1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemiskinan Anak di Jerman Meningkat

Anna Peters2 April 2013

Anak-anak dan remaja di Jerman merupakan kelompok yang paling terkena dampak kemiskinan. Terutama anak dengan latar belakang migran paling terancam kemiskinan.

https://p.dw.com/p/187uK
Kinderarmut in DeutschlandFoto: picture-alliance/dpa

Sedikitnya 2,5 juta anak-anak dan remaja di Jerman hidup di bawah batas kemiskinan. Organisasi bantuan anak-anak Deutschen Kinderschutzbund e.V. mengutip laporan pemerintah Jerman menyebutkan, lebih 15 persen anak berusia antara 11 hingga 20 tahun tergolong miskin.

Khususnya anak-anak berlatar belakang migran paling tinggi risikonya menderita kemiskinan. Sekitar 25 persen anak dari keluarga migran dikonfrontasikan dengan masalah kesulitan keuangan yang dihadapi orang tuanya.

Kemiskinan di Jerman Relatif

Di negara sekaya Jerman, kemiskinan itu relatif, karena ukurannya adalah pendapatan rata-rata per kapita. Laporan anak-anak dan remaja dari pemerintah Jerman mendefinisikan kemiskinan itu dengan ukuran yang sulit.

Dr. Ute Projahn LVR Familienhaus Bornheim Euskirchen
Dr. Ute Projahn pengurus lembaga bantuan darurat LVR.Foto: DW

"Anak tergolong miskin, jika tumbuh dalam keluarga dengan penghasilan lebih kecil dari 50 persen pendapatan rata-rata per kapita seluruh penduduk Jerman," begitu rumusan politiknya. Namun untuk mudahnya, ukuran absolut kemiskinan di Jerman adalah, jika sebuah keluarga dengan dua anak, berpenghasilan bersih di bawah 1.640 Euro sebulan. 

"Definisi miskin di Jerman memang agak sulit", kata Ute Projahn dari organisasi bantuan remaja perhimpunan negara bagian Rheinland-LVR. Projahn memimpin lembaga bantuan darurat anak-anak dan keluarga di bagian kota Bornheim dan Euskirchen. Di lembaganya, anak-anak dam keluarga bisa mendapat bantuan darurat secara permanen atau sementara.

"Kami hidup dalam sebuah masyarakat yang sebetulnya punya cukup uang. Juga keluarga yang secara obyektif tidak memiliki banyak uang, tapi bisa hidup cukup layak."

Kemiskinan Emosional

Visi buruk terkait masa depan lebih baik dan peluang pendidikan, terutama dialami anak-anak di kalangan warga migran, jika kemiskinan material berubah menjadi kemiskinan emosional. "Banyak orang tua tidak lagi memasak secara rutin bagi anak-anaknya, tidak membereskan rumah dan hidup dalam timbunan sampah", kata Ute Projahn berdasar pengalamannya selama ini.

Kinderarmut in Deutschland Köln
Kemiskinan emosional berdampak anak dibiarkan tumbuh tanpa pengawasan.Foto: picture-alliance/dpa

Orang tua membiarkan anak-anaknya tumbuh tanpa pengawasan. Dan frustrasi terkait kondisi keuangan juga ditimpakan kepada anak-anak. "Dalam situasi semacam ini, yang terpenting adalah, anak-anak harus memanfaatkan setiap peluang tawaran bantuan. Yang paling berbahaya adalah, jika mereka apatis dan mengatakan, dari saya kan tidak ada yang diharapkan", ujar Projahn.

Buktinya, banyak anak-anak dari keluarga migran yang miskin, berhasil dalam karir dan kehidupannya di kemudian hari. "Yang penting adalah dorongan semangat dari orang tua dan juga kegairahan anak-anak untuk memanfaatkan setiap peluang", kata dia. Mottonya : di Jerman yang kaya raya tidak ada jalan buntu, untuk mengatasi kemiskinan anak-anak.