1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fenomena Langka Letusan Gunung Ontake

29 September 2014

Gunung Ontake di Jepang yang meletus secara tiba-tiba dianggap sebagai fenomena yang sangat jarang terjadi. Sehingga tidak mungkin untuk sempat mengambil langkah-langkah pencegahan.

https://p.dw.com/p/1DMal
Foto: REUTERS/Kyodo

Setelah 35 tahun tanpa erupsi besar, gunung berapi setinggi 3067 meter di Jepang meletus secara tiba-tiba hari Sabtu (27/09). Gunung Ontake yang populer di kalangan pendaki tersebut memuntahkan debu, batu dan uap.

Dalam pembicaraan dengan kantor berita AFP, Jacques-Marie Bardintzeff dari Universitas Paris-Sud Orsay dan Cergy-Pontoise mengatakan erupsi mendadak semacam itu jarang terjadi. "Biasanya, gunung berapi menjadi aktif setelah 30 atau 40 tahun, ada pertandanya 24 hingga 72 jam sebelum letusan. Pergerakan magma dan mikro-seismik tercatat. Ada perubahan suhu."

Tanpa peringatan

Biasanya ada cukup waktu untuk memperingatkan mereka yang tinggal di kawasan sekitar untuk berevakuasi atau menutup akses ke wilayah turis disana. Demikian jelas Bardintzeff.

Erupsi Ontake yang diduga menewaskan lebih dari 30 orang, tidak hanya terjadi secara tiba-tiba tetapi juga berbahaya karena meletus di akhir pekan saat dipenuhi banyak pendaki dan turis.

"Kombinasi faktor-faktor tersebut mengubahnya menjadi sebuah bencana," kata Bardintzeff. Ia menambahkan, ada penjelasan berbeda yang menyebabkan erupsi dadakan tersebut. "magma bisa menemukan celah yang memungkinnya naik ke atas dengan satu gerakan. Ini sangat jarang terjadi."

Tipe erupsi berbeda?

Ada juga tipe erupsi lain yang disebut hidrovukanik atau freatomagmatik. "Sering ada air di dalam gunung berapi. Jika magma naik bersama dengan gelombang panas, air bisa menguap dengan cepat dan menyebabkan tekanan tinggi seperti di dalam panci presto. Jika tekanan lebih besar dari kekuatan tanah di atasnya, semua batuan akan menjadi fragmen-fragmen yang dikenal sebagai bom vulkanik," jelas Bardintzeff.

Tipe erupsi ini berbahaya karena terjadi dengan cepat, tanpa ada pertanda nyata akan apa yang terjadi selanjutnya. Tanpa peralatan seismologi yang lebih canggih "kita tidak berdaya," menghadapi kasus seperti di Jepang, kata Bardintzeff.

Untuk saat ini belum ada penjelasan resmi akan penyebab erupsi yang terjadi secara tiba-tiba di Jepang.

vlz/hp (afp)