1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Pencantuman Kata "Tuhan" dalam Konstitusi UE

19 September 2007

Sejumlah negara dapat menerima pencantuman kata "Tuhan" dalam perjanjian dasar Uni Eropa yang baru. Tapi permintaan pencantuman tersebut sejauh ini tidak mendapat suara mayoritas dari negara-negara anggota Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/CT9m
Foto: AP

Sampai satu bulan mendatang berlangsung pembicaraan antara menteri luar negeri Uni Eropa tentang perjanjian baru Eropa. Dalam pertemuan puncak Uni Eropa tanggal 18 dan 19 Oktober mendatang pembicaraan tersebut diharapkan selesai.

Ketua Parlemen Eropa Hans-Gert-Pöttering sekali lagi mengingatkan negara-negara anggota Uni Eropa untuk mengakhiri pembicaraannya dengan cepat. Sekaligus politisi dari Partai Kristen Demokrat Jerman CDU itu mengkritik keputusan menghapus lambang Uni Eropa dari perjanjian Uni Eropa yang baru. Termasuk pula lambang agama, tepatnya lambang Kristen dan Yahudi. "Eropa memiliki tradisi Kristen“.

Inilah hal yang juga dijelaskan Perdana Menteri negara bagian Jerman Bayern Edmund Stoiber, yang akan meletakkan jabatannya dalam perayaan hari jadi ke-60 tahun organisasi pemuda Partai Uni Kristen CSU dan CDU, dan meminta pencantuman Tuhan dalam perjanjian dasar Eropa. Permintaan yang sejauh ini tidak mendapat suara mayoritas dari negara-negara anggota Uni Eropa.

Meskipun secara statistik lebih dari 80 persen warga Eropa merasa dirinya tergabung dalam Gereja atau kelompok keagamaan, kata Tuhan tidak berhasil dicantumkan secara resmi dalam konstitusi Eropa yang baru. Prinsip pemisahan negara dan gereja selama bertahun-tahun telah menimbulkan perdebatan tentang pencantuman kata Tuhan dalam undang-undang dan sekarang dalam kesepakatan konstitusi yang dipersingkat, perdebatannya semakin mencuat.

"Akhirnya hal itu gagal di tangan Perancis dan Belgia. Dua negara yang memiliki prinsip laisisme, yakni pemisahan negara dan agama dalam undang-undangnya dan tidak ingin menerima bahwa secara tidak langsung lewat Uni Eropa terdapat keterikatan dengan Tuhan.“

Jo Leinen, anggota parlemen Eropa dari partai sosial demokrat dan ketua dewan konstitusi Eropa mengalami secara langsung perdebatan antara penentang dan pendukung pencantuman kata Tuhan dalam undang-undang. Jerman, Spanyol, Italia dan negara lainnya dapat menerima pencantumannya dalam preambul Undang-undang, tapi akhirnya parlemen Eropa memutuskan hal yang sebaliknya.

Meskipun demikian politik di tingkat Eropa bukan berarti tidak berketuhanan atau anti agama. Keinginan gereja untuk terwakili dengan ruang kantor sendiri di Brussel dikabulkan. Konsitusi baru Eropa yang akan dirumuskan hingga akhir tahun ini, mencerminkan nilai keagamaan dan nilai-nilai Kristen seperti solidaritas dan keadilan sosial. Hal yang diyakini Hans-Gert Pöttering Ketua Parlemen Eropa dari partai Kristen Demokrat Jerman.

“Siapapun yang menginginkan disebutkannya prinsip Ketuhanan atau juga penyebutan warisan Kristen Yahudi selain pencerahan, filosofi Yunani atau juga hukum romawi sebaiknya tidak menyerah. Harus dikatakan, bahwa norma-norma kristiani, gambaran sosok Kristen yang ada sekarang pada undang-undang juga terkandung dalam perjanjian.”

Penyebutan secara khusus agama mayoritas di Eropa, yakni agama Kristen dengan jumlah pemeluknya sekitar 75 persen dengan sengaja dihindari. Demikian dikatakan Jo Leinen dari Dewan Konstitusi Eropa. Islam, Yahudi dan kelompok agama lainnya diharapkan tidak merasa didiskriminasi.

"Menurut pandangan saya sudah sewajarnya jika hal itu dibahas lebih lanjut, karena kami di masa lalu dan di masa depan akan memiliki keragaman dalam kesatuan ini. Dan kami tidak ingin mengecualikan siapapun. Itu juga sudah diformulasikan dengan baik, warisan budaya dan religiositas tergantung dari mana orang menarik inspirasi dari pandangan agamanya dan warisan humanis dari revolusi Perancis dan masa pencerahan. Itu adalah tiga komponen yang mewakili model nilai-nilai Eropa dan ditemukan kembali dalam perjanjian Eropa yang baru.“

Lebih penting dari pencantuman keterikatan akan Tuhan bagi Hans Gert Pöttering yang beragama Katholik adalah kebutuhan nilai-nilai agama yang dijalankan sehari-hari pada kehidupan politik Uni Eropa, terutama jika menyangkut masalah ethik.

"Tentu saja hal itu memiliki peranan tidak langsung, tanpa orang berbicara tentang masing-masing agama misalnya jika kita berbicara tentang keputusan norma-norma seperti bagaimana kita menghadapi hidup, dengan orang-orang lanjut usia, bagaimana kita menyikapi masalah teknologi gen? Di situ orang akan mengambil keputusan yang berdasarkan gambaran manusia dan nilai-nilai sehingga secara tidak langsung tentunya nilai religius memiliki arti.“

Pada pintu masuk ke Parlemen Eropa di Brussel terdapat semua yang dapat menarik hati para anggota parlemen. Sebuah toko buku, bank, sebuah jasa pencucian pakaian dan sebuah fitness club. Dan sedikit tersembunyi, yang dapat dicapai lewat lorong di sampingnya adalah ruangan ibadah.

Di sana diadakan doa bersama setiap hari Kamis, tapi tanpa terikat pada agama atau kepercayaan tertentu. Juga lambang agama sengaja tidak dipasang di seluruh bangunan. Meskipun demikian Ketua Parlemen Eropa Hans-Gert-Pöttering terus berharap bahwa suatu hari nanti Uni Eropa masih akan mencantumkan kata Tuhan dalam teks-teksnya.

"Sebagai orang Kristen saya berkata: Kami selalu dibimbing dengan keyakinan dan harapan. Oleh sebab itu kami juga melihat dengan yakin ke masa depan, terutama masa depan Eropa.“

Namun Jo Leinen dari komisi konstitusi melihat tidak ada peluang bahwa negara-negara anggota Uni Eropa yang cenderung religius selama pembicaraan saat ini dapat mencantumkan keinginannya itu dalam teks.

"Terutama Polandia, tapi juga Italia sekali lagi mencoba keterkaitan dengan Tuhan dapat dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian Eropa. Frau Merkel yang menjadi ketua dewan Eropa pada enam bulan pertama tahun ini, juga telah melakukan berbagai konsultasi dengan berhasil, dimana tidak terdapatnya sikap yang senada. Pertemuan puncak bulan Juni lalu telah menetapkan mandat dengan jelas. Jadi, tidak ada lagi yang berubah. Bagi putaran ini tema tersebut sudah tidak dapat lagi dihidupkan.“