1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fenomena Erdogan di Turki

Baha Güngör1 April 2014

Setelah pemilu komunal di Turki, posisi PM Erdogan makin kuat. Kubu oposisi terlalu membosankan dan tidak punya strategi yang baik, demikian opini redaksi DW Baha Gungor.

https://p.dw.com/p/1BZcg
Foto: Reuters

Partai AKP dari PM Recep Tayyip Erdogan kembali memenangkan pemilu komunal di Turki secara meyakinkan. Padahal kritik terhadap Erdogan belakangan makin gencar. Tapi argumen-argumen yang disampaikan kubu oposisi terlalu membosankan, Mereka tidak punya strategi yang jitu menghadapi popularitas sang Perdana Menteri.

Apa yang sebenarnya terjadi? Erdogan menghadapi berbagai tuduhan korupsi. Bahkan beberapa anggota kabinet terpaksa harus mengundurkan diri. Keluarga Erdogan, terutama anak lelakinya, santer diisukan terlibat dalam kasus manipulasi dan korupsi. Erdogan memutuskan pemblokiran Twitter dan Youtube, dan menuai kecaman keras di internet.

Tapi para pendukung Erdogan tetap tidak berpaling dari idola mereka. Dalam pemilu komunal, AKP berhasil meraih lebih dari 45 persen suara. Sedangkan partai oposisi terbesar, Partai Republik CHP, makin terpuruk dan hanya meraih 26 persen suara.

Pembalasan kalangan bawah

Hasil pemilu komunal di Turki menggambarkan sikap politik kelompok bawah. Selama puluhan tahun mereka merasa terpinggirkan dan tidak dipedulikan oleh para elit politik. Mereka bekerja sebagai pembantu di rumah-rumah kalangan atas, sebagai buruh murah yang tinggal di daerah kumuh. Mereka termasuk juga para penduduk desa yang sering dicemooh oleh kalangan kota.

Erdogan bisa menarik kalangan bawah, dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, dan terutama dengan mengedepankan simbol-simbol keagamaan. Bagi para penduduk desa yang kurang pendidikan dan berpikir secara tradisional, simbol-simbol agama punya peranan penting. Mayoritas dari 77 juta penduduk Turki termasuk dalam kalangan bawah. Mereka adalah pendukung utama Erdogan, dan mereka tidak terlalu peduli dengan isu-isu korupsi.

Redaksi DW Baha Güngör
Redaksi DW Baha GüngörFoto: DW

Eropa harus bersabar

Setelah meraih kemenangan dalam pemilu komunal, Erdogan berpidato kepada para pendukungnya sambil mengancam para pengeritiknya. Di panggung politik Eropa, pidato seperti ini tidak lumrah, karena biasanya pemenang pemilu justru berusaha meraih semua kalangan, termasuk para pengritiknya.

Jadi bagaimana Eropa menanggapi situasi di Turki? Erdogan kini akan tampil makin percaya diri. Dia tidak akan segan-segan mengorbankan ambisi Turki masuk Uni Eropa. Tapi para pemimpin Eropa harus bersabar dan tidak boleh berhenti berunding dengan Turki. Karena Eropa perlu Turki, sebagai mitra ekonomi dan mitra aliansi militer di kawasan krisis yang tidak tenang.