1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelompok Islamis Semakin Mendominasi

8 Januari 2013

Kelompok Ikhwanul Muslimin memperkuat kekuasaan lewat perombakan kabinet terbaru. Kaum oposisi menuding kelompok Islamis kini semakin mencengkeram pusat kekuasaan di Kairo.

https://p.dw.com/p/17FQs
Foto: Reuters

Kementerian Transportasi, Pembangunan Dalam Negeri dan Kementerian Logistik jatuh ke tangan Ikhwanul Muslimin, kelompok asal Presiden Mesir yang berkuasa saat ini: Mohamed Morsi. Demikan media setempat melaporkan.

8 dari 35 menteri yang dipimpin Perdana Menteri Hisham Qandil berasal dari kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya juga telah menguasai Kementerian Informasi dan Perumahan.

Cengkraman Ikhwanul Muslimin

Menteri Keuangan yang baru Al-Morsi, al-Sayyed Hegazi, adalah seorang seorang akademisi dengan spesialisasi di bidang sistem keuangan Islam, juga dianggap dekat dengan kelompok Ikhwanul Muslimin meski dia tidak menjadi anggota organisasi yang sangat berpengaruh di Mesir tersebut.

Sepuluh Menteri baru telah bergabung ke dalam pemerintahan lewat perombakan kabinet yang dilakukan pada hari Minggu (6/1) lalu yang menuai kritik dari media massa dan partai politik di negara tersebut.

“Islamisasi pemerintahan”, tulis harian independen Al-Shuruk.

Koran itu juga mengutip pimpinan kelompok kiri dari Partai Tagammu yakni Rifaat al-Said, yang mengecam perombakan itu dan menggambarkannya sebagai “cengkraman” Ikhwanul Muslimin atas pemerintahan.

Dihantam Krisis

Harian kelompok liberal Al-Wafd meragukan kemampuan pemerintah untuk menangani agenda berat dalam dua bulan, atau setelah digelarnya pemilu parlemen yang akan dilakukan pada bulan Februari dan Maret mendatang.

Sementara media milik pemerintah, mengutip Presiden Morsi yang menekankan kepada pemerintahan baru untuk mengintensifkan upaya untuk mengatasi krisis ekonomi yang semakin dalam di negara tersebut.

Perombakan pada akhir pekan lalu dilakukan sebagai langkah untuk menggelar pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional IMF terkait permintaan pinjaman senilai 4,8 milyar Euro yang dianggap sebagai langkah terpenting untuk memulihkan ekonomi negara itu pasca revolusi.

Mata uang Mesir, mengalami penurunan terburuk selama delapan tahun terakhir, akibat krisis ekonomi yang diperparah oleh konflik politik antara kelompok Islamis yang berkuasa dengan kelompok oposisi.

AB/VLZ (afp, rtr)