1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hantu Bernama Masa Lalu

Andy Budiman9 Juni 2014

Koalisi besar, kekuatan finansial, dan janji kepemimpinan yang kuat adalah modal Prabowo Subianto untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya. Tapi musuh terbesarnya bukan hanya Joko Widodo, tapi juga masa lalunya.

https://p.dw.com/p/1CDpv
Foto: Reuters

Ia pernah menjadi bintang paling terang di tubuh tentara Indonesia. Orang termuda yang pernah ditugaskan memimpin operasi militer menghadapi gerakan separatis, dan menjadi komandan pasukan khusus angkatan bersenjata Indonesia.

Prabowo adalah prajurit cerdas bekas menantu presiden Suharto. Karir militer jenderal bintang tiga itu kandas setelah terlibat penculikan aktivis pro demokrasi menjelang kejatuhan Suharto pada 1998.

Modal besar

Lahir dari keluarga elit, bapak Prabowo adalah begawan ekonomi, sementara adiknya Hashim Djojohadikusumo yang tinggal di London adalah pengusaha – yang menurut daftar Forbes 2013 merupakan salah satu orang terkaya Indonesia dengan aset 700 juta US dollar – yang membiayai kegiatan politik Prabowo.

Untuk membuka jalan ke istana, Prabowo membangun koalisi besar.

"Kami ingin koalisi tenda besar…,“ kata Fadli Zon wakil ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), partai utama pendukung Prabowo.

Maka digandenglah partai Golkar – partai yang dulu menjadi kendaraan Suharto dan dalam pemilu legislatif meraih jumlah suara terbanyak nomor dua – serta partai-partai Islam, termasuk kelompok garis keras Front Pembela Islam.

Tenda besar itu tak hanya menampung mesin politik berupa partai, tapi juga uang dan jaringan media.

Ketua Golkar Aburizal Bakrie adalah konglomerat yang memiliki dua stasiun televisi nasional. Raja media Hary Tanoesoedibjo yang menguasai jaringan koran, online serta tiga stasiun TV nasional juga masuk dalam tim kampanye Prabowo. Dukungan kedua konglomerat itu, membuat kubu Prabowo menguasai setengah dari seluruh stasiun TV nasional yang ada di Indonesia.

Indonesien Wahl Aburizal Bakrie und Prabowo Subianto
Dukungan konglomerat dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie memperkuat mesin politik Prabowo.Foto: picture alliance/AA

Dalam demokrasi Indonesia yang baru terbentuk, uang dan pengaruh media terutama televisi untuk mempengaruhi masyarakat, bisa menentukan hasil akhir.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan, Jokowi masih unggul dibanding Prabowo. Namun jarak dukungan diantara mereka menipis, dan masih ada lebih dari 40 persen pemilih yang belum menentukan sikap.

Pemimpin kuat

Prabowo memenuhi imajinasi pemilih yang bosan dengan gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dianggap lemah. Ia menawarkan diri sebagai antitesa dari rezim yang sepuluh tahun terakhir berkuasa.

Dalam berbagai kesempatan, Prabowo selalu menyebut bahwa persoalan utama Indonesia adalah leadership. Untuk itu ia menawarkan solusi kepemimpinan nasional yang kuat.

Ini menjadi salah satu tema utama kampanye.

“Rakyat sangat ingin pemimpin yang tegas… mereka percaya jika Prabowo menjadi pemimpin, maka Indonesia akan punya derajat yang yang lebih tinggi (dari negara lain) dan tidak mudah dilecehkan,” kata Suhardi Ketua Umum Gerindra, kepada Deutsche Welle.

“Ada banyak orang yang mendambakan… ingin seperti pak Harto (Suharto) di mana kehidupan begitu nyaman, tenang. Pemerintahan stabil dan kuat sehingga ekonomi lancar”

Selama 32 tahun berkuasa, Suharto memimpin dengan tangan besi. ”Stabilitas politik”, adalah mantra yang sering dipakai orang kuat itu untuk membungkam oposisi.

Ex Diktator Suharto ist tot
Selama 32 tahun, Suharto memimpin Indonesia dengan tangan besi atas nama stabilitas politik.Foto: AP

“Contoh lain di luar negeri seperti Mahathir… negara maju selalu dipimpin oleh orang tegas“, kata Suhardi merujuk kepada bekas Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, yang juga dikenal memimpin dengan gaya otoriter.

Dalam sebuah acara talkshow, juru kampanye Prabowo mengidentikkan bekas jenderal itu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan bekas presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Masa lalu

Kampanye Prabowo membawa ingatan orang pada masa lalu. Ia berpakaian ala pendiri bangsa sekaligus presiden pertama Sukarno, yang sangat populer. Para juru kampanyenya juga tidak keberatan, jika Prabowo diidentikkan dengan Suharto, sebagai simbol pemimpin yang kuat.

Hanya satu yang enggan dibicarakan Prabowo: masa lalunya.

Prabowo mengakui bahwa dirinya terlibat kasus penculikan aktivis. Ia mengaku terpaksa mengikuti perintah atasan, karena kondisi politik Indonesia – menjelang kejatuhan presiden Suharto – saat itu sedang kacau.

Dalam wawancara dengan majalah TEMPO, Prabowo berkilah: ”Saya kan, hanya petugas saat itu."

Sembilan aktivis yang dia perintahkan untuk diculik telah dibebaskan, kata Prabowo, tapi dia tidak tahu soal 13 lainnya yang masih hilang.

"Mungkin banyak tim, tapi saya tidak tahu. Saya hanya salah satu, kan, ada beberapa belas panglima," kata Prabowo.

Selain lawan politiknya, para aktivis hak asasi manusia adalah kelompok yang paling gencar berkampanye mengajak orang mengingat masa lalu.

Di Facebook dan Twitter, tersebar foto tiga belas aktivis yang hingga kini masih hilang dan diduga kuat telah dibunuh, dengan pesan #MenolakLupa.

"Ada apa dengan bangsa ini sehingga orang dengan catatan masa lalu yang demikian hitam akan dipilih untuk menjadi Presiden? Tidak adakah sosok yang lebih baik?" kata Mugiyanto Sipin, salah seorang korban penculikan yang dibebaskan kepada Deutsche Welle.

Selama disekap, Mugiyanto sebagaimana delapan korban penculikan lainnya yang selamat, mengaku disiksa: dipukuli, ditodong senjata, dipaksa tidur di atas balok es hingga disetrum.

“Pemilih tidak cukup tahu tentang Prabowo… yang masyarakat tahu adalah sosok Prabowo seperti yang muncul di iklan-iklan di TV…,” kata Mugiyanto.