1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEtiopia

Kesepakatan Damai Tercapai dalam Konflik Tigray di Etiopia

3 November 2022

Uni Afrika menyatakan berhasil menengahi konflik Tigray dengan kesepakatan damai. Kesepakatan itu terjadi beberapa jam setelah PM Etiopia Abiy Ahmed mengklaim pasukannya hampir "menang".

https://p.dw.com/p/4IzvQ
Foto ilustrasi konflik Tigray
Foto ilustrasi konflik TigrayFoto: Tiksa Negeri /REUTERS

Pasukan pemerintah Etiopia telah mencapai gencatan senjata yang dimediasi oleh Uni Afrika dengan pasukan pemberontak Tigray, setelah konflik dua tahun yang menyebabkan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Rabu (02/11), kedua belah pihak menyebut kesepakatan itu sebagai kesepakatan untuk "membungkam senjata secara permanen."

Perantara khusus Uni Afrika Olusegun Obasanjo mengatakan di Pretoria, pihak-pihak yang bertikai juga telah menyetujui "pelucutan senjata yang sistematis, tertib, lancar dan terkoordinasi." Obasandjo telah memediasi pembicaraan damai sejak akhir Oktober.

Gencatan senjata juga termasuk menyetujui "pemulihan layanan" dan "akses tanpa hambatan ke pasokan kemanusiaan," kata Obasanjo.

Kesepakatan damai konflik Tigray ditandatangani di Pretoria
Kesepakatan damai konflik Tigray ditandatangani di Pretoria, 2 November 2022Foto: Themba Hadebe/AP/picture alliance

AS dan PBB sambut kesepakatan damai Tigray

Seorang juru bicara PBB memuji gencatan senjata itu sebagai "langkah pertama yang disambut baik," tetapi mengatakan organisasi itu belum melihat rinciannya. Juru bicara PBB Stephane Dujarric berharap kesepakatan itu "dapat mulai membawa penghiburan bagi jutaan warga sipil Etiopia yang benar-benar menderita selama konflik ini."

AS juga menyambut baik kesepakatan untuk menghentikan pertempuran. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memuji "langkah penting itu," dengan mengatakan AS berharap itu berarti bahwa bantuan kemanusiaan akan diizinkan untuk menjangkau orang-orang yang berada dalam bahaya akibat konflik. "Kami menyambut baik pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan dan perlindungan warga sipil yang harus dihasilkan dari implementasi perjanjian ini," katanya.

Uni Eropa mengucapkan selamat kepada kedua belah pihak, dan menyerukan "perjanjian gencatan senjata permanen" melalui lebih banyak dialog. Uni Eropa juga menunjuk untuk mengamankan pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai prioritas.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga berbicara kepada negara tetangga Eritrea, menyerukannya untuk "meletakkan senjatanya dan mundur."

Mediasi Uni Afrika membuahkan hasil

Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed menegaskan komitmen pemerintahnya untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut. Dia menyambut baik gencatan senjata, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas hasil dari pembicaraan damai.

Seorang perwakilan Tigray mengatakan dalam pernyataan pers ketika gencatan senjata diumumkan bahwa kesepakatan itu harus segera dilaksanakan. Perwakilan utama Getachew Reda mengakui "konsesi" telah tercapai, yang menurutnya diperlukan untuk membangun kepercayaan.

"Pada akhirnya, fakta bahwa kami telah mencapai titik di mana kami sekarang telah menandatangani kesepakatan berbicara banyak tentang kesiapan kedua belah pihak untuk meletakkan masa lalu di belakang mereka untuk memetakan jalan perdamaian baru," kata Reda.

Mediasi yang dipimpin Uni Afrika dimulai di Pretoria, Afrika Selatan, seminggu yang lalu. "Sekarang bagi kita semua untuk menghormati perjanjian ini," kata pemimpin negosiator untuk pemerintah Ethiopia, Redwan Hussein.

hp/yf (afp, rtr, dpa)