1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Lindungi Turki Dengan Patriot

Christoph Hasselbach5 Desember 2012

Pertemuan menteri luar negeri NATO berjanji untuk membantu Turki dan memperingatkan Presiden Suriah Assad agar tidak menggunakan senjata kimia.

https://p.dw.com/p/16w9t
Rudal Patriot Milik Jerman
Rudal Patriot Milik JermanFoto: picture-alliance/dpa

Para menteri luar negeri NATO akhirnya memutuskan untuk menempatkan sistem penangkal rudal Patriot di Turki. Sebagai negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut, Turki sebelumnya menyampaikan permohonan bantuan setelah beberapa kali ditembaki dari Suriah. Ada warga sipil Turki yang jadi korban. Menlu Jerman Guido Westerwelle menyebut permintaan Turki dalam kerangka solidaritas NATO bisa dimengerti: ”Solidaritas ini harus dipenuhi demi kepentingan bersama aliansi. Jika ditolak, akan punya konsekuensi besar bagi aliansi dan merupakan sinyal yang salah terhadap rejim Assad”.

Roket Patriot Hanya Untuk Pertahanan

Bersama dengan Amerika Serikat dan Belanda, Jerman punya sistem roket Patriot yang paling modern. Karena itu, Jerman harus bertindak, kata Westerwelle, tentu saja dengan syarat, harus mendapat persetujuan parlemen Jerman, Bundestag. Setelah melakukan konsultasi dengan para pimpinan partai politik, ia mendapat kesan bahwa pengiriman sistem penangkal rudal ke Turki ”akan mendapat dukungan luas di parlemen”.

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen
Sekjen NATO Anders Fogh RasmussenFoto: Reuters

Menlu Belanda Frans Timmermans juga berjanji membantu Turki dengan catatan, parlemen Belanda menyetujui. Yang penting adalah karakter defensif dari misi tersebut. ”Ini bukan untuk membuat zona larangan terbang dan tidak ada kaitannya dengan operasi militer di dalam Suriah. Ini hanya untuk perlindungan Turki,” kata Timmermans. Berapa sistem roket Patriot yang akan dikirim, dari negara mana saja dan di mana akan ditempatkan, semuanya masih belum jelas. Para pengeritik memperingatkan, roket Patriot tidak cocok untuk menghadapi serangan granat. Sedangkan sebagian besar serangan dari Suriah ke Turki dilakukan dengan granat.

Tak Ada Pendekatan Dengan Rusia

Selain minta perlindungan roket Patriot, Turki sebelumnya meminta NATO membuat zona larangan terbang di utara Suriah. Namun menurut NATO, langkah tersebut perlu mandat dari PBB. Sampai saat ini, Cina dan Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang punya hak veto, menolak sanksi keras terhadap Suriah. Rusia juga tidak setuju pengiriman Patriot NATO ke Turki. Menlu Norwegia Espen Barth menolak campur tangan Rusia. ”Ini adalah murni urusan NATO, bagaimana membantu anggotanya mempertahankan diri.”

Para menteri luar negeri NATO juga berbicara dengan rekannya dari Rusia Sergej Lavrov mengenai situasi di Suriah. Namun tidak ada pendekatan dalam hal ini. Westerwelle memperingatkan rekan-rekannya agar tidak bereaksi terlalu tajam terhadap Rusia. ”Saya menyarankan, sekalipun ada iritasi, jangan menipiskan tali pembicaraan. Malah sebaiknya, memperkuat tali itu.” Ia menambahkan, NATO tetap perlu Rusia untuk menghadapi banyak krisis lain, seperti dengan Iran dan Korea Utara. Juga Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menegaskan kepentingan bersama dan kerjasama yang baik di Afghanistan. Tujuan NATO adalah membangun kemitraan strategis. ”Saat ini, semua pendekatan positif dibayangi oleh perbedaan dalam isu Suriah.”

”Garis Merah” Senjata Kimia

NATO dengan hati-hati mencermati isu bahwa pemerintah Suriah akan menghadapi pasukan pemberontak dengan senjata kimia. Damaskus sudah membantah berita ini. Menlu Jerman Guido Westerwelle menyebutkan ada ”garis merah” yang akan dilalui Suriah jika melakukan itu. Namun ia tidak menyebut apa konsekuensinya dan apa langkah yang akan diambil Jerman.

Menlu Jerman Westerwelle
Menlu Jerman Westerwelle: Senjata Kimia adalah "garis merah"Foto: Reuters

Sekjen NATO Fogh Rasmussen menerangkan: ”Kami tahu, Suriah punya roket. Kami tahu, Suriah punya senjata kimia. Tentu saja itu masuk dalam kalkulasi kami.” Karena itu sangat penting untuk memberi perlindungan efektif pada Turki. Namun ia menambahkan, ”penggunaan senjata kimia tidak bisa diterima seluruh masyarakat internasional. Kalau ada yang memakai senjata ini, akan langsung mengundang reaksi internasional.” Tapi tidak jelas, peran apa yang akan diambil NATO dalam hal ini.