1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Italia, Detonator di Zona Euro?

Emma Wallis12 Desember 2012

Pasar bereaksi negatif menyusul pengumuman pengunduran diri PM Italia Mario Monti. Berlusconi tengah mempersiapkan diri untuk kembali ke pemerintahan.

https://p.dw.com/p/170X9
Foto: picture alliance/dpa

Dewasa ini, tidak perlu banyak hal untuk menggoncang pasar. Kabar bahwa Perdana Menteri Italia Mario Monti menyatakan akan mengundurkan diri, setelah ia kehilangan dukungan dari orang-orang Berlusconi di Partai Kebebasan, sudah cukup untuk menggoyahkan pasar.

Italia masih dalam cengkraman resesi. Dan angka produksi yang baru dirilis menunjukkan penurunan lebih lanjut. Pada bulan Oktober, hasil industri turun 1 persen dibandingkan pada bulan September. Hari Senin (10/12/12), perdagangan di tiga bank Italia – Monte Paschi di Siena, UBI dan Banca Popolara di Milan – dihentikan karena saham ketiga bank ini turun 5 persen, dan memicu penghentian sementara secara otomatis.

Italiens Premierminister Mario Monti
Mario MontiFoto: Reuters

Unicredit dan Intesa Sanpaolo, dua bank terbesar Italia, juga dilaporkan berada dalam “zona sangat merah“. Berita utama di surat kabar utama finansial Italia “Il Sole 24 Ore“ penuh dengan malapetaka dan kesuraman.

Peringatan bagi Italia

Namun, Morya Longo, pengamat keuangan di Il Sole, mengatakan bahwa risiko terbesar baru akan datang setelah pemilihan umum mendatang pada bulan Februari 2013. Morya Longo menambahkan, “Yang kita lihat sekarang hanya spekulasi. Saya pikir terdapat beberapa tanda optimisme.“

Menurut analisa Longo, pengunduran diri Monti bukan merupakan satu kejutan. Agenda stabilitas yang dicanangkannya berjalan dengan baik, seperti seharusnya. Dan hanya perlu “disetujui (oleh pemerintah baru) untuk menenangkan pasar.”

Pernyataan untuk menenangkan pasar juga disuarakan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle. Dalam sebuah wawancara dengan Spiegel Online, dari Brussel, Belgia, Westerwelle mengeluarkan peringatan bahwa Italia tidak boleh menghentikan dua pertiga program paket penghematannya. Jika dihentikan, diperkirakan Westerwelle, tidak saja berakibat buruk bagi Italia tapi juga bagi Eropa.

Morya Longo juga menjelaskan, dibandingkan 18 bulan lalu, utang pemerintah Italia sebagian besar berada di tangan Italia, dan karenanya masih dianggap "aman“. Tapi peringatan, kembali dikatakan Longo, akan datang setelah pemilu yang direncanakan digelar pada bulan Februari. Pasar akan resah jika partai yang menjadi pemenang gagal meraih mayoritas kuat, sehingga dikhawatirkan semua upaya yang dilakukan Italia, yang dilakukan selama 11 bulan terakhir, akan sia-sia. Jika demikian, dikatakan Longo, ini akan menjadi ujian sebenarnya bagi pasar.

Symbolbild - Silvio Berlusconi
Silvio BerlusconiFoto: Getty Images

Sang Raja Kembali?

Tidak banyak yang berpikir bahwa Berlusconi akan menang kembali. Namun ia merupakan raja “comeback“ Italia. “Peluncurannya“ pada hari Sabtu (08//12/12), saat sebuah pertandingan sepak bola, mengingatkan kembali pada kemenangan pertamanya di panggung politik pada tahun 1994. Dengan menggunakan slogan sepak bola Italia, Forza Italia, ia memenangkan kursi perdana menteri. Setelah itu, Berlusconi dua kali mampu kembali memimpin pemerintahan, meskipun seringkali terperosok dalam skandal dan kasus pengadilan.

Beberapa waktu lalu, ia menyatakan kepada pers bahwa ia “yakin akan menang “. Namun demikian, pengamat politik James Waltson dan American University di Roma mengganggap, kali ini mustahil Berlusconi akan meraih kemenangan.

Jajak pendapat terbaru mengatakan, Berlusconi mungkin hanya mampu mengumpulkan 15 persen suara. Namun, di Italia, tidak ada partai yang memenangkan pemilu dengan suara mayoritas yang kuat. Dan pemimpin Partai Demokrat (PD) Pierluigi Bersani, menurut jajak pendapat, juga hanya mampu menggalang dua kali lipat suara dibanding Berlusconi. Jumlah ini masih jauh dari kemungkinan terbentuknya pemerintahan yang stabil. Sebagai penentang Eropa, mungkin Berlusconi akan mampu meraih lebih banyak suara daripada yang diperkirakan. Hal ini menimbang ketidaksenangan warga terhadap program penghematan.

Kendala lain akan terbentuknya pemerintahan yang stabil adalah kehadiran komedian Beppe Grillo yang berhasil mengumpulkan sebanyak 20 persen suara dalam jajak pendapat. Rudolf Lill, pakar Italia dan sejarawan di Köln, mengatakan kepada DW bahwa Grillo merupakan seseorang yang “anti politik". Namun, Rudolf Lill menambahkan, akan menyulitkan pemerintah jika Grillo memperoleh keberhasilan dalam pemilihan umum.

Pemicu Kehancuran Zona Euro

Saat ini, belum pernah terdapat sebanyak warga Italia yang berada dalam krisis. Menurut angka terbaru yang dikeluarkan pusat penelitian nasional Italia ISTAT, hampir 3 dari 10 warga Italia terancam jatuh ke dalam kemiskinan. Sementara saat ini, hampir setengah dari seluruh jumlah keluarga Italia bertahan hidup dengan kurang dari 2.000 Euro per bulan. Situasi telah sangat memburuk dalam dua tahun terakhir.

Italien Generalsekretär Partito Democratico Pier Luigi Bersani
Pierluigi BersaniFoto: ANDREAS SOLARO/AFP/Getty Images

Kepada surat kabar La Republica, Monti sendiri mengatakan bahwa ia merasa sangat cemas akan masa depan Italia. Dan dalam wawancara dengan surat kabar ini, Sabtu (08/12/12), Monti memperingatkan, “Italia harus berusaha agar tidak jadi detonator yang bisa meledakkan Zona Euro.”

Berdebat Kusir di Saat Roma Terbakar?

Tapi apa yang baik bagi Eropa belum tentu disukai di Italia. Pemghematan ketat yang dilakukan Monti telah membuat dirinya tidak populer di mata warga dan politisi Italia. Dan semua pihak yang menginginkan kemenangan akan mempertimbangkan dengan hati-hati seberapa jauh mereka dapat mendesak pemilih, saat berusaha memenangkan dukungan mereka untuk pemilu mendatang.

Stefano Ceccanti, senator dari Partai Demokrat, mengatakan kepada harian Corriere della Serra, partainya akan memperoleh keuntungan jika beraliansi dengan Monti. Jika Monti yang memimpin pusat dengan Partai Demokrat, “Bersani dapat menjadi perdana menteri dan Monti menjabat presiden.“ Mantan pemimin Partai Demokrat Walter Veltroni juga beranggapan bahwa aliansi besar antara Partai Demokrat dengan Monti akan menguntungkan bagi Eropa.

Namun pada akhirnya, keputusan berada di tangan rakyat Italia. Waltson memperingatkan, bagaimanapun juga seandainya Berlusconi tidak menang, “Ia memiliki daya tarik dan sumber daya yang cukup untuk mempersulit siapapun yang menang dalam pemilu. Dan ia juga akan berusaha untuk memojokkan koalisi apapun yang nantinya mampu dibentuk oleh Bersani, seperti yang ia lakukan terhadap koalisi yang dipimpin Monti.”

Banyak pihak, dan juga pasar, akan mengawasi Italia dengan cermat untuk melihat siapa yang membuat langkah paling meyakinkan selama beberapa bulan ke depan untuk menjaga kestabilan pasar.