1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hosni Mubarak Menghadiri Sidang Ulang

11 Mei 2013

Sidang ulang bagi mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak dimulai. Selain tuntutan pembunuhan pengunjuk rasa, Mubarak juga menghadapi tudingan korupsi beserta anak-anak lelakinya.

https://p.dw.com/p/18W8m
Foto: picture-alliance/AP

Sidang dengar dimulai hari Sabtu (11/5) lengkap dengan pengamanan ketat. Sekitar 3.000 polisi diturunkan untuk mengamankan sebuah ruang sidang buatan di sebuah akademi polisi di pinggiran Kairo.

Mantan Presiden Hosni Mubarak (85), yang diterbangkan ke lokasi, dibawa masuk ke ruang sidang dengan kursi roda, mengenakan pakaian putih dan menggunakan kacamata hitam.

Mubarak dituduh terlibat dalam pembunuhan ratusan pengunjuk rasa saat pemberontakan Februari 2011 yang berujung pada pengunduran dirinya. Menteri Dalam Negeri Mesir saat itu, Habib el-Adly, dan 6 petinggi militer juga ikut disidang.

Mereka didakwa bersalah dan dikenakan hukuman penjara seumur hidup bulan Juni tahun lalu karena gagal menghentikan pembunuhan. Namun permohonan banding mereka diterima pengadilan tertinggi di Mesir bulan Januari sehingga membuahkan sidang ulang.

Mubarak juga menghadapi sidang ulang tuduhan korupsi, bersama kedua anak lelakinya, Gamal dan Alaa.

Semua terdakwa mengaku tidak bersalah atas berbagai tuntutan. Tim jaksa penuntut umum mengatakan kepada hakim bahwa bukti baru dari laporan komisi pencari fakta akan ditunjukkan ke sidang.

Suporter Mubarak berkumpul

Kerumunan orang, termasuk kelompok pro-Mubarak, berkumpul di luar ruang sidang, meski lebih sedikit orang yang turut berkerumunan dibandingkan sidang terdahulu.

Mubarak saat ini berada dalam tahanan di rumah sakit penjara Tora di bagian selatan Kairo. Kesehatannya dilaporkan terus menurun setelah jatuh bulan Desember lalu.

Sebuah komisi independen tahun lalu menemukan bahwa sedikitnya 846 orang tewas dan lebih dari 6.000 lainnya terluka akibat revolusi "Musim Semi Arab" melawan Mubarak.

Mesir tetap terpolarisasi pasca kekuasaan Mubarak selama hampir 30 tahun. Negara tersebut telah mengalami kekacauan politik dan ekonomi selama 2 tahun, diwarnai krisis mata uang serta anjloknya investasi asing.

cp (afp, rtr)