1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Neraca Pemerintahan Olaf Scholz setelah Dua Tahun Berkuasa

18 Juli 2023

Setelah setengah masa legislasi, pemerintrahan koalisi SPD, Partai Hijau, dan FDP pimpinan Olaf Scholz menunjukkan banyak keretakan. Banyak pemilih yang juga kecewa. Namun, Olaf Scholz mengaku tetap optimistik.

https://p.dw.com/p/4Tzha
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf ScholzFoto: Michael Kappeler/dpa

Di pertengahan periode legislasi empat tahun, rapor pemerintahan koalisi Olaf Scholz tidak terlihat bagus, setidaknya menurut jajak pendapat. Tiga dari empat orang Jerman kurang atau sama sekali tidak puas dengan pekerjaan pemerintah federal. Sejak musim gugur 2022, jajak pendapat menunjukkan bahwa koalisi yang berkuasa di Jerman tidak lagi memiliki mayoritas jika pemilihan umum diadakan hari ini.

Partai Olaf Scholz, SPD, turun ke posisi ketiga dalam jajak pendapat teranyar, di belakang CDU dan partai ultra kanan AfD. Peringkat akseptansi untuk Partai Hijau berada pada titik terendah dalam lima tahun. Sedangkan mitra koalisi terkecil, FDP, telah kehilangan sepertiga dukungannya sejak pemilu lalu.

Namun, tidak satu pun dari berita buruk ini yang tampaknya membuat Kanselir Jerman Olaf Scholz khawatir. "Saya cukup yakin bahwa AfD tidak akan lebih baik dalam pemilihan umum berikut dibanding pemilu yang terakhir," katanya pada konferensi pers hari Jumat (14/07). Konferensi pers tahunan di Berlin ini adalah sebuah tradisi, mantan Kanselir Angela Merkel biasanya menghabiskan lebih dari satu setengah jam menjawab pertanyaan tentang semua jenis masalah setahun sekali.

Aksi demo pendukung ultra kanan AfD
Aksi demo pendukung ultra kanan AfDFoto: Fabian Sommer/dpa/picture alliance

Bagaimana Scholz melihat masa depan?

Tentang SPD, Olaf Scholz juga optimistik. "Pemerintah ini akan mendapatkan mandat baru," katanya kepada lembaga penyiaran publik ARD dengan memandang ke pemilu parlemen berikutnya tahun 2025. Dia mengatakan, popularitas AfD hanya melonjak karena sekarang ada krisis. Saat situasi menjadi stabil, popularitasnya akan turun lagi.

Olaf Scholz memang tampaknya memiliki rasa percaya diri yang tak tergoyahkan. Dia hampir selalu kelihatan tenang dan konsisten dengan sikapnya. Itu memang ciri khas pria berusia 65 tahun ini, yang sudah berpolitik selama lebih 30 tahun. Dia selalu tampak sangat yakin bahwa kebijakannya logis dan karena itu benar. Kritikus mengatakan dia sering tampil sebagai politisi yang cerdas, terutama saat ditantang.

Di SPD, mereka mengatakan Olaf Scholz punya kepemimpinan yang tegas dan kuat. Bagi pengeritiknya, Olaf Scholz sering tampil arogan dan merendahkan lawan bicaranya. Scholz adalah ahli dalam berargumen dan berkelit dari pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya. Dia juga sering memberikan jawaban yang tidak jelas dan berbelit-belit, tapi dengan nada yang selalu tenang dan monoton. Bukan tanpa alasan dia sering dijuluki "Scholzomat", karena gaya menjawabnya seperti robot.

Christian Lindner, FDP (kiri), Olaf Scholz, SPD (tengah), Robert Habeck, Partai Hijau (kanan)
Para pemimpin koalisi: Christian Lindner, FDP (kiri), Olaf Scholz, SPD (tengah), Robert Habeck, Partai Hijau (kanan)Foto: Joerg Carstensen/picture alliance

"Saya bukan koboi"

Namun, Scholz bisa tampil beda, ketika dia memang menginginkannya, setidaknya menurut sesama anggota parlemen SPD. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Jerman menampung lebih dari satu juta pengungsi dari Ukraina saja. 100 miliar euro dihabiskan untuk memperkuat angkatan bersenjata Jerman Bundeswehr, dan ratusan miliar lainnya untuk mencari alternatif menggantikan pasokan gas dari Rusia dan memberikan bantuan keuangan bagi warga yang terkena krisis inflasi dan kenaikan harga.

Jarang sekali pemerintah federal Jerman dihadapkan pada begitu banyak krisis besar sekaligus. Koalisi pemerintahan tiga partai berhasil melalui tahun pertamanya dengan tampil bersatu. Namun kemudian, persaingan partai-politik antara Partai Hijau dan FDP makin mencuat.

SPD dan Partai Hijau adalah partai kiri-tengah yang mengadvokasi, bahwa negara harus mengatur lebih banyak dan mendukung mereka yang kurang beruntung secara sosial. Sedangkan FDP lebih berhaluan neoliberal dan menginginkan sesedikit mungkin intervensi negara. Partai Hijau tidak ingin berkompromi dengan perlindungan iklim dan lingkungan, sementara FDP memikirkan kepentingan pasar bebas dan perusahaan. 

Namun, Olaf Scholz tetap saja Olaf Scholz. "Saya bukan John Wayne," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun siaran ARD, mengacu pada aktor pahlawan koboi di film-film Western zaman dulu. Scholz mengatakan, karakter seperti yang sering dimainkan oleh John Wayne mungkin adalah "model standar yang dianggap hebat oleh sebagian orang" dalam hal kepemimpinan politik — yaitu individu yang kuat dan mantap, yang dapat berdiri di atas yang lain. "Tapi model seperti itu tidak benar-benar berfungsi," ujarnya.

"Faktanya, ini adalah keluarga dari tiga partai dan lebih dari 80 juta warga yang semuanya memiliki pendapat tentang banyak hal menuju masa depan yang sukses," kata Olaf Scholz dan menambahkan, seorang patriark otoriter tidak akan cocok untuk memimpin keluarga modern seperti Jerman.

(hp/as)