1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gencatan Senjata Israel-Palestina?

15 Juli 2014

Israel, hari Selasa (15/7) dengan berat menerima proposal perdamaian Mesir untuk segera melakukan gencatan senjata, setelah satu pekan kekerasan paling mematikan di Gaza selama beberapa tahun terakhir.

https://p.dw.com/p/1Ccyc
Foto: picture-alliance/dpa

Kairo mengusulkan sebuah gencatan senjata yang akan mulai berlaku pk. 06.00 GMT, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumpulkan para menteri bidang keamanan untuk mempertimbangkan tawaran, yang mendapat dukungan dari Washington.

Namun kelompok Islamis Hamas, yang para militannya menembakkan ratusan roket ke arah Israel pekan lalu, mengesampingkan usul untuk mengakhiri pertempuran tanpa sebuah perjanjian lengkap, seiring meningkatnya jumlah korban jiwa di Gaza pada hari ketujuh konflik ini naik menjadi 188 jiwa.

Usul Kairo muncul setelah Washington menentang rencana serangan darat Israel dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba di ibukota Mesir untuk melakukan upaya diplomatik mengakhiri pertumpahan darah.

Presiden AS Barack Obama menyambut baik inisiatif Mesir, menggambarkan jatuhnya korban sipil di Palestina sebagai sebuah ”tragedi” sambil mengekspresikan dukungannya pada hak Israel untuk membela diri melawan serangan roket.

Israel melancarkan “Operation Protective Edge“ sebelum fajar pada 8 Juli, menghantam Gaza dengan rangkaian serangan udara untuk memusnahkan roket lintas batas, yang dijawab para militan dengan menembakkan ratusan roket, yang puluhan diantaranya menyasar bagian tengah dan bahkan utara Israel.

Hamas menolak

Detail usulan Mesir itu disampaikan pada Senin malam.

“06.00 GMT telah ditetapkan sebagai awal pelaksanaan gencatan senjata diantara dua pihak,” demikian isi pernyataan, dengan Kairo menyebut bahwa langkah itu akan diikuti dengan pembicaraan antara pejabat tingkat tinggi Israel dan Palestina, setelah gencatan senjata mulai berlaku.

Para menteri kabinet keamanan Israel telah mulai mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan kesepakatan gancatan senjata, demikian laporan radio angkatan bersenjata sambil menyatakan bahwa tiga menteri garis keras kemungkinan akan menolak rencana tersebut.

Namun, Hamas juga menolak usulan tersebut, dengan juru bicara Fawzi Barhum menyatakan tidak akan ada gencatan senjata tanpa kesepakatan lengkap untuk mengakhiri permusuhan.

“Dalam masa perang, anda tidak melakukan gencatan senjata dan kemudian bernegosiasi,” kata dia. Hamas tidak menerima proposal apapun dan bahkan jika Israel menghentikan serangan, maka itu tidak akan ada artinya setelah meluasnya kerusakan di Gaza, kata dia.

Sayap militan Brigade Ezzedine al-Qassam, menolak proposal damai dan bertekad mengintensifkan serangan ke Israel.

Hamas menyatakan tidak akan menyepakati gencatan senjata jika Israel tidak memenuhi daftar tuntutan mereka, termasuk diakhirinya blokade selama delapan tahun atas Gaza, bersamaan dengan pembukaan Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

Presiden Palestina Mahmud Abbas menyambut baik inisiatif Mesir, demikian pula dengan Liga Arab, yang menyerukan ”semua pihak” untuk menerima gencatan senjata.

Tekanan AS

Washington memperingatkan sekutunya Israel, dengan menentang rencana negara itu yang sedang menyiapkan kemungkinan serangan darat untuk menginvasi Gaza seiring meningkatnya korban jiwa akibat serangan udara, yang menimbulkan kritik dari PBB serta berbagai badan hak asasi manusia dunia. (Baca juga: Ribuan Warga Palestina Mengungsi)

“Tak ada yang ingin melihat sebuah invasi darat karena akan lebih mengancam nyawa warga sipil,” kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

Inilah untuk pertama kalinya Gedung Putih secara spesifik memperingatkan di depan umum, menentang rencana Israel menginvasi Gaza.

ab/hp (afp,ap,rtr)