1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Henry Kissinger dan Sejumlah "Warisan Bermasalah“

26 Mei 2023

Bagi para pendukungnya, Henry Kissinger adalah seorang diplomat jenius. Namun untuk para kritikus, dia seorang diplomat jahat yang mengamini pembunuhan massal, termasuk invasi militer Indonesia ke Timor Timur.

https://p.dw.com/p/4RoQt
Henry Kissinger
Henry KissingerFoto: Jacquelyn Martin/AP Photo/picture alliance

Henry Kissinger sering disebut-sebut sebagai diplomat jenius, yang bisa membedakan antara keinginan politik dan realita politik, di mana dalam kasus tidak semua hal yang diinginkan bisa juga dicapai secara politik. Namun bagi para kritikus, dia adalah politisi berdarah dingin, bahkan seorang penjahat perang, karena mengamini pembunuhan massal demi mempertahankan pengaruh Amerika Serikat di seluruh dunia.

Dilahirkan sebagai Heinz Alfred Kissinger pada 27 Mei 1923 di Desa Fuerth, Jerman, dia tumbuh sebagai anak keluarga intelektual Yahudi. Ayahnya seorang guru sejarah dan geografi, ibunya anak seorang pengusaha Yahudi yang berbisnis dengan ternak. Tahun 1938, ketika Hitler mulai merebut kekuasaan di Jerman, keluarganya melarikan diri ke London dan kemudian ke New York.

Tahun 1943, pada usia 20 tahun, Kissinger menerima kewarganegaraan Amerika dan langsung mengikuti wajib militer. Kemampuannya berbahasa Jerman membuat ia ditarik ke bidang intelijen militer. Perang Dunia II membawanya kembali ke Jerman. Pada Maret 1945 dia ditempatkan di Kota Krefeld, kemudian Hannover. Setelah perang berakhir, dia masih bertugas sebagai pejabat intelijen di Jerman, dan akhirnya kembali ke Amerika Serikat tahun 1947.

Menjadi peneliti dan diplomat

Sekembalinya dari dinas militer di Jerman, Henry Kissinger kuliah di kampus bergengsi Harvard College di jurusan politik. Dia kemudian melanjutkan studi sampai meraih gelar doktor di Harvard University dan memimpin beberapa lembaga penelitian politik dan pertahanan.

Tahun 1957 dia memulai karier politiknya sebagai penasehat Gubernur New York Nelson Rockefeller. Tahun 1968, Presiden Richard Nixon mengangkatnya sebagai Penasehat Keamanan Nasional. Tahun 1973 dia diangkat sebagai menteri luar negeri sampai tahun 1977, ketika Jimmy Carter memenangkan pemilihan Presiden AS. Henry Kissinger kemudian mendirikan lembaga konsultan politik Kissinger Associates yang sangat berpengaruh.

Selama karir politiknya, Henry Kissinger mengalami berbagai krisis politik, termasuk kekalahan AS dalam perang Vietnam, memuncaknya Perang Dingin antara blok Barat dan blok Timur, serta konflik Israel-Palestina yang mengguncang seluruh kawasan Timur Tengah.

Tahun 1973, Henry kissinger dianugerahi penghargaan Nobel Perdaiaman bersama tokoh komunis Vietnam, Le Duc Tho. Keduanya dianggap berhasil mengakhiri pertempuran di Vietnam lewat perundingan gencatan senjata. Tapi Le Duc Tho menolak penghargaan itu, karena perjuangan Vietnam "mengusir pasukan kolonia AS” belum berakhir.

Henry Kissinger saat menjabat sebagai menteri luar negeri AS, November 1973
Henry Kissinger saat menjabat sebagai menteri luar negeri AS, November 1973Foto: Bob Daugherty/AP Photo/picture alliance

"Capai tujuan dengan menghalalkan segala cara"

Prinsip politik Henry Kissinger sering disebut-sebut sebagai prinsip menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Selama masa jabatannya sebagai penasehat presiden dan sebagai menteri luar negeri, Kissinger menyetujui penindasan dan pembunuhan massal, asal hal itu bisa memperkuat posisi geopolitik AS. Dia juga sering mengesampingkan hukum internasional dan lebih mementingkan stabilitas yang bisa dicapai dengan pengerahan senjata. Itu sebabnya, kalangan aktivis sempat menuntut agar Henry Kissinger diadili sebagai penjahat perang.

Henry Kissinger misalnya berperan besar dalam pemboman besar-besaran di Kamboja untuk memutus jalur pasokan tentara Vietcong pada tahun 1969. Sekitar 50 ribu sampai 150 ribu penduduk sipil tewas dalam pemboman itu.

Kissinger juga disebut-sebut memberi lampu hijau kepada Suharto untuk menginvasi Timor Timur. Pada awal Desember 1975, Presiden AS Gerald Ford dan Henry Kissinger berada di Jakarta. Ketika itu, Kissinger memastikan kepada Suharto bahwa AS akan tetap mendukung pemerintahannya, asal invasi ke Timor Timur "diselesaikan dengan cepat".

Warisan-warisan bermasalah

Kissinger juga disebut-sebut berada dibalik "referendum palsu" di Papua pada tahun 1969 yang dilaksanakan sebagai "Act of Free Choice” di bawah otorisasi PBB. Ketika itu, AS menjamin kepada Suharto bahwa Papua Barat akan tetap berada di bawah kekuasaannya, asalkan perusahaan AS Freeport bisa masuk ke Papua. Henry Kissinger sendiri tahun 1995-2001 kemudian menjadi salah satu anggota Dewan Direksi Freeport McMoran. Itulah "hadiah" atas jasa-jasa Kissinger terhadap Freeport, kata kalangan aktivis.

Di luar kebijakan Kissinger yang tragis di Indochina dan Indonesia, masih ada beberapa "warisan" masa jabatan Kissinger yang bermasalah. Misalnya dukungan AS terhadap invasi militer Pakistan Barat tahun 1971 ke Pakistan Timur dan pembunuhan ratusan ribu orang di tempat yang sekarang menjadi Bangladesh, serta kudeta militer di Cili dan pembunuhan Presiden Salvador Allende tahun 1973, yang diikuti masa kediktatoran brutal Jenderal Pinochet yang didukung oleh AS.

Hingga kini pun, suara Henry Kissinger masih didengar. Mengenai perang di Ukraina, Kissinger misalnya mengusulkan perundingan "dalam waktu dekat" untuk mencegah konflik yang lebih besar lagi. Namun Ukraina menolak pandangan Kissinger, yang mereka sebut "memenangkan sang agresor" Rusia.

(hp/yf)