1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Ekonomi Indonesia-Cina

28 April 2011

Cina dan Malaysia menandatangani 8 kesepakatan kerjasama Kamis (28/04) di bidang-bidang pendidikan, kebudayaan dan teknologi. Usai kunjunganya ke Malaysia, PM Cina Wen Jiabao akan ke Indonesia mulai 28 hingga 30 April

https://p.dw.com/p/115Nn
Lion dancers perform for small money at the China Town in Jakarta, Indonesia, Wednesday, Feb. 3, 2010. Ethnic Chinese communities in the world's most populous Muslim country are preparing to celebrate the start of the Lunar Year of the Tiger. (AP Photo/Tatan Syuflana)
Foto: AP

Sekitar 20 Nota Kesepahaman atau MOU akan ditandatangani selama Perdana Menteri Jiabao di Jakarta. MOU itu meliputi kerja sama antar pemerintah kedua negara serta pihak swasta. Pemerintah menyatakan, seluruh MOU itu ditujukan untuk mendorong hubungan ekonomi perdagangan yang saling menguntungkan.

Hubungan dagang Indonesia-Cina memang terus meningkat, terutama setelah ditandatanganinya kerjasama Kemitraan Strategis pada tahun 2005. Kunjungan resmi pertama Perdana Menteri Jiabao ini mengukuhkan hal itu.

Tetapi diluar itu, kalangan swasta memandang pemerintah harus bisa memanfaatkan kunjungan perdana menteri Cina itu, sebagai momentum untuk mendesakan revisi atas Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) yang dinilai merugikan Indonesia. Apalagi karena saat ini Indonesia adalah ketua ASEAN. Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik, Natsir Mansyur .

“Namanya juga dagang, harus kita setara. Apalagi defisitnya sangat besar sekali 5,6 milyar. Yang paling cepet itu misalnya, barang Indonesia tidak lagi masuk melalui negara kedua atau negara ketiga masuk ke Cina. Tidak lagi melalui singapura, tidak lagi melalui Hongkong. Itu kan bisa cost logistic kita bisa kurangin. Yang lain misalnya transaksi perdagangan kita menggunakan Yuan atau Rupiah. Terus pertukaran data kita”

Desakan untuk merevisi perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China semakin menguat disuarakan pengusaha menjelang kunjungan Perdana Menteri Wen Jiabao. Ini karena menurut Mansur, Sejak perjanjian itu disepakati 1 Januari tahun lalu, produk jadi dari China membanjiri pasar domestik dan merugikan industri lokal.

Menurut ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi, pemerintah harus bisa menarik investasi yang lebih besar dari Cina sebagai solusi atas defisit akibat perjanjian perdagangan bebas ACFTA.

Saya mengharapkan ada komitment dia dalam membantu pembangunan infrastruktur kita. Paling sedikit power plant kita kan. Yang kedua dia membeli lebih banyak barang kita terutama barang remanufacturing kita, kalau bisa juga barang barang dari UKM -UKM kita itu lebih banyak dia membantu kita membuka pasar. You bisa bayangkan, Cina punya receive dari devisanya itu 3 trilyun dolar. Dia membeli financial paper Amerika saja lebih dari 1 trilyun dollar untuk membantu ekonomi Amerika. Kalau dia (Cina) itu merasa kita ini betul betul partnership dengan dia, sebenarnya dia kan bisa bantu kita untuk membangun infrastruktur kita dan kita kan membayar itu kembali”

Selain pertemuan bilateral, PM Jiabao juga dijadwalkan akan menghadiri acara forum bisnis yang akan mempertemukan pengusaha kedua Negara serta berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sebelum bertolak ke Indonesia, PM Wen Jiabao terlebih dahulu berkunjung ke Malaysia untuk menggelar pembicaraan dua hari dengan pejabat Negara. Kamis (28/04), Cina dan Malaysia menandatangani 8 kesepakatan kerjasama di bidang-bidang pendidikan, kebudayaan dan teknologi.

Zaki Amrullah
Editor: Edith Koesoemawiria