1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIsrael

Netanyahu Bentuk Koalisi Ultranasionalis Religius di Israel

22 Desember 2022

Calon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghimpun koalisi sayap kanan untuk membentuk pemerintahan baru di Israel. Aliansinya itu untuk pertamakalinya merangkul partai-partai kanan ekstrem.

https://p.dw.com/p/4LJUz
Benjamin Netanjahu
Benjamin NetanyahuFoto: Abir Sultan/Pool EPA/AP/dpa/picture alliance

PolitikIsrael diprediksi bergerak semakin ke kanan, menyusul keberhasilan Benjamin Netanyahu membentuk koalisi mayoritas yang untuk pertamakalinya melibatkan partai kanan ekstrem.

Ketua Umum Partai Likud itu telah melapor kepada Presiden Isaac Herzog pada Rabu (21/12), sesaat menjelang tenggat berakhir. Netanyahu, yang pernah dua kali menjabat sebagai perdana menteri, mendapat 32 kursi di Knesset usai pemilu kelima dalam empat tahun terakhir pada November silam. Untuk memerintah dia membutuhkan setidaknya 61 kursi.

Kembalinya Netanyahu ke kekuasaan dicapai berkat dukungan Partai Zionisme Religius atau Tkuma yang berhaluan ekstrem kanan. Dia juga menjalin koalisi dengan dua partai ultrareligius lain. 

Politisi ekstrem kanan Betzalel Smotrich
Ketua Partai Zionisme Religius atau Tkuma, Bezalel Smotrich di KnessetFoto: Ariel Schalit/AP Photo/picture alliance

Dia mewarisi kekuasaan dari koalisi bekas PM Naftali Bennett dan Yair Lapid. Koalisi pemerintahan lintas spektrum yang terdiri dari delapan partai itu bercerai Juni silam karena pertikaian internal. Dalam pemilu terakhir, Partai Masa Depan pimpinan Lapid menjadi yang terkuat kedua di parlemen dengan 24 kursi.  

Di bawah perjanjian koalisi yang dicapai awal Desember silam, Ketua Umum Tkuma, Bezalel Smotrich, akan mengawasi Kementerian Keuangan dan Pertahanan, yang berwenang atas pemukiman Yahudi di wilayah pendudukan di Tepi Barat, Palestina.

Peringatan dari Barat

Kabinet Netanyahu juga akan diisi oleh tokoh ultranasionalis Yahudi, Itaman Ben-Gvir, sebagai menteri keamanan nasional yang baru. Dia antara lain dikenal gemar melakukan penghasutan rasisme terhadap warga Palestina. Hingga beberapa tahun silam, Ben-Gvir masih memajang foto seorang ekstremis Yahudi yang membantai 29 orang di sebuah masjid.

Smotrich berjanji akan mengamandemen prosedur hukum, yang diyakini bakal menguntungkan Netanyahu di tengah sidang pidana korupsi. Dia tercatat berulangkali mendukung perluasan pemukiman Yahudi atau bahkan mengusir minoritas Arab dari Israel.

Antisemitisme: Mengapa Melekat Begitu Kuat?

"Keberadaan kalian di sini adalah sebuah kekeliruan,” kata dia dalam sebuah debat di parlemen, 2021 silam. Menurutnya, bekas PM "David Ben-Gurion telah melakukan kesalahan ketika dia tidak menuntaskan tugasnya dan mengusir kalian semua pada 1948,” ketusnya kepada anggota parlemen berdarah Arab. 

Netanyahu yang pernah berkuasa selama 15 tahun adalah pemimpin terlama Israel. Dia mengklaim dakwaan korupsi terhadapnya adalah buah konspirasi politik dan hukum. 

Meski menjauh ke kanan, pemerintahan baru Israel akan dinilai dari kebijakannya, bukan dari tokoh di baliknya, kata Amerika Serikat dan Uni Eropa. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengimbau Netanyahu untuk menjaga "nilai-nilai bersama” dan menahan diri untuk tidak mempersulit pembentukan sebuah negara Palestina. 

Peringatan dari kedua sekutu terbesar Israel itu dinilai membuka jalan bagi pemerintahan yang stabil. "Nasib Israel kini berada di tangan Netanyahu dan rekan koalisinya", kata Yohanan Plesner, bekas anggota Knesset yang kini memimpin Institut Demokrasi Israel, sebuah lembaga wadah pemikir di Yerusalem. 

"Adalah kepentingan terbesar semua anggota koalisi yang baru untuk mengokohkan pemerintahan di Israel,” kata dia. "Mereka semua punya kesempatan untuk mengambil untung atau merugi jika gagal.”

rzn/as (dpa,afp)