1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gaji Perempuan Lebih Rendah di Sektor Swasta Jerman

Johanna Schmeller 23 November 2013

Perempuan di Jerman berpenghasilan seperempat lebih rendah dari laki-laki. Tidak semua posisi pekerjaan terbuka bagi kaum perempuan. Ini bukan polemik tapi fakta.

https://p.dw.com/p/1AMiH
Foto: imago/Sven Simon

Hanya satu persen dari anggota pemadam kebakaran Jerman adalah perempuan. Seperti Tanja Dittmar, ia adalah satu-satunya anggota pemadam kebakaran perempuan dari 223 orang anggota pemadam kebakaran di Mülheim.

Siapa yang ingin menjadi pemadam kebakaran di Jerman harus lulus ujian fisik berupa ujian kekuatan dan ketahanan. Dalam ujian ini tak dibedakan antara perempuan dan laki-laki. Untuk mempertahankan kekuatan fisik, Dittmar yang berusia 40 tahun harus terus aktif berolahraga. Meski menjadi anggota pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang cukup berat bagi perempuan, akan tetapi Dittmar bisa memperoleh gaji dan peluang karir yang sama dengan rekan kerja lelaki.

Sistem yang merugikan

Berbeda halnya dengan sektor swasta. Ada perbedaan gaji yang mencolok antara laki-laki dan perempuan. Di sektor swasta, perempuan mendapatkan gaji seperempat lebih sedikit daripada laki-laki, seperti diungkapkan oleh Equal-Pay-Initiative. Alasannya adalah dasar penghitungan yang berbeda-beda dalam perumusan data.

“Semakin banyak faktor yang dimasukkan, semakin sama pula upah per jam yang akan didapatkan - akan tetapi, bagi perempuan, hal ini masih jauh dari kenyataan,“ kata sosiolog Jutta Allmendinger.

Siapapun yang bekerja paruh waktu karena alasan keluarga, memang akan mendapatkan upah per jam yang sama – akan tetapi mereka yang bekerja paruh waktu adalah orang-orang yang lebih rentan terhadap resiko kemiskinan hari tua. Dan perempuan termasuk dalam kelompok ini. Alasannya antara lain karena perempuan biasanya bekerja di perusahaan kecil dan termasuk dalam golongan pekerja yang berkemampuan produktivitas rendah serta mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dibanding laki-laki karena sering berhenti bekerja dengan alasan keluarga.

Akan tetapi, meski faktor-faktor merugikan tersebut sudah tak diikutkan dalam perhitungan, dalam perbandingan antara laki-laki dan perempuan dengan persyaratan yang sama, masih tetap terdapat perbedaan gaji sebanyak 7 persen kata Jutta Allmendinger.

Kewajiban kuota untuk perempuan

Hal itu harus diubah - menjadi lebih baik, inilah yang dijanjikan oleh koalisi besar, partai pemenang di pemilu Jerman. Melalui ketentuan jumlah kuota, koalisi besar ingin membawa perempuan menuju jajaran pimpinan dan dalam jangka menengah mereka ingin meminimalisir jenis-jenis pekerjaan yang banyak didominasi oleh pria.

Sehingga dalam waktu dua tahun, wanita bisa menjadi satu dari tiga pimpinan eksekutif di dewan komisaris di perusahaan milik negara. Bahkan, dalam hal ini perusahaan milik publik tersebut harus menentukan sendiri jumlah kuota wajib perempuan yang akan mereka tetapkan.

Para ahli memprediksi, tanpa politik yang tepat perubahan tak akan bisa dicapai. Mereka beralasan bahwa perempuan akan dilihat secara sosial demogafis di tahun-tahun mendatang, ketika telah banyak orang masuk usia pensiun, sehingga secara otomatis perempuan bisa masuk pada posisi yang sesuai.

Akan tetapi pendapat ini ditolak oleh sosiolog Jutta Allmendinger. “Saat ini perempuan sudah punya kualifikasi lebih dari laki-laki," tegas Allmendinger. "Dan ini bukan generasi pertama, tapi merupakan generasi ketiga. Jika kita tidak secara substansial mengurangi perbedaan antara pekerjaan yang dibayar dan tidak, yakni pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang menghasilkan untung - kita tak akan bisa mengatasi masalah ini.“ Ia mengatakan lebih lanjut bahwa permasalahan ini tak akan selesai dengan sendirinya, karena itu dibutuhkan politik baru pengaturan tenaga kerja.