1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

Dua Anggota Angkatan Laut AS Dituduh Jadi Mata-Mata Cina

4 Agustus 2023

Dua anggota aktif Angkatan Laut AS dituduh memberikan informasi sensitif kepada intelijen Cina, termasuk rincian manual teknis kapal perang dan sistem persenjataannya.

https://p.dw.com/p/4UlJ6
Kapal perang Angkatan Laut AS
Rincian teknis kapal USS Essex dibagikan kepada intelijen Cina oleh salah satu teknisi kapalFoto: picture alliance

Dua anggota Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Cina, demikian keterangan Departemen Kehakiman AS pada hari Kamis (03/08).

Anggota Angkatan Laut AS Jinchao Wei ditangkap pada hari Rabu (02/08) ketika sedang menaiki USS Essex yang berbasis di San Diego, California, kapal perang amfibi di mana dia sedang bertugas sebagai rekan masinis.

Dalam perannya di kapal Essex, Wei memiliki akses untuk mengambil informasi rahasia pertahanan AS yang sensitif mengenai senjata, propulsi, dan sistem desalinasi, kata Departemen Kehakiman AS.

Informasi sensitif AS bocor ke Cina

Pada Februari 2022, Wei "mulai berkomunikasi" dengan seorang perwira intelijen Cina, yang memintanya untuk memberikan informasi tentang kapal Essex dan kapal Angkatan Laut AS lainnya, demikian isi surat dakwaan tersebut.

Wei dicurigai telah menjual informasi rahasia Washington ke Beijing, tentang sistem persenjataan dan pesawat terbang di atas kapal perang amfibi tersebut, yang berfungsi sebagai kapal induk berskala kecil.

Informasi itu termasuk foto dan video, serta buku panduan yang berisi data teknis tentang kapal-kapal Angkatan Laut AS, serta cetak biru untuk sistem radar dan rencana latihan militer besar-besaran AS.

Wei, yang tengah dalam proses menjadi warga negara AS, bahkan diberi ucapan selamat oleh perwira intelijen Cina tersebut setelah resmi diberi kewarganegaraan, menurut Jaksa AS Randy Grossman untuk Distrik Selatan California.

Grossman menambahkan bahwa Wei "memilih untuk berpaling dari negara yang baru diadopsinya" karena keserakahannya. Wei, pria yang baru berusia 22 tahun itu, diduga telah dibayar ribuan dolar untuk informasi itu, dan menghadapi kemungkinan hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.

Kasus Wenheng Zhao

Dalam kasus terpisah, Wenheng Zhao yang berusia 26 tahun, diduga telah menjadi mata-mata Cina selama hampir dua tahun dia bertugas di Pangkalan Angkatan Laut Ventura County, sebelah utara Los Angeles.

Zhao ditangkap dan didakwa bersekongkol untuk mengumpulkan total hampir AS$15.000 (setara Rp227,6 juta) dalam bentuk suap dari seorang perwira intelijen Cina, sebagai bentuk imbalan atas informasi latihan militer rahasia AS yang dibocorkan.

Zhao dituduh menyampaikan rencana latihan militer angkatan laut AS berskala besar di Indo-Pasifik, termasuk rincian waktu dan lokasi pendaratan amfibi. Dia juga diduga telah menyerahkan diagram sistem kelistrikan di fasilitas Angkatan Laut antara Agustus 2021 dan Mei 2023, serta cetak biru untuk sistem radar di pangkalan militer AS di Jepang selatan, demikian menurut surat dakwaan itu.

"Dengan mengirimkan informasi militer yang sensitif ini kepada seorang perwira intelijen yang dipekerjakan oleh negara asing yang bermusuhan, terdakwa mengkhianati sumpah sucinya untuk melindungi negara kita," kata Jaksa AS Martin Estrada.

"Tidak seperti sebagian besar personel Angkatan Laut AS yang melayani negara dengan penuh kehormatan, perbedaan, dan keberanian, Zhao memilih untuk secara korup mengkhianati rekan-rekannya dan negaranya."

Jika terbukti bersalah, Zhao terancam hukuman hingga 20 tahun penjara.

Cina 'bersepakat' dengan anggota militer AS

Tidak jelas apakah kedua anggota Angkatan Laut AS itu dihubungi dan dibayar oleh perwira intelijen Cina yang sama, sebagai bagian dari operasi yang lebih besar.

Pada konferensi pers di San Diego, seorang pejabat Federal AS tidak menjelaskan apakah Wei dan Zhao saling mengetahui tindakan satu sama lain. Kedua orang tersebut mengaku tidak bersalah, baik di pengadilan federal San Diego dan Los Angeles.

"Penangkapan ini merupakan pengingat akan upaya agresif tanpa henti dari Cina untuk merongrong demokrasi kita dan mengancam mereka yang membelanya," kata Suzanne Turner dari Divisi Kontra Intelijen FBI, yang terlibat dalam aksi penggerebekan tersebut.

"Cina mengkompromikan personel tamtamanya untuk mendapatkan informasi militer yang sensitif, di mana itu dapat membahayakan keamanan nasional AS," tambahnya.

kp/ha (AP, AFP)