1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Sambut Kembalinya Tentara AS dari Irak

14 Desember 2011

Pada upacara resmi di pangkalan militer Amerika Fort Bragg, North Carolina, Presiden Barack Obama menyambut tentara AS yang kembali dari Irak. Bersamaan dengan itu Obama menandai akhir dari perang Irak.

https://p.dw.com/p/13TB4
President Barack Obama speaks at a Democratic National Committee (DNC) fundraising event in Atlanta, Monday, Aug. 2, 2010. (AP Photo/Charles Dharapak)
Presiden AS, Barack ObamaFoto: AP

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menerima secara resmi kedatangan kembali sejumlah pasukan terakhir AS yang ditarik dari Irak di pangkalan militer Fort Bragg, Carolina Utara. Upacara tersebut secara simbolis menandai berakhirnya perang Irak yang telah berlangsung selama sekitar sembilan tahun. Obama mengatakan, keadaan di Irak memang belum "sempurna" tetapi hingga tanggal 31 Desember nanti, jika pasukan Amerika Serikat ditarik secara damai, maka yang mereka tinggalkan adalah sebuah "bangsa yang stabil". Demikian diutarakan Obama hari Rabu (14/12) kepada tentara di Fort Bragg.

FILE - In this Nov. 30, 2010 file photo, members of 1st Brigade, 3rd Infantry Division, based at Fort Stewart, Ga., walk toward a C-17 aircraft at Sather Air Base in Baghdad as they begin their journey home after a year in Baghdad, Iraq. President Barack Obama on Friday Oct. 21, 2011 declared an end to the Iraq war, one of the longest and most divisive conflicts in U.S. history, announcing that all American troops would be withdrawn from the country by year's end.(Foto:Maya Alleruzzo, File/AP/dapd)
Penarikan pasukan AS hingga akhir 2011Foto: AP

Bab luar biasa dalam sejarah militer AS berakhir

Obama selanjutnya menegaskan, "perang ini membawa serdadu pulang ke rumah dengan derap terakhir dan bukan serdadu yang baru saja selesai melakukan pertempuran yang terakhir." Dengan begitu, sebuah "bab luar biasa dalam sejarah angkatan bersenjata Amerika", berakhir, tambahnya.

Dalam pidatonya Obama menyinggung pertempuran-pertempuran pertama sembilan tahun yang silam melawan angkatan bersenjata di bawah pimpinan Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein. Saat itu Obama masih menjadi senator di negara bagian Illinois dan kebanyakan serdadu yang hadir, masih di sekolah dasar. Kemudian perang yang menguras tenaga melawan pemberontak mulai merebak, ditandai dengan jebakan-jebakan bom, penembak yang bersembunyi dan pelaku bunuh diri.

ARCHIV - US-Soldaten bereiten ihre gepanzerten Fahrzeuge nahe einer Luftwaffenbasis südlich von Bagdad für den Abzug aus dem Irak vor (Archivfoto vom 10.03.2009).Ein Krieg wird abgewickelt, die Truppen kommen nach Hause - Siegesfeiern gibt es nicht. Professionell, freudlos und ohne Fanfaren hat US-Präsident Barack Obama kürzlich das Ende einer der verheerendsten Militärabenteuer seines Landes angekündet. Bis August nächstes Jahres sollen alle Kampftruppen aus dem Irak abgezogen sein. Als der Überfall auf den Irak vor sechs Jahren begann, wurden die USA von einer Woge des Patriotismus erfasst. Was heute bei Millionen Amerikanern zurückbleibt, ist vor allem ein fahler Nachgeschmack - und die bohrende Frage: Warum? Foto: EPA/SHEHAB AHMED dpa (zu dpa-Korr.: "Krieg mit fahlem Nachgeschmack - Und die bohrende Frage «Warum»?" am 23.03.2009) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Tentara AS persiapkan penarikan pasukan dari IrakFoto: picture-alliance/dpa

Amerika tetap akan dukung Irak

Pada upacara tersebut Barack Obama didampingi Ibu negara, Michelle yang juga berbicara sebelum suaminya menyampaikan pidato. Presiden AS juga berbicara dengan keluarga seorang tentara yang tewas dalam perang. Sejak invasi tahun 2003, hampir 4.500 serdadu AS tewas di Irak dan sekitar 32.000 cedera.

Presiden kemudian menerangkan, setelah penarikan pasukan, Amerika tetap akan membantu Irak. Meskipun mayoritas warga Amerika mendukung penarikan dari Irak secara tuntas, sejumlah anggota Partai Republik mengkritiknya. Mereka menganggap, Obama meninggalkan Irak yang belum stabil dan membiarkan Iran menanamkan pengaruhnya di negeri itu.

Christa Saloh-Foerster/rtre/dapd

Editor: Marjory Linardy