1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikMyanmar

Militer Myanmar Benarkan Serangan Udara di Desa Terpencil

12 April 2023

Serangan udara mematikan di Desa Pa Zi Gyi, Myanmar menewaskan puluhan orang termasuk warga sipil, kata media lokal. Junta militer mengonfirmasi serangan itu, mengklaim serangan ditujukan untuk "para pemberontak."

https://p.dw.com/p/4Pvgk
Suasana Desa Pa Zi Gyi setelah serangan udara pada Selasa (11/04)
Foto: Kyunhla Activists Group/AP/picture alliance / ASSOCIATED PRESS

Sedikitnya 50 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan udara yang terjadi di Desa Pa Zi Gyi, Myanmar tengah, pada Selasa (11/04). Jumlah korban serangan udara ini dilaporkan oleh The Irrawaddy dan Radio Free Asia, serta BBC Burma.

Desa Pa Zi Gyi, di kotapraja Kantbalu, terletak di wilayah Sagaing yang berbatasan dengan Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu. Lokasi ini telah menjadi pusat perlawanan anti-kudeta selama berbulan-bulan.

Junta militer Myanmar telah mengonfirmasi serangan tersebut, dengan mengatakan pada Rabu (12/04) bahwa mereka melakukan serangan mematikan ke sebuah pertemuan desa yang diselenggarakan oleh "pemberontak" pada minggu ini. Dan jika warga sipil ikut terbunuh, itu karena mereka dipaksa untuk membantu para "teroris," kata junta militer.

PDF: Korban tewas termasuk perempuan dan anak-anak

Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), kelompok yang tampaknya dirujuk oleh junta militer Myanmar sebagai "pemberontak," mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang menggelar pembukaan kantor lokal di Pa Zi Gyi ketika jet militer melepaskan tembakan.

"Sejauh ini jumlah pasti korban masih belum diketahui. Kami belum bisa mengevakuasi semua jenazah," kata anggota PDF yang menolak disebutkan namanya itu.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan potret jenazah tergeletak di antara rumah-rumah yang hancur.

PDF mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban tewas, dan mengklaim bahwa korban tewas dapat bertambah hingga 100 orang.

Di salah satu video, terdengar seseorang berupaya memberikan pertolongan dengan mengatakan: "Kami akan menyelamatkan kalian jika kami mendengar kalian berteriak. Tolong berteriak!"

PBB kutuk serangan dan minta korban diberikan bantuan

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan itu, kata juru bicara PBB di New York. Guterres mengatakan bahwa  mereka yang berada di balik serangan itu harus dimintai pertanggungjawaban.

Sekjen PBB juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan korban, serta meminta mereka diberi perawatan medis dan akses bantuan.

Dalam kesempatan terpisah, Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk, mengaku "sangat terkejut" dengan serangan itu. Dia megatakan bahwa anak sekolah yang sedang menari ikut menjadi korban serangan.

Militer terus lanjutkan kekerasan

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar yang terdiri dari sekelompok anggota parlemen sipil, di mana sebagian besar berasal dari partai Aung San Suu Kyi, juga mengutuk "tindakan keji itu."

"Kami … juga merasakan sakit yang dirasakan oleh keluarga yang terkena dampak dari tragedi ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Ini bukan pertama kalinya militer Myanmar melakukan serangan mematikan. Oktober lalu,  serangan udara juga terjadi di sebuah konser di negara bagian Kachin, menewaskan sedikitnya 50 warga sipil.

Dalam gelaran parade militer bulan lalu, pemimpin junta Min Aung Hlaing telah berjanji untuk terus melanjutkan penumpasan terhadap apa yang disebutnya sebagai lawan dari junta militer.

Junta militer sebelumnya mengambil kendali atas negara itu pada tahun 2021 setelah kudeta, sebuah tindakan yang memicu protes dan serangan besar-besaran dari kelompok etnis minoritas dan kelompok perlawanan di Myanmar.

gtp/hp (AFP, Reuters)