1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Der Bombe auf der Spur

14 Maret 2012

Produksi senjata atom amat sulit dirahasiakan karena pakar nuklir akan dapat melacak jejaknya lewat partikel debu transuranium yang tersisa.

https://p.dw.com/p/14KkZ
Foto: European Atomic Energy Community, 2012

Jika berbicara program senjata atom, masyarakat internasional akan mengarahkan pandangan ke Korea Utara dan Iran. Dipertanyakan, apakah kedua negara itu melakukan produksi senjata atom? Bagaimana dapat melacak dan membuktikan aktifitasnya?

Negara-negara yang mengizinkan masuknya para inspektur badan energi atom internasional IAEA , praktis tidak akan dapat lagi menutupi program atomnya untuk kepentingan militer yang dirahasiakan.

"Para inspektur akan melakukan verifikasi volume material nuklir, pengayaannya dan lebih dari itu juga aktifitas nuklirnya, terkait proses apa yang dilakukan", kata Klaus Mayer pakar kimia dari Institut untuk Transuranium di Karlsruhe Jerman.

ITU merupakan sebuah lembaga riset di bawah Komisi Uni Eropa. Tugasnya adalah melakukan penelitian sampel-sampel anonym yang dikirimkan IAEA dan badan atom Eropa-EURATOM. Jika sebuah negara melakukan program atom untuk kepentingan militer yang tidak dilaporkan kepada IAEA, institut di Karlsruhe itu dipastikan dapat menemukan jejaknya.

"Jika kami mengamati sifat materialnya serta proses yang dideklarasikan, kami akan dapat mellihat apakah itu konsisten. Apakah semuanya cocok dengan informasinya", kata Mayer.

Mosaik membentuk citra utuh

ITU, Klaus Mayer, Chemiker
Klaus Mayer, pakar kimia di ITU Karlsruhe.Foto: European Atomic Energy Community, 2012

Terdapat banyak petunjuk bagi para inspektur atom, yang dapat memberikan informasi terkait niat sebenarnya di balik sebuah program atom yang dideklarasikan hanya untuk tujuan sipil.

Mereka bisa mengkaji laporan yang dipublikasikan para ilmuwan atom di negara itu. Citra satelit memberikan bukti bagi kemungkinan pembangunan instalasi atom rahasia. Data dari pengawasan eksport atau analisa bisnis, dapat memberikan petunjuk penting, menyangkut produk teknologi tinggi apa yang diimpor negara bersangkutan. "Semua informasi itu akan membentuk sebuah citra utuh", kata pakar kimia ITU.

Terdapat dua cara untuk memproduksi material nuklir yang dapat dibuat senjata atom. Pertama dengan melakukan pengayaan Uranium dengan menggunakan alat sentrifugal khusus. Dan yang kedua dengan melakukan pemisahan Plutonium dari elemenn bakar nuklir yang sudah digunakan di instalasi daur ulang sampah atom.

Kedua proses meninggalkan jejak. Bukti mengenai proses itu dapat diperoleh para inspektur, terutama lewat analisa partikel dari sampel yang berasal dari instalasi teknik nuklir. Caranya, dengan meneliti radiasi khas material nuklir menggunakan peralatan portabel di lokasi, atau mengambil sampelnya dan menganalisanya di laboratorium.

Analisa di laboratorium hasilnya jauh lebih akurat. Dengan perangkat spektrometer Gamma portabel, aktifitas pengayaan Uranium dapat ditegaskan dengan akurasi hingga 1 persen. Sementara peralatan spektrometer massa di laboratorium Karlsruhe memiliki akruasi hingga 0,05 persen.

Analisa partikel debu

Terutama analisa partikel debu, dapat menegaskan lebih akurat, apakah sebuah negara melakukan aktifitas nuklir untuk tujuan sipil atau tujuan militer. "Bahkan partikel berukuran seperseribu milimeter dapat diteliti terkait pengayaan Uranium", ujar Mayer menambahkan. "Cukup satu atau dua partikel dari sekian banyak debua biasa".

Untuk menelitinya digunakan perangkat spektrometer massa ion sekunder SIMS khusus. Dengan peralatan ini dapat ditegaskan, apakah sebuah sampel berasal dari Uranium yang belum diolah dari alam, Uranium yang diperkaya kadar rendah untuk reaktor pembangkit listrik atau Uranium yang diperkaya kadar tinggi untuk produksi senjata atom.

ITU, Magnus Hedberg, Experte für Massenspektrometrie
Magnus Hedberg, di depan perangkat spektroskopi massa.Foto: European Atomic Energy Community, 2012

Perangkat SIMS khusus di ITU Karlsruhe memiliki kemampuan lainnya, yakni berfungsi sebagai mikroskop ion. "Kami dapat merekam citra partikel pada permukaan material", ujar Markus Hedberg, insinyur ahli di ITU. Citranya juga dapat dipilah berdasarkan tipe isotopnya. "Dengan metode ini, sampel dalam jumlah amat kecil sudah mencukupi, untuk menetapkan bukti yang meyakinkan", kata Hedberg.

Pakar kimia Mayer menambahkan ; "Prosedur analisanya amat akurat, hingga seluruh sejarah aktifitas sebuah instalasi nuklir dapat dilacak ke belakang", ujar Mayer. Sampel materialnya memiliki sidik jari dari komposisi isotopnya, dari cemarannya, dari morfologinya. Jadi dari sifat dan ukuran partikelnya".

Semua itu dapat menegaskan tujuan penggunaan materialnya, Apakah untuk digunakan di PLTN, atau digunakan di reaktor ujicoba atau apakah itu hanya produk sampingan.

Gas di atmosfir ungkap proses pengolahan

ITU, Plutonium im SIMS Spektrometer
Dua isotop Plutonium citra SIMS di ITU Karlsruhe.Foto: European Atomic Energy Community, 2012

Para peneliti juga dapat menarik kesimpulan dari proses produksi material nuklirnya. Pada suhu berapa dan dengan tabung reaksi kimia apa unsurnya dibuat. Untuk Plutonium dapat dilacak, pada reaktor tipe apa unsurnya diproduksi.

Untuk mengambil sampelnya, para inspektur atom tidak perlu datang ke reaktor atom atau laboratorium di instalasi atom. Cukup dengan mengambil sampel dari tempat ganti baju para pekerja atau di kantin atau juga di ruang kerja direktur. Para inspektur atom akan selalu menemukan ciri khas yang sama dan proses pengayaan yang sama.

Jika di instalasi pengayaan Uranium, deteksi jejak dengan cara itu hanya dapat dilakukan di kawasan produksi, aktifitas di instalasi pengolahan kembali eleman bakar atom bahkan dapat dilacak di atmosfir di luar negara. Karena instalasi semacam itu selalu melepaskan unsur radioaktif Krypton dan Xenon ke atmosfir.

Yang harus diperhatikan para inspektur adalah, dari sampel di atmosfir tidak dapatvdiketahui, apakah Plutoniumnya telah dipisahkan dari sampah elemen bakar. Karena itu para inspektur tetap harus mengumpulkan bukti dan petunjuk dari sumber yang beragam. Verifikasi harus dilakukan secara kontinyu dan tetap secara kritis, bersama negara yang sedang diawasi. Pada prinsipnya para pakar di ITU Karlsruhe menegaskan, tidak ada satupun negara yang dapat menutupi aktifitas atomnya yang mencurigakan dari pengawasan inspektur internasional.

Fabian Schmidt/Agus Setiawan