1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Harga Gandum Masih akan Tetap Mahal

16 Juni 2022

Harga gandum di bursa dunia selama bertahun-tahun bertengger di USD312 per ton. Namun, sejak perang di Ukraina situasi berubah drastis. Gandum di pasar bursa menjadi bahan spekulasi panas.

https://p.dw.com/p/4Ck6B
Foto ilustrasi ladang gandum
Harga gandum yang naik tinggi selalu menjadi berita buruk bagi negara berkembangFoto: Olena Mykhaylova/Zoonar/picture alliance

Sampai akhir Februari, hanya sedikit yang akan menganggap perdagangan gandum bukan bisnis yang menarik. Harga pasar dunia untuk komoditas tersebut berada di kisaran USD312 per ton selama bertahun-tahun. Namun, dengan perang di Ukraina, situasi mendadak berubah drastis.

Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan harga gandum melonjak melewati angka USD400 per ton. Situasi ini terutama menyulitkan negara-negara miskin, yang warganya menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk makanan.

Dari total panen gandum dunia sebesar 785 juta ton per tahun, hanya sekitar seperempat yang akhirnya dijual sebagai komoditas di pasar global. Sebagian besar turunan produk gandum dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari justru oleh masyarakat di negara-negara yang tidak memproduksi gandumi. Kualitas dan harga dapat sangat berbeda tergantung pada wilayah yang berkembang.

Bursa komoditi di Chicago
Bursa komoditi di Chicago, ASFoto: Chicago United States of America/Zuma/imago images

Dua bursa gandum utama untuk perdagangan global

Harga gandum di pasaran dunia ditentukan lewat bursa bahan komoditas. "Ada dua pasar gandum yang signifikan secara global di dunia - Chicago Board of Trade, CBOT, dan Euronext di Paris," kata Wolfgang Sabel dari Kaack Terminhandel, penyedia layanan keuangan untuk perdagangan komoditas pertanian yang bermarkas di kota Cloppenburg, Jerman.

"Bursa ini menetapkan acuan global harga gandum untuk tepung di bawah otoritas negara dengan bantuan aturan dan regulasi standar. Di sini penawaran dan permintaan yang menentukan harga," katanya kepada DW.

Di bursa komoditi, ada standar pengukuran ketat untuk kualitas dan kategori suatu komoditi. Untuk gandum misalnya ada kategori: 50 ton gandum yang ditanam di Uni Eropa, dengan kandungan protein 11% dan kelembapan maksimum 15%. Standarisasi semacam inilah yang memungkinkan perdagangan gandum di seluruh dunia.

Bagi produsen dan pedagang, harga yang ditetapkan di bursa umumnya menjadi acuan harga grosir untuk produk gandum hilir, kata Wolgang Sabel. Namun, harga gandum di pasar global dan lokal juga bisa berbeda, jelasnya.

Produsen gandum utama dunia
Infografis produsen gandum utama dunia

Sebagian dampak pandemi dan aksi spekulan

Wolfgang Sabel, yang juga pialang saham, mengelola kontrak untuk produsen, pedagang, dan pengolah gandum. Dia mengatakan, seseorang tidak perlu memiliki karier profesional dalam perdagangan komoditas tertentu untuk membeli dan menjual di bursa. Karena itu ada juga banyak spekulan yang mencari untung dari perubahan harga dan juga makelar yang memanfaatkan perbedaan kecil harga antar wilayah dan pasar.

Apakah benar lonjakan harga gandum saat ini adalah dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina? Kedua negara bersama-sama memproduksi sekitar 60 juta ton dari 200 juta ton yang diperdagangkan setiap tahun di seluruh dunia.

"Dunia tidak bisa hidup tanpa panen dari Ukraina dan Rusia. Jumlahnya terlalu besar," kata Wolfgang Sabel. Dampaknya berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Harga gandum yang naik tinggi selalu menjadi berita buruk bagi negara berkembang, terutama bagi negara-negara di Afrika.

"Di negara-negara ini, orang menghabiskan antara 60% sampai 80% dari pendapatan mereka untuk makanan. Jika harga roti menjadi dua kali lipat lebih mahal karena harga gandum melonjak dari 200 euro menjadi 400 euro per ton, itu berdampak," katanya.

Faktor lain adalah rantai pasokan yang terganggu karena pandemi corona, yang telah menyebabkan kelangkaan suku cadang untuk mesin pertanian. Itu berarti, produksi pertanian tidak bisa dengan cepat ditingkatkan. Kesimpulannya, "gandum akan tetap mahal" setidaknya sampai akhir tahun depan, kata Wolfgang Sabel.

(hp/ha)

Becker Andreas
Andreas Becker Editor bisnis dengan fokus pada perdagangan global, kebijakan moneter dan globalisasi.