1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hidup di Bulan

Cornelia Bormann28 Maret 2014

Kota masa depan di bulan masih menjadi sebuah target jangka panjang. Saat ini kalangan periset sibuk menjajaki kemungkinan membangun stasiun penelitian di bulan.

https://p.dw.com/p/1BXfk
Foto: picture-alliance/dpa

Penelitian permukaan bulan akan makin banyak menggunakan robot. Seperti Space Climber atau laba-laba ruang angksa yang dibuat para ilmuwan dari pusat riset Jerman untuk kecerdasan buatan. Sasarannya, robot-robot tetap bisa bergerak secara otonom melintasi medan cukup berat. Dilengkapi lengan penjepit, robot-robot semacam ini akan menuruni kawah dan mengambil sampel tanah dan batuan.

Prof. Frank Kirchner, dari Pusat Peliti Intelejensia Artifisial Jerman DFKI mengatakan: "Kami pasang 25 motor, jadi saya punya empat kali lebih banyak peluang, jika ada kemacetan. Tapi ini juga untung rugi yang harus dikaji ulang. Di satu sisi, mobilitas tinggi tapi di sisi lain bahayanya besar bisa terjadi kerusakan. Dengan sistem semacam ini, kami bisa menjelaskan, seaman apa kita bisa membuatnya."

Di lanskap bulan digital, para ahli mengoptimalkan robot buatannya. Di sini diujicoba : seberapa panjang ukuran kaki, dan harus dipasang dibagian mana pada badan, agar Space Climber bisa melalap hambatan tanpa terguling. Untuk itu dikembangkan program komputer yang bisa belajar mandiri. Mottonya : Apa yang di sini terbukti handal, itu yang akan dibuat.

Robot berbeda dengan manusia. Robot tidak perlu air. Tapi untuk membuat stasiun di bulan, air mutlak diperlukan.

Prof. Ralf Jaumann, Pusat Penelitian Ruang Angkasa Jerman DLR menjelaskan: "Kita memiliki semua persyratan bagi eksistensi air di bulan. Ada Hidrogen dari badai matahari, kita punya batuan yang mengandung Oksigen. Hidrogen dan Oksigen bereaksi menjadi air."

Debu kelabu ini berasal dari kawah gunung api di Arizona. Para peneliti dari München memanfaatkannya untuk eksperimen. Komposisi kimia dan ukuran butirannya serupa dengan debu bulan, yang dibawa ke bumi oleh astronot Apollo 14.

Visi mereka: menguraikan unsur yang terkandung dalam debu, misalnya Hidrogen, Oksigen, Nitrogen...juga unsur logam. Caranya didemonstrasikan: Hidrogen dan Oksigen akan dilepaskan jika batuan dipanaskan. Dengan begitu, pada prinsipnya bisa diciptakan air. Tapi alat untuk membuatnya belum eksis.

Matthias Pfeiffer, pakar teknis ruang angkasa Universitas München mengatakan:"Jika saya ingin membuat satu liter air, kita harus memanaskan satu ton meterial debu halus yang sudah disaring. Dari situ kita memperoleh satu kilogram air."

Kendaraan khusus menyerok tumpukan debu bulan. Debu disaring dan diangkut ke dalam reaktor.

Di sana debu dipanaskan, sampai Hidrogen dan Oksigen terurai....juga unsur lainnya.

Gas yang dihasilkan, diolah langsung di reaktor sebelah menjadi aiir, lalu diangkut ke stasiun riset.

Sejauh ini, bulan bagi umat manusia situasinya seperti kutub selatan 100 tahun silam. Tapi diyakini, bulan, seperti juga kutub selatan, akan menarik minat para peneliti yang ambisius.