1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Jerman Catatkan Rekor Jumlah Dokter Berkewarganegaraan Asing

5 Maret 2024

Di Jerman, semakin banyak dokter dan tenaga kesehatan yang berdatangan dari luar negeri. Tapi kendati membantu layanan kesehatan, keberadaan mereka ikut dikritik karena minimnya penguasaan bahasa Jerman.

https://p.dw.com/p/4d8tP
Ilustrasi dokter di Jerman
Proses bedah di JermanFoto: Marcus Brandt/dpa/picture alliance

Laporan Statistik Asosiasi Medis Jerman menyebutkan setidaknya 63.763 dokter dan tenaga kerja kesehatan berpraktik dengan status warga negara asing. Jumlah tersebut menandakan kenaikan sebesar dua kali lipat sejak tahun 2013 dengan 30.000 tenaga kerja. Pada tahun 1993, jumlah dokter dan nakes asing hanya berkisar 10.000 orang.

Mayoritas tenaga kerja asing di sektor kesehatan berasal dari negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Negara asal terbesar adalah Suriah dengan 6.120 orang, Rumania sebanyak 4.668, Austria dengan 2.993, Yunani 2.943, Rusia 2.941 dan Turki dengan 2.628 tenaga kerja.

Kelangkaan tenaga kerja selama ini ikut menjadi isu yang menggelayuti layanan kesehatan di Jerman. Menurut lembaga konsultasi PricewaterhouseCoopers, PCW, hingga tahun 2035 sebanyak 1,8 juta lapangan kerja di sektor kesehatan Jerman tidak terisi karena kekosongan tenaga kerja. Termasuk yang paling akut terdampak adalah petugas kesehatan di rumah sakit dan panti jompo.

Robot Bekerja sebagai Perawat

Integrasi tenaga kerja asing

Namun demikian, keberadaan dokter dan tenaga kesehatan asing turut memicu kekhawatiran perihal kualitas layanan kesehatan. Kepala Asosiasi Kedokteran di negara bagian Rheinland-Pfalz, Jürgen Hoffart, misalnya mewanti-wanti terhadap rendahnya kemampuan berbahasa Jerman tenaga kerja asing.

Menurutnya, kesalahpahaman pada proses konsultasi dan diagnosa berpotensi berakibat fatal. Dia merujuk pada sejumlah istilah kesehatan dalam bahasa Jerman yang terdengar mirip, sehingga bisa disalahpahami orang asing, semisal pada kasus penyakit jantung.

Menurut Hoffart, masalah komunikasi dalam layanan medis akan bertambah di masa depan. Karena lembaga pendidikan di Jerman tidak lagi mampu menyalurkan jumlah tenaga kerja yang mencukupi. Dari sekitar 11.000 lulusan perguruan tinggi setiap tahun, hanya sebagian kecil yang kemudian mengambil profesi di bidang kesehatan.

Direktur Yayasan Perlindungan Paten di Jerman, Eugen Brysch, menilai tenaga kerja asing harus setidaknya menguasai kemampuan dasar berbahasa Jerman, untuk memudahkan komunikasi sehari-hari. "Jika tidak, kesalahan komunikasi dipastikan akan kian marak, yang berpotensi menghasilkan kesalahan diagnosa."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

​​​​​​

Syarat penguasaan bahasa

Di sisi lain, jaminan kesehatan nasional membutuhkan pasokan tenaga kerja yang kini mulai diisi oleh warga asing, imbuhnya. Kelangkaan terutama paling dirasakan di rumah sakit atau panti jompo. Selain itu, lulusan sekolah kedokteran atau tenaga perawat kesehatan di Jerman acap kali memilih upah yang lebih besar di luar negeri.

"Tidak diragukan lagi bahwa situasinya rumit," kata Brysch. "Tapi kualifikasi bahasa tenaga kerja asing tidak boleh diturunkan lagi. Karena yang dirugikan nantinya adalah pasien juga."

Terutama pasien penyakit berat seperti demensia atau kanker kerap membutuhkan dukungan lisan dari tenaga kesehatan. "Selain syarat sertifikat kesehatan, tenaga kerja asing juga harus diminta memenuhi standar kemampuan bahasa Jerman level C1, " imbuhnya, merujuk pada level kualifikasi bahasa tertinggi kedua.

Syarat sertifikat bahasa saja tidak cukup, menurut Byrsch. "Rumah sakit juga harus diminta untuk secara berkala memeriksa kemampuan bahasa untuk pekerjaan kongkret. Buktinya juga harus didokumentasikan dengan rinci."

rzn/hp (kna,dpa)