1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berpeluit Tanpa Bikini, "Baywatch" Gaza

29 Agustus 2014

Ini adalah dunia yang jauh dari kemewahan dan glamor dari "Baywatch", tetapi saat perang di Gaza berkecamuk, penjaga pantai tetap bergairah menjaga pesisir ini agar sedikit lebih aman.

https://p.dw.com/p/1D3AN
Foto: Roberto Schmidt/AFP/Getty Images

"Saya hanya mencintai dua hal dalam hidup saya: pekerjaan saya sebagai penyelamat pantai dan orang-orang," kata Mohammed Bar, yang baru berusia 21 tahun. Ia mengenakan celana pendek hitam dan kaus putih saat memandang cakrawala dari menara pantai.

"Saya memiliki banyak kenangan baik yang berhubungan dengan laut. Ini adalah seluruh hidup saya, laut adalah teman saya, saudara saya, keluarga saya, itu adalah segalanya bagi saya," tambahnya.

Berharap normal kembali

Berbekal peluit dan pelampung, ia menatap sekelompok anak muda yang asyik berenang ataupun menyelam. Lebih dari 2.140 warga Palestina terbunuh selama 50 hari kekerasan di Gaza, hingga ketika gencatan senjata jangka panjang mulai berlaku. Sekitar 11.000 orang terluka dan lebih dari setengah juta pengungsi, sementara ratusan rumah hancu lebur.

Kehidupan pantai diharapkan akan cepat kembali normal. Namun, selama perang tujuh minggu, Bar masih tetap muncul bekerja setiap hari, jika dilakukan gencatan senjata sementara. Ia satu-satunya penjaga pantai yang tetap melakukannya.

"Baywatch" Gaza

"Baywatch" - acara televisi Amerika Serikat yang memikat jutaan orang -- lengkap dengan para penjaga pantai bercelana renang atau berbikini warna merah -- belum pernah ditonton oleh Bar. Namun tulisan “Baywatch“ tertera pada satu-satunya pelampung yang digantung di menara kayu reyot itu.

Bar senang jet ski. "Laut adalah satu-satunya tempat di Gaza di mana orang bisa bernapas. Kita berada dalam penjara besar,"ujarnya sebelum dilakukannya perjanjian gencatan senjata yang memperbolehkan pembukaan sebagian penyeberangan perbatasan.

Di kejauhan tampak anak laki-laki bermain pasir. Perempuan berkerudung duduk di kursi plastik putih di sebelah payung pantai, asyik mengobrol.

Gaji belum dibayar

Gaji Bar selama tiga bulan sebesar sekitar 2,5 juta rupiah belum dibayar, karena Hamas, penguasa de facto Gaza, telah kehabisan uang tunai, dipotong oleh rezim di Mesir yang telah menghancurkan terowongan lintas-perbatasan untuk penyelundupan uang.

"Dalam situasi yang normal harus ada tujuh penjaga tapi sekarang sayalah satu-satunya di pantai," katanya kepada AFP dari bangunan reyot itu. "Mereka tidak bekerja karena situasi keamanan. Perang telah menelan musim panas dan orang menjadi takut."

Rata-rata, ia menyelamatkan orang 3-5 kali seminggu. Penyelamatan terakhirnya beberapa hari yang lalu. "Saya sedang mengendarai sepeda motor di jalan ketika melihat sekelompok orang tenggelam. Jika saya tidak datang secara kebetulan, saya tidak melihat mereka dan mereka akan mati," katanya.

Ia menjadi lifeguard ketika berusia 16 tahun, setelah menyaksikan tetangganya, Nasser, tenggelam di laut. Dia tak mau hal itu terjadi lagi. Tapi tak ada yang Bar bisa lakukan untuk menghentikan perang. Rumahnya di Zeitun di tenggara Kota Gaza hancur dalam pertempuran dan kini dia tinggal di rumah pamannya.

ap/ab( Jennie Matthew/afp)