1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Larang Bantuan ke Kaesong

17 April 2013

Korea Utara hari Rabu (17/04) melarang pengiriman bantuan ke kawasan industri Kaesong. Delegasi Korea Selatan yang ingin mengantar barang dan makanan ditolak masuk.

https://p.dw.com/p/18HBU
A South Korean soldier sets up a barricade on the road in Paju, South Korea.(Photo by Chung Sung-Jun/Getty Images) ***FREI FÜR SOCIAL MEDIA***
KaesongFoto: Getty Images

Delegasi yang terdiri dari 10 pengusaha mewakili 123 perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Kaesong. Mereka minta izin untuk masuk ke Kaesong membawa makanan dan kebutuhan sehari-hari kepada para stafnya yang masih berada di sana.

”Korea Utara sudah menginformasikan kepada kami bahwa permohonan kunjungan itu ditolak”, kata jurubicara Kementerian Unifikasi Kim Hyung Seok. ”Ini sangat disayangkan, bahwa Korea Utara menolak dan tidak mengijinkan upaya kemanusiaan”.

Korea Utara menutup akses ke Kaesong yang berada sekitar 10 kilometer dari perbatasan sejak 3 April lalu. Warga Korsel yang masih berada di sana diijinkan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi masih ada sekitar 200 manajer dan pegawai yang bertahan di sana. Korea Utara sudah menarik 53.000 pekerjanya dari Kaesong dan menghentikan operasi kawasan industri itu.

”Masalah humaniter akan memburuk dari hari ke hari”, kata Kim Hyung Seok. Tiga mobil yang penuh dengan barang menyeberang dari Kaesong ke Korea Selatan hari Rabu (17/04). Oh Heung Gi, pegawai perusahaan tekstil berusia 50 tahun mengatakan, situasi di Kaesong makin sulit bagi mereka yang masih ada di sana.

Situasi Makin Sulit

”Situasinya sulit, tapi setiap orang membantu yang lain untuk mengatasi kekurangan makanan”, kata Oh kepada kantor berita Yonhap.

Delegasi pengusaha tadinya ingin membawa beras, obat-obat-an dan bahan makanan lain ke Kaesong. Jurubicara Kementerian Unifikasi menjelaskan: ”Memang tidak ada yang menderita kelaparan. Tapi persediaan makanan makin berkurang dan tidak banyak lagi yang tersisa”.

Pyongyang menyatakan bahwa Korsel sedang mencoba mengalihkan tanggung jawab atas penutupan kawasan industri Kaesong. Korut menegaskan bahwa penutupan Kaesong karena politik konfrontasi dan provokasi perang yang dilakukan oleh Korsel.

”Rejim boneka tidak bisa melepaskan tanggung jawab kriminal mereka yang mengakibatkan Kaesong mati”, demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan. ”Korea Selatan terus melakukan sanksi terhadap Korea Utara dan mengerahkan makin banyak peralatan perang dalam latihan untuk melakukan agresi perang”.

Korut Tolak Tawaran Dialog

Korea Utara menolak tawaran dialog dari Korea Selatan dan menyebutnya sebagai trik murahan. Presiden Korea Selatan Park Geun Hye membalas retorika Pyongyang dan menuntut agar masyarakat internasional menunjukkan reaksi tegas.

Dalam pertemuan dengan para duta besar di Seoul, Park menyatakan bahwa sikap buruk Korea Utara tidak boleh mendapat imbalan. ”Kita harus memecahkan lingkaran negosiasi dan bantuan setiap kali Korea Utara melakukan ancaman dan provokasi”, kata Park sebagaimana dikutip kantor berita Yonhap.

Korea Utara tidak secara mutlak menolak dialog. Namun Kementerian Luar Negeri Korut menyebutkan, tuntutan Amerika agar Korut meninggalkan senjata nuklir adalah ”tindakan yang sangat bermusuhan”.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry sebelumnya mendesak Korea Utara agar mengambil ”langkah jelas” dan meninggalkan senjata nuklir sehingga konsultasi enam negara bisa dilanjutkan lagi. Ke enam negara yang dimaksud adalah kedua negara Korea, Jepang, Rusia, Cina dan Amerika Serikat.

HP/AB (afp, dpa)