1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Indonesia Siapkan Paket Stimulus Jilid 2 Hadapi Virus Corona

3 Maret 2020

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengaku nilai paket stimulus fiskal ini akan lebih besar dibanding sebelumnya. Sementara itu, ekonom INDEF mengatakan pelaku UMKM membutuhkan insentif konkret.

https://p.dw.com/p/3YmYC
Indonesia Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga HartantoFoto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Thomas

Pemerintah kini tengah merencanakan paket stimulus fiskal jilid dua sebagai respon terhadap dampak virus corona ke perekonomi global. Sebelumnya, pemerintah telah menyediakan dana stimulus sebesar Rp 10,3 triliun yang dialokasikan ke sektor paling terdampak yakni industri pariwisata dan turunannya, seperti perhotelan dan penerbangan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, paket stimulus jilid dua ini akan lebih besar dibandingkan sebelumnya. "Kami masih butuh menyuntikkan stimulus tambahan," ujar Airlangga, Senin (02/03) dikutip dari The Straits Times.

Menurutnya, stimulus kali ini akan membantu perusahaan-perusaahaan berskala menengah. Sementara paket stimulus yang diumumkan pada akhir bulan lalu menyasar perusahaan-perusaahaan berskala mikro dan kecil. Selain itu, paket stimulus ini akan mengatur soal pemangkasan proses prosedur ekspor hingga pemotongan bea impor untuk berbagai macam produk.

"Sebenarnya kegiatan produksi di China hampir berhenti seluruhnya," kata Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini. "Perluasan di sektor manufaktur adalah peluang bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan yang tidak dipasok oleh Cina," sambungnya.

Butuh insentif konkret

Menanggapi ini, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, berpendapat ada perbedaan produk yang dihasilkan kedua negara. 

"Misalnya Cina lebih didominasi produk manufaktur berteknologi tinggi sementara ekspor Indonesia adalah komoditas atau bahan baku primer," terang Bhima saat dihubungi DW Indonesia, Selasa (03/03).

Lebih lanjut Bhima mengatakan, stimulus yang disiapkan pemerintah berpihak pada pihak importir. Padahal menurutnya, saat ini merupakan kondisi yang tepat bagi perusahaan domestik untuk melakukan substitusi impor.

"Kita ingin agar corona jadi pelajaran bahwa Indonesia tidak ketergantungan dari barang impor Cina," paparnya.

Bhima bahkan menilai paket stimulus yang dikeluarkan pemerintah terkesan "kurang berani, malu-malu, dan salah strategi." Ia menjelaskan bentuk insentif yang lebih nyata seharusnya diberikan pemerintah bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

"Misalnya penghapusan sementara PPh badan UMKM, kemudian tarif PPn bisa didiskon. Sementara BI diharapkan pangkas bunga acuan 50 basis poin agar pengusaha biaya pinjamannya lebih ringan," pungkasnya.

Stimulus untuk wisman ditunda

Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubanio akan menunda pemberian stimulus untuk wisatawan mancanegara menyusul ditemukannya dua kasus virus corona Covid-19 di Indonesia.

Kepada Tempo.co, Wishnutama mengatakan, stimulus akan diberikan ketika kondisi mulai stabil. "Kemungkinan akan kami geser ke semester dua atau ketika virus mereda," ujar Wishnutama, Senin (02/03).

Ia mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memantau perkembangan virus corona terutama di daerah objek-objek wisata. Kemenparekraf pun telah meyiapkan prosedur mitigasi bencana  yang sesuai dengan standar operasional prosedur internasional.

Pengamat pariwisata Taufan Rahmadi mengatakan, pemerintah khususnya Kemenparekraf jangan sampai salah langkah dalam menentukan kebijakan dalam menghadapi wabah virus corona. Memperkuat peran masyarakat dan stakeholder pariwisata adalah salah satu langkah strategis yang bisa diterapkan untuk menghadapi wabah ini.

"Pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana memberikan pertolongan pada saat sakit, melayani dengan baik, berkomunikasi dengan santun, bagaimana merespon issue akan sangat menolong untuk menjaga kondusifitas di destinasi pariwisata pada saat terjadinya krisis," papar Taufan dalam pernyataan tertulisnya kepada DW Indonesia.

Selain itu, Taufan, yang juga pendiri komunitas relawan pecinta pariwisata GENPI, menyebut diversifikasi pasar dan produk pariwisata, serta memperkuat mitigasi pariwisata adalah langkah strategis lainnya yang bisa dilakukan pemerintah.

Sebelumnya, pemerintah menganggarkan Rp 298,5 miliar untuk sektor pariwisata di tengah-tengah merebaknya virus corona lewat paket stimulus fiskal yang diumumkan akhir bulan lalu. Secara rinci, dana tersebut merupakan insentif untuk maskapai dan agen perjalanan sebesar Rp 98,5 miliar, anggaran promosi wisata Rp 103 miliar, kegiatan pariwisata Rp 25 miliar, dan influencer Rp 72 miliar.

rap/yf (dari berbagai sumber)