang perawatan. Ada badan yang memberikan dukungan, tetapi banyak juga yang mempersulit.

Eine philippinische Krankenschwester im Kreiskrankenhaus Bad Homburg bereitet in einem Krankenzimmer eine Spritze vor. (Aufnahme von 1993).
Perawat orang sakit yang berasal dari Filipina di rumah sakit JermanFoto: picture-alliance/dpa

Dengan nada marah Hollweg bercerita tentang seorang kepala bagian dari badan pencari tenaga kerja, yang berminggu-minggu tidak bisa dikontak lewat telefon. Padahal ia perlu penjelasan apakah ijazah seorang perawat dari India bisa diakui.

Ellen Bommersheim bekerja pada Kompass, organisasi yang menyertai imigran muda, yang kembali ke negaranya untuk mendirikan perusahaan. Ia mengatakan, motiv utamanya, banyak tenaga kerja berlatar belakang asing kerap tidak mendapat kesempatan untuk meniti karir.

Dengan demikian, Jerman kehilangan banyak potensi. Sementara itu, negara-negara lain juga mengincar pekerja berkualifikasi tinggi semacam itu, karena mereka juga kekurangan tenaga kerja ahli. Bukan hanya negara-negara di Eropa dan AS, bahkan Cina kekurangan tenaga berkualifikasi tinggi.