1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara Ambang Industri Tuntut Solusi Krisis Euro

31 Oktober 2011

Negara-negara ambang industri mencemaskan dampak krisis utang di Eropa dan krisis keuangan global, akan menjerumuskan mereka ke dalam resesi.

https://p.dw.com/p/132RW
Presiden Rusia Medvedev dalam sebuah konferensi BRICS.Foto: picture alliance/dpa

Negara-negara ambang industri anggota G-20, sejak lama merupakan motor konjunktur global. Peranan negara ambang industri Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan yang dujuluki BRICS dalam ekonomi global, pada dekade terakhir ini terus meningkat. Dihitung dari pendapatan domestik bruttonya, negara-negara BRICS kini tergolong dalam 12 negara ekonomi terbesar sedunia. Volume bisnisnya meliputi 25 persen kinerja ekonomi dunia.

Tidak mengherankan, jika Cina, Brazil dan India semakin kencang menyuarakan tuntutannya, bagi sebuah regulasi krisis utang di Eropa. Sebab, jika terjadi resesi global, pada akhirnya konjunktur ekonomi negara-negara ambang industri juga akan terancam.

BRICS Treffen in China 2011 mit Singh, Medwedew, Hu Jintao, Rousseff und Zuma
Para kepala negara BBRICS, Singh, Medwedew, Hu Jintao, Rousseff dan Zuma.Foto: AP

Maria Lanzeni, kepala bidang “Emerging Markets“ di Deutsche Bank mengatakan : “Efek penularan krisis bagi negara ambang industri, sudah sejak kini relatif besar. Hal itu berlaku bagi pasar saham, mata uang serta bunga pinjaman di negara-negara ini, terlepas dari data fundamental serta perspektif pertumbuhan di masing-masing negara.“

Keterlibatan IMF

Dalam kerangka G-20, sejak awal menjelang KTT di Cannes, negara-negara ambang industri sudah berusaha melibatkan Dana Moneter Internasional-IMF dalam permainan ini. Rancangannya, IMF hendaknya memiliki daya intervensi semakin besar dan mendukung zona Euro dalam pencegahan krisis. IMF di masa depan diharapkan membeli obligasi dari negara-negara yang dililit krisis utang dan menjualnya kembali kepada negara ambang industri. Dengan cara demikian, negara ambang industri dapat menolong Eropa, tanpa harus membeli langsung obligasinya dari negara yang dililit krisis utang.

Akan tetapi, pakar masalah ekonomi global dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik, Heribert Dieter menilai usulan itu sulit diterapkan. “Menyiapkan likuiditas, dapat dan harus dilakukan oleh IMF. Tapi ikut berkontribusi pada penghapusan sebagian utang Yunani, akan ditolak oleh AS. Dan itu akan menjadi manuver yang amat kentara, yang selanjutnya tidak akan menolong kita dalam diskusi”, ujarnya.

Dieter lebih lanjut mengatakan, ini merupakan sebuah manuver, yang terutama dengan itu negara-negara ambang industri hendak memperbesar pengaruhnya dalam IMF. Sementara Maria Lanzeni berpendapat, IMF dapat memberikan kontribusinya bagi sebuah solusi krisis, jika lembaga ini membantu menjembatani kelangkaan likuiditas akut.

Cina Siap Bantu

BRIC Gipfel in Russland Hu Jintao
Presiden Cina Hu Jintao tawarkan bantuan solusi krisis Euro.Foto: AP

Dari kelompok negara ambang industri, sejauh ini terutama Cina yang sudah menawarkan dirinya menjadi penyelamat krisis Euro. Cina yang diperkirakan memiliki cadangan devisa sekitar tiga trilyun Dolar AS, menunjukkan kesiapannya membeli sebagian obilgasi tsb. Syaratnya, obligasi negara tsb harus dijamin oleh IMF atau Bank Sentral Eropa.

Bagi pakar ekonomi Heribert Dieter, suntikan dana segar dari Cina itu mengundang bahaya, bahwa nantinya Eropa akan serupa dengan AS, memiliki ketergantungan amat besar kepada Cina. Sebaliknya analis pasar keuangan Maria Lanzeni menilai, tuntutan negara-negara ambang industri kepada negara industri maju, agar secepatnya menemukan solusi krisis, justru mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak. Sebab jika krisis di negara ambang industri dapat dicegah, efeknya akan bagus bagi zona Euro maupun bagi AS.

Daniel Scheschkewitz/AgusSetiawan

Editor : Kostermans, Dyan