1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dibutuhkan Lebih Banyak Keterbukaan

26 Juli 2011

Aksi teror di Norwegia menimbulkan banyak rasa takut. Banyak pihak mengatakan, keamanan hanya bisa diciptakan dengan cara mengetatkan sistem pengawasan. Tetapi ini juga akan mengekang kebebasan.

https://p.dw.com/p/123rg
Pemerintah Norwegia dipuji dalam reaksinya atas aksi teror Breivik
Norwegia bersatu dalam situasi berkabung setelah aksi teror BreivikFoto: picture alliance/dpa

Pertumpahan darah akibat serangan teror kembar yang terjadi di Norwegia hari Jum'at lalu tetap menjadi sorotan berbagai media internasional kali ini. Harian liberal kiri Polandia Gazeta Wyborcza menulis dalam tajuknya: Tidak ada jaminan, bahwa tindakan Breivik tidak akan diikuti orang lain di Eropa. Semakin intensiv kita mencoba menjinakkan ranjau ideologi yang ia sebarkan, semakin kecil juga kemungkinan akan terjadi tragedi selanjutnya. Menghukum Breivik tidak akan memusnahkan kasus semacam ini di dunia. Karena itu para penerbit media dan elit politik di Eropa seharusnya mengadakan dialog mengenai imigrasi dan politik multi budaya, serta menjelaskan kepada orang-orang, kenapa kita dalam era globalisasi ini tidak mungkin kembali ke masyarakat yang mono etnis, dengan satu Tuhan dan tidak ada tempat bagi orang-orang yang berpikir berbeda.

Sementara itu harian-harian internasional lainnya memfokuskan pandangan terhadap konsekuensi kejadian di Norwegia. Harian Austria Salzburger Nachrichten menulis: Kecenderungan umumnya sama dimana-mana: Orang-orang ingin menciptakan situasi yang lebih aman. Tetapi keamanan ini, demikian dikatakan para menteri keamanan, menteri dalam negeri dan kepolisian, hanya bisa dicapai dengan membatasi kebebasan. Jalan yang benar untuk mengatasi masalah terorisme, terserah dari arah mana datangnya, ditegaskan dengan jelas oleh perdana menteri Norwegia Jens Stoltenberg. Jawaban atas kekerasan adalah lebih banyak demokrasi, keterbukaan dan sifat kemanusiaan yang lebih kuat. Bukan kenaifan, dan bukan juga dominasi serta pengawasan lebih ketat dari negara.

Mengenai tema yang sama harian Belanda de Volkskrant menulis: Zamannya kenaifan sudah lewat. Ini juga berlaku bagi dampak pandangan-pandangan politik yang radikal, juga walaupun hal ini sejalan dengan kebebasan pendapat. Pemikiran Breivik adalah sebuah ideologi campur aduk, tetapi bisa dilihat, bahwa ide-ide sayap kanan populis merupakan sumber inspirasinya. Adalah hal yang absurd, jika kita menyalahkan partai-partai sayap kanan populis atas pertumpahan darah di Norwegia. Seperti layaknya tuntutan terhadap berbagai organisasi Islam untuk menentang terorisme Islamis, pemimpin partai sayap kanan populis Belanda PVV Geert Wilders dan anak buahnya juga pasti diharapkan untuk mengambil jarak dari Breivik-Breivik di seluruh dunia. Dan bukan hanya satu kali, dengan pernyataan pendek di Twitter.

Sementara itu harian Perancis Le Monde dalam tajuknya kali ini memuji reaksi tenang pemerintahan Norwegia atas serangan teror di negaranya. Norwegia sedang berkabung. Negara ini mencoba untuk mengerti apa yang terjadi. Pemerintah Norwegia tidak meremehkan bahaya teror yang diciptakan oleh kelompok ekstrim kanan dengan campuran ideologinya yang eksplosif, yaitu kebencian terhadap Islam dan warga pendatang. Tetapi pemerintah Norwegia dibawah pimpinan Jens Stoltenberg, dengan cara yang mengagumkan, menolak untuk menyerah kalah. Dan mereka didukung oleh seluruh politisi di Oslo dalam sikapnya ini. Ini adalah kebalikan dari posisi Amerika Serikat setelah serangan 11 September. Dan juga kebalikan dari reaksi yang sering terjadi di masyarakat kita, bahwa setiap kejahatan langsung dianggap sebagai alasan untuk memperketat undang-undang, yang mengakibatkan semakin dibatasinya kebebasan warga. Bahkan dalam situasi kemalangan, Norwegia tetap jujur pada dirinya sendiri. Ini merupakan contoh teladan bagi sistem demokrasi kita.

Anggatira Gollmer/dpa/afp
Editor: Agus Setiawan