1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harapan Penyatuan Kembali Siprus Pudar

3 September 2009

Tahun lalu, 3 September 2008, dimulai pembicaraan tentang penyatuan Siprus. Baik bagian Yunani maupun Turki sangat optimis, kesepakatan dapat tercapai. Sekarang situasi lain, dan pembicaraan terhenti sepenuhnya.

https://p.dw.com/p/JOJr
Dimitris Christofias (kanan) dan Mehmet Ali Talat (kiri)Foto: AP

Harapan masih tinggi, ketika tahun lalu kedua kelompok masyarakat di Siprus bertemu untuk pertama kalinya dan memulai pembicaraan tentang penyatuan kembali Siprus. Walaupun tugas tidak mudah, kedua presiden di Siprus, baik di bagian Yunani, Dimitris Christophias dan di bagian Turki Mehmet Ali Talat sangat optimis.

Begitu juga halnya dengan Alexander Downer, penengah khusus baru PBB untuk Siprus. Ia mengatakan, "Saya ingin mengatakan, bahwa saya sangat terkesan dengan keinginina kedua pemimpin kelompok masyarakat. Juga dengan partisipasi pribadi mereka dalam hal ini. Mereka mendemonstrasikan ketulusan hati dengan berupaya meraih jalan keluar."

Rakyat Ingin Pemisahan

Sekarang, setelah sekitar 40 pembicaraan, antusiasme yang dirasakan tahun lalu sudah sangat mendingin. Dari kedua pemimpin perundingan kini tampak jelas sikap menahan diri. Kekecewaan juga tampak jelas dalam masyarakat di bagian utara maupun bagian selatan pulau itu. Seorang pria Turki mengatakan, "Saya setuju jika Siprus dibagi dua. Saya masih ingat dengan baik situasi tahun 1974 lalu, jadi saya tidak percaya Siprus bisa disatukan. Dua negara terpisah lebih baik."

Gespräche über eine Wiedervereinigung Zyperns
Dimitris Christofias (tengah) dan Alexander Downer (ke dua dari kiri)Foto: picture-alliance/ dpa

Sementara seorang warga Siprus Yunani berkata, "Kita tidak bisa punya harapan besar. Ada yang bilang hingga Desember atau tahun 2010. Karena sudah jelas bahwa pembicaraan tidak berlangsung dengan baik. Yang paling buruk lagi, Christofias dan Talat membicarakan tema yang tidak penting. Jika masalah utama tidak dirundingkan, jalan keluar tidak dapat diharapkan."

Masalah Terpenting

Memang kedua politisi belum membicarakan masalah paling penting, yaitu bagaimana bentuk negara Siprus di masa depan. Apakah akan menjadi negara federal? Jadi dua negara bagian di bawah satu pemerintahan? Atau dua negara di bawah dua pemerintahan yang terpisah? Jika mengikuti keinginan rakyat Siprus, yang lebih baik adalah jalan keluar berupa dua negara terpisah. Ini terutama didukung warga Turki Siprus, karena mereka masih kecewa dengan hasil referendum yang gagal awal tahun 2004 ini.

Seorang pria misalnya, mengatakan Uni Eropa berbohong. Dulu bagian Turki Siprus mendukung usulan penyatuan yang diajukan Kofi Annan, yang waktu itu menjabat Sekjen PBB. Sedangkan bagian Yunani Siprus menolak usul itu. Tetapi Siprus bagian Yunani tetap diterima menjadi anggota Uni Eropa tahun 2004, sedangkan bagian Turki ditolak.

Komentar pahit tentang situasi juga terdengar dari bagian Siprus Yunani. Ini terutama berkaitan dengan banyaknya jumlah tentara Turki yang ditempatkan di pulau itu, yang jumlahnya diperkirakan sampai 35.000 orang. Akibat situasi yang tidak menguntungkan ini, kemungkinannya menjadi sangat kecil bahwa pulau di Laut Tengah itu dapat disatukan. Walaupun sebagian warganya masih punya harapan.

Ulrich Pick / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk