1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hotline Bagi Pelacur di Piala Dunia

1 Mei 2006

Sebuah organisasi membuka saluran khusus atau hotline untuk membantu para pelacur jika mendapatkan masalah selama Piala Dunia 2006. Tetapi di Hambuirg, pelacuran paksa tak terlalu dikuatirkan.

https://p.dw.com/p/CPX1
Kawasan Lampu Merah Hamburg
Kawasan Lampu Merah HamburgFoto: dpa

LSM itu bernama Solwodi, kepanjangan dari Solidaritas Bersama Perempuan Tertindas. Hotline itu akan difungsikan hingga 31 Juli, atau tiga pekan setelah berakhirnya Piala Dunia, 9 Juli. Hotline itu ditangani oleh 20 petugas yang akan melayani keluhan dalam bahasa Jerman, Inggris, Perancis, Spanyol, Rusia, Polandia, Rumania dan Ukraina.

Menurut perkiraan, sekitar 40 ribu pelacur "kagetan", sebagian besar dari Eropa Timur, akan beroperasi di Jerman selama Piala Dunia, untuk melayani kebutuhan seks sebagian dari sekitar satu jutaan penggila bola. Sejumlah organisasi sudah melontarkan kekuatirannya, bahwa sebagian pelacur itu beroperasi karena dipaksa oleh atau merupakan korban perdagangan perempuan.

Di Jerman, pelacuran merupakan profesi legal, sepanjang didaftarkan dan mengikuti aturan tertentu. Rumah-rumah pelacuran di berbagai kota malah menyiapkan paket-paket khusus bagi para penonton Piala Dunia yang juga konsumen industri seks.

Solwodi, LSM yang membuka hotline bagi para pelacur yang mendapat masalah itu, didirikan di Kenya tahun 1985 oleh seorang biarawati Jerman, Lea Ackermann.

Sementara itu Kaiser, seorang warga Hamburg yang banyak meneliti kompleks hiburan malam Ripperbahn meyakini, untuk kota Hamburg pelacuran paksa tidak akan terlalu menjadi masalah. Karena di kota pelabuhan itu, pelacuran merupakan bagian wajar dari kehidupan sosial, namun juga diawasi secara ketat.

"Bahkan di sini ada jalan dikhususkan untuk para pekerja seks. Orang datang ke jalan itu, di kiri kanan adalah para perempuan yang menawarkan jasa seks. jadi sangat terbuka. Di luar itu, kalau ada pendatang baru, akan segera dikenali", kata Kaiser, yang tengah membuat penelitian tentang perkembangan Ripperbahn untuk tesis doktoralnya.