1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apparazzi, App untuk 'Jurnalisme Warga'

Conor Dillon 5 Februari 2014

Sebuah aplikasi baru yang menjaring postingan mini berdasarkan lokasi, dapat merevolusi jurnalisme warga - dan gosip tetangga. Namun app ini juga dapat mengirim sang 'reporter' ke pengadilan.

https://p.dw.com/p/1B2VL
Foto: Fotolia/WavebreakMediaMicro

Tidak seperti Facebook atau Twitter, di mana pengguna mengikuti pengguna lain, pengguna Apparazzi mengikuti tempat. Umumnya sebuah permukiman, wilayah atau distrik, misalnya Schanzenviertel di Hamburg atau kawasan Schwabing di München. Namun juga "tempat ibu Anda bermukim," kata Manuel Tessloff, sang pencetus aplikasi.

Saat seseorang memposting berita yang lingkupnya sangat lokal, baik itu penutupan sebuah restoran atau sebuah mobil polisi berpatroli, sebuah pesan terkirim ke ponsel Anda. Seperti Twitter, ada batasan terhadap teks. Batasnya untuk Apparazzi adalah 300 karakter. Namun intinya bukan teks melulu.

"Lebih tentang foto, cerita di balik gambar, kepala berita kecil. Dan kalau mau, bisa ditambahkan sedikit teks," jelas Tessloff.

Jurnalisme warga?

Media arus utama telah berusaha untuk memanfaatkan konten yang dihasilkan pengguna, seperti ini, untuk waktu yang cukup lama.

Berlin secara real-time
Berlin secara real-timeFoto: Apparrazi

Reuters pernah mengoperasikan portal You Witness, laman bagi pengguna untuk mengunggah foto, video, gambar, audio atau teks. Reuters kemudian dapat menggunakan materi hasil unggah yang "bebas royalti, non-eksklusif." CNN melakukan hal yang sama dengan iReport.

Di Jerman, portal 1414 milik harian Bild menawarkan insentif finansial. Bayarannya mulai dari 20 Euro untuk petunjuk sebuah cerita, hingga 250 Euro bagi foto yang naik cetak.

Namun pengaturan semacam ini dinilai buruk oleh serikat jurnalis Jerman, DJV.

Selain merendahkan hasil kerja profesional yang terlatih, kontennya juga patut dipertanyakan, ujar jurubicara Eva Werner. "Apakah sang 'fotografer' benar-benar mengambil foto tersebut? Seberapa akurat informasi yang dihasilkan pengguna? Apakah terkonteks atau menyesatkan?" tanyanya.

Kurang berita, banyak gosip

Namun 'berita' versi Tessloff umumnya tidak mau disentuh media papan atas.

Pertama, terlalu lokal untuk menguntungkan dalam format cetak, walaupun menurut Tesloff, permintaan untuk berita semacam ini cukup tinggi. Ia mengangkat popularitas Prenzlauer Berg Nachrichten, sebuah blog yang melaporkan khusus kejadian seputar distrik di Berlin tersebut.

Seperti nama perusahaannya, berita Apparrazzi tidak tepat disebut 'berita.' Tessloff kerap menggunakan kata 'gosip' untuk menggambarkan informasi yang diposting para pengguna.

Tampilan Apparazzi
Tampilan ApparazziFoto: Apparrazi

Namun bagaimana apabila seorang pengguna berbohong? Bagaimana dengan posting yang benar-benar omong kosong?

"Ada aturan untuk para pengguna," ungkapnya. Pelanggaran yang berulang, akan berujung pada pembatalan akun, tambahnya. Dan kalau melanggar hukum, "Sudah pasti kami tarik postingnya."

Pencemaran nama baik 3.0

Di Inggris, seorang perempuan dan lelaki berusia 20-an pada akhir Januari 2014 dikenai hukuman penjara selama 12 dan 8 minggu masing-masing karena menulis rangkaian twit bernada ancaman, yaitu memuat kata 'perkosa,' yang ditujukan bagi seorang feminis.

Dua tahun sebelumnya, seorang mahasiswa berusia 21 tahun di Inggris dihukum 54 hari di penjara karena melayangkan komentar rasis di Twitter.

Pengguna Apparazzi diperkirakan berusia antara 25 dan 45 tahun. Kaum lelaki umumnya memposting informasi terkait polisi. Penampakan selebriti biasanya diposting para remaja perempuan.

Kebanyakan pengguna Apparazzi berada di Inggris. Pakar hukum Benedikt Mick dari firma Streifler & Kollegen mengatakan bahwa Inggris memiliki kriteria yang lebih longgar daripada Jerman terkait pencemaran nama baik. Namun tetap saja, sebuah fitnah yang ditulis di Inggris dan ditujukan bagi seorang pemain sepakbola Jerman ternama, dapat bergaung secara hukum di Jerman - atau sebaliknya.