1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lumpur Lapindo Masih Akan Menyembur Hingga 30 Tahun mendatang

Zaki Amrullah22 Februari 2007

Kamis ini, Tim Nasional Lapindo mencoba menyumbat semburan lumpur di Porong Jawa Timur dengan menggunakan rangkaian bola beton. Para pakar geologi dan bencana alam dari sejumlah negara, mengingatkan, semburan lumpur Lapindo, Jawa Timur, itu, kemungkinan masih akan terus terjadi beberapa tahun mendatang.

https://p.dw.com/p/CP8e

Para pakar memperkirakan semburan lumpur PT Lapindo Brantas di Porong Sidoarjo, masih akan berlangsung hingga 30- an tahun mendatang. Menurut Profesor James Mori, Pakar Bencana Alam, dari Universitas Kyoto, sampai sekarang, tidak ada teknologi yang mampu menghentikan semburan lumpur yang menyembur sejak Mei 2006 lalu. Karena besarnya volume semburan yang mencapai lebih dari 150 ribu kubik per hari.

Mori:

„Sangat sulit untuk menghentikannya pada saat ini. Satu hal yang perlu dilakukan sekarang, mencari tahu berapa besar volume air atau lumpur dan kecepatan alirannya di bawah sana. Kalau saja kita tahu berapa banyaknya, kita bisa tahu berapa lama lagi bisa dihentikan. Saat ini kita belum tahu banyaknya. Mungkin beberapa tahun ke depan, itu dugaan kami. Malah mungkin sampai 30 tahun ke depan.“

Upaya untuk menghentikan semburan lumpur, berkali-kali dilakukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan lumpur PT Lapindo, dengan menggunakan metode Relief Well atau pengeboran miring. Namun skenario itu gagal. Kini, Tim Nasional Lapindo, berencana membenamkan rangkaian bola-bola beton untuk menyumbat pusat semburan. Namun langkah ini pun diragukan efektifitasnya oleh Profesor Mori, mengingat diameter lubang semburan yang berukuran 10 meter, lebih besar dibanding ukuran bola beton yang hanya 40 centimeter. Juru Bicara Timnas Lapindo, Rudi Novriansyah mengakui, upaya yang akan dilakukan tidak dimaksudkan untuk menghentikan semburan, namun hanya mengurangi volume semburan, sambil memikirkan cara untuk mengalirkan lumpur ke laut.

Rudi Novriansyah:

“Bola-bola ini kan mengurangi debit, kalau volumenya 100 ribu mereka mengatakan tidak menutup, tetep keluar tapi volumenya kita kurangi 50 persennya, dengan bola-bola beton. Kalau langkah terakhir, mengalirkan ini ke laut, kita membuat aliran pembuka, kita sedang mendesaian sekarang, lewat mana, berapa biayanya”

Timnas mengakui, satu-satunya penanganan yang bisa dilakukan hanyalah membuang lumpur ke laut agar tidak membanjiri kawasan sekitarnya. Namun upaya ini, tampaknya tidak mudah dilakukan. Menurut anggota Tim Pakar, Timnas Lapindo, Sofyan Hadi. Timnas Lapindo, mengalami kesulitan mengalirkan lumpur karena, adanya perubahan materi lumpur yang keluar dalam 3 bulan terakhir.

Sofyan Hadi:

“Luapan lumpur, sangat tidak mudah dikendalikan, karena sekarang ada hujan, dan rencana Timnas untuk membawa, (lumpur) bahkan dari lubang semburan utama ke Spill Way pun belum lancar. Dulu di awal lumpur ini mayoritas air 70 persen, padatannya halus 30 persen kini mulai berukuran kasar. karena kasar maka dia tidak mudah mengalir dia langsung mengendap diatas”

Di luar masalah itu, masa depan Timnas Lapindo juga belum jelas, karena pemerintah belum memutuskan, apakah akan memperpanjang masa kerja mereka yang akan berakhir pada 8 Maret nanti.