1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Empat Kelompok Teror Islamis Bunuh 12 Ribu Orang

19 November 2014

Empat kelompok militan Islamis bertanggung jawab atas kematian lebih 12.000 orang dalam serangan teror mereka. Korban tewas akibat serangan kelompok militan tahun 2013 mencatat rekor tertinggi dalam dekade terakhir.

https://p.dw.com/p/1Dp8Y
Symbolbild islamistischer Kämpfer
Foto: Fotolia/Oleg Zabielin

Sedikitnya 18.000 orang di seluruh dunia tewas akibat serangan kelompok militan dan teroris pada tahun 2013. Dibanding tahun sebelumnya, jumlah korban tewas akibat terorisme meningkat lebih dari 60 persen. Demikian menurut indeks terorisme tahun 2013 yang disusun Institute for Economic and Peace IEP yang bermarkas di Washington yang dipublikasikan Selasa (18/11/14)

Tahun 2014 diperkirakan jumlah korban tewas akibat serangan teror akan terus meningkat. Pemicunya adalah konflik berkepanjangan di Timur Tengah serta konflik sektarian di Nigeria.

Empat kelompok milisi bersenjata Islamis di lima negara tercatat sebagai penyebab utama kematian korban serangan teror. Masing-masing Islamic State di Suriah dan Irak, Boko Haram di Nigeria, Taliban di Afghanistan dan Pakistan serta jaringan teroris trans-nasional yang berafiliasi kepada Al Qaida. Juga korban tewas terbanyak akibat serangan teror jatuh di lima negara tersebut.

"Tidak diragukan lagi, ini merupakan masalah besar yang terus mengancam. Penyebab terorisme amat kompleks, tapi empat kelompok, yang bertanggung jawab pada sebagian besar kematian, semua memiliki akar Islam fundamentalis," kata Steve Killele pimpinan Institute for Economic and Peace IEP yang mempublikasikan indeks terorisme terbaru itu. Kelompok radikal islamis itu terutama berang melihat penyebaran pendidikan bergaya Barat.

13 negara berisiko tinggi

Selain lima negara yang paling berbahaya itu, juga dilaporkan 13 negara yang berisiko paling tinggi terkait meningkatnya aktivitas kelompok teroris. Negara-negara itu tersebut adalah Angola, Bangladesh, Burundi, Ethiopia, Iran, Israel, Mali, Myanmar, Meksiko, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Srilanka dan Uganda. Indikator risiko terorisme diukur dari situasi politik, aksi kekerasan serta pengelompokan.

Walaupun mayoritas aksi terorisme aktual berakar pada radikalisme kelompok islamis bersenjata, sebagian aksi teror menurut laporan IEP masih berbasis pada masalah klasik. Misalnya berbagai serangan teror di India, yang naik sekitar 70 persen dibanding tahun 2012, dilancarkan pemberontak komunis yang terutama menyasar pos-pos aparat keamanan.

Strategi paling sukses mengatasi aksi terorisme sejak lima dekade terakhir adalah melakukan pengawasan ketat atau membuka proses politik. Sekitar 80 persen ancaman terorisme dipecahkan lewat dua cara tersebut. Sementara sukses menumpas terorisme lewat aksi militer, kontribusinya hanya sekitar 7 persen.

Laporan itu juga merinci, penyebab utama kematian korban dalam serangan teror. Menurut laporan sekitar 60 persennya akibat bahan peledak, disusul sekitar 20 persennya akibat tembakan senjata api. Serangan bunuh diri menggunakan bom mobil mencatat sekitar lima persen korban tewas dari jumlah korban keseluruhan.

as/yf(rtr,afp,ap,iep)