1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eks Pimpinan Khmer Merah Diadili

27 Juni 2011

Pengadilan ke-dua atas kejahatan kemanusiaan di Kamboja, dimulai hari Senin (27/06). Empat bekas pimpinan Khmer Merah diajukan ke pengadilan dengan tuduhan terlibat pembantaian dua juta rakyat Kamboja.

https://p.dw.com/p/11k9Q
Ieng Sary, salah satu mantan pimpinan Khmer Merah dalam persidangan ke-dua, Senin (26/06)Foto: dapd

Pengadilan atas kasus kejahatan kemanusiaan di Kamboja ini digelar dengan hakim lokal dari Kamboja serta hakim internasional. Empat terdakwa, yakni bekas wakil Pol Pot yang biasa dipanggil "Saudara Nomor Dua" Ieng Nuon Chea, bekas Presiden Khieu Samphan, bekas Menteri Luar Negeri Khmer Merah, Ieng Sary dan istrinya Ieng Thirith yang dulu menjabat menteri urusan sosial.

Keempatnya didakwa melakukan kejahatan perang berupa pemusnahan massal atau genosida selama masa kekuasaan rejim Khmer Merah di Kamboja. Saat itu, diperkirakan dua juta orang tewas.

Ou Virak kepala Pusat Hak Asasi Manusia Kamboja mengatakan "Selain Pol Pot sendiri, keempat terdakwa ini benar-benar bertanggung jawab atas semua kejahatan mengerikan. Sangat penting bahwa mereka sekarang diadili. Kebanyakan orang Kamboja yakin bahwa mereka beempat bersalah."

Pengadilan atas keempat orang ini dianggap sebagai kesempatan terakhir untuk menghukum kejahatan kemanusiaan yang pernah terjadi di era Khmer Merah, karena para terdakwa kini berusia antara 79 hingga 85 tahun.

Seorang warga Kamboja berusia 63 tahun, Kim Sary, yang mengikuti dengan seksama persidangan, menilai, pengadilan ini sangat penting artinya bagi para korban. Ia mengatakan, "Saya mendesak pengadilan untuk mencapai keadilan bagi para korban sehingga mereka dapat beristirahat dalam damai, dan agar kita dapat memahami apa alasan yang mendasari pembunuhan massal ini."

Warga lainnya, Nya Serey yang kini berusia 46 tahun yang mengalami masa kanak-kanak di bawah rejim Khmer Merah, menyatakan, "Ada darah di tangan para pemimpin Khmer Merah, saya tidak bisa memaafkan mereka. Mereka harus mendapatkan hukuman penjara seumur hidup."

Tahun 2010, sidang pertama kekejaman Khmer Merah digelar. Kepala penjara S21 telah dijatuhi hukuman 35 tahun. Hakim menyatakan dia bertanggungjawab atas pembunuhan 14 ribu nyawa di ruang-ruang penyiksaan yang ada di dalam penjara.

Chum Mei adalah satu dari sangat sedikit orang yang selamat dari penjara penyiksaan. Dia yang kini berusia 80 tahun, mengaku ingin mengungkapkan kekejaman yang terjadi di dalam penjara.

"Saya ingin mengungkapkan di depan pengadilan atas empat orang itu mengenai apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Sehingga semua orang mengetahui dan penderitaan korban bisa sedikit berkurang. Kebenaran tak lagi bisa disembunyikan“ kata Chum Mei.

Pengadilan kemanusiaan ini menyedot perhatian warga Kamboja. Meski disiarkan langsung melalui televisi, namun ratusan orang masih berduyun-duyun datang untuk melihat para terdakwa secara langsung di pengadilan.

Kebrutalan rejim Khmer dimulai tahun 1975, saat mereka memerintahkan semua orang keluar dari ibukota Phnom Penh dan kota-kota lain di Kamboja untuk bekerja di pedesaan sebagai buruh tani. Rejim Khmer ingin menegakkan utopi tentang negara komunis tanpa kelas. Mata uang dihapus, obat-obatan modern dilarang beredar, ekonomi Kamboja diisolasi dari dunia luar dengan tujuan menegakkan kedaulatan ekonomi. Kaum berpendidikan dianggap sebagai ancaman dan karenanya dibunuh.

Dan hasilnya adalah bencana. Dua juta orang diperkirakan tewas. Mereka mati karena kelaparan, penyakit dan penyiksaan tentara.

Andy Budiman/rtr/dpa/afp

Editor: hendra Pasuhuk