1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hooligan Jerman Lawan Islamis

29 Oktober 2014

Hooligans di Jerman hendak menyelamatkan Republik ini dari kelompok Islamis. Ironisnya, kelompok yang biasanya baku hantam, kini punya musuh bersama. Tajuk Volker Wagener.

https://p.dw.com/p/1Dd6e
Polizei-Einsätze gegen Hooligans
Foto: picture-alliance/dpa/R. Holschneider

Sebuah gagasan yang sangat jahat. Pro NRW sebuah partai kecil berhaluan ekstrim kanan di negara bagian Nordrhein Westfalen, memancing kelompok hooligan Jerman yang terkenal brutal dengan taktik sederhana tapi efektif. Seruannya: Ayo bangkit melawan kaum Salafis, galang front lawan Islamis! Siapa yang tidak tergiur untuk ikut serta membela negara.

Hooliganisme selama ini hanya fenomena yang muncul di stadion sepakbola. Tapi kini mulai merambah dunia maya. Sekarang aksi brutal juga dilancarkan di dalam kota, tanpa perlu ada pertandingan sepakbola.

Kemarahan publik melihat brutalisme kelompok Islamic State di Suriah serta Boko Haram di Nigeria, dimanfaatkan sebagai alasan sebagai "warga negara yang baik" bangkit melawan kelompok salafi dan ISIS. Aksinya dilakukan dengan "operan ganda" bersama kelompok Neo Nazi, yang juga terkenal selalu siap melakukan aksi kekerasan.

Polisi khusus Jerman untuk menangani hooligan - SKB, tahu persis struktur kelompok ini. Di Jerman berlaku rumusan umum bagi kelompok Islamis: muda, lelaki, Muslim, tidak punya perspektif! Definisi ini juga berlaku bagi kelompok perusuh sepakbola, hanya dengan mencabut parameter Muslimnya

Sejak lama SKB juga mengamati fenomena baru yang menakutkan. Agresi di stadion kini tidak hanya dilakukan kelompok khas berkepala botak, badan bertato dan selalu berbau alkohol. Tapi juga oleh anak-anak orang kaya, yang memiliki pendidikan cukup tinggi, dan karis mantap, tapi merasa bosan dengan keseharian dan menganggap diri hebat jika bisa memprovokasi warga.

Sebuah aksi bersama antara kelompok muda dan kaya dengan kelompok tidak berpendidikan berhaluan ekstrim kanan, adalah koalisi yang berbahaya. Dari sudut kemasyarakatan, ini bisa dilihat sebagai kelompok besar yang tidak mengenal kelas. Di dalam kelompok ini berkembang rasisme yang dipicu lewat kritik terhadap Salafisme.

Deutsche Welle Zentralredaktion Volker Wagener
Volker Wagener redaktur DW.Foto: DW

Semua harus waspada. Karena fenomena ini bukan mayoritas di kalangan fas sepakbola Jerman. Klub Bundesliga dan tim nasional Jerman citranya terkenal sangat bagus di seluruh dunia. Tapi citra ini bisa saja dihancurkan sendri, jika misalnya pemain nasional Mesut Özil atau pemain Bayern, Franck Robery harus selalu dilindungi bodyguard dari serangan hooligan, karena selalu berdoa dengan cara Islam setiap kali hendak bertanding.

Kualitas baru rasisme di kelompok Hooligan dan peralihan aksi kekerasan dari stadion ke dalam kota harus dihadapi dengan tegas. Pasalnya, mereka terus melancarkan aksi brutalnya, mula-mula di kota Dortmud, lalu Köln dan dipertanyakan besok lusa di kota mana?

Juga yang amat menakutkan adalah besaran aksi kekerasan di kota Köln hari Minggu lalu. Aksinya disebut anti Salafis. Tapi tidak ada seorangpun kaum Salafis yang terlihat. Kekerasan dari kelompok yang menamakan dirinya "penyelamat Jerman" justru diarahkan kepada polisi. Gabungan Hooligan dan Neo Nazi samasekali tidak takut aparat keamanan. Peredaan ketegangan tidak mungkin dilakukan. Satu-satunya tindakan adalah terapkan dengan tegas kekerasan hukum.