1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Ekonomi Indonesia Perlu Waktu"

Dominguez, Gabriel / Suci Sekar16 November 2014

Perekonomian Indonesia melambat dan perlu waktu lama untuk pulih kembali. Wawancara khusus DW dengan pengamat ekonomi Asia Gareth Leather.

https://p.dw.com/p/1Dma4
Foto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images

Bagaimana prospek ekonomi Indonesia tahun depan? Dalam wawancara dengan DW, Gareth Leather, pengamat ekonomi untuk kawasan Asia dari Capital Ekonomics menerangkan, Presiden Jokowi menawarkan sejumlah langkah baru yang menjanjikan. Tapi Indonesia perlu waktu lama untuk pulih. Berikut petikan wawancaranya :

DW: Presiden Jokowi menjanjikan kebijakan yang ramah pada pasar. Tapi dia juga mengatakan akan melindungi perusahaan lokal dan sumber daya alam Indonesia. Ini sempat menimbulkan kebingungan diantara investor asing. Apa penyebab melambatnya investasi di Indonesia akhir-akhir ini?

Gareth Leather: Investasi tumbuh hanya 4,0 persen pada kuartal ke tiga 2014, turun dibanding kuartal sebelumnya yang tercatat 5,0 persen, dan dari rata-rata investasi yang tumbuh 8,5 persen dalam satu dekade terakhir. Lingkungan bisnis yang tidak pasti telah membuat investor asing maupun domestik mundur. Bukan hanya itu, tingginya suku bunga juga menjadi faktor investasi jadi mandek. Dampak negatif dari kondisi tersebut baru sangat terasa akhir-akhir ini, menyusul melambatnya perdagangan global yang juga memberatkan sektor investasi.

Jokowi menempatkan para teknokrat professional di kabinetnya untuk memimpin di sektor-sektor ekonomi dan menerapkan agenda reformasi sedapat mungkin. Bagaimana Anda melihat langkah ini, apakah akan membantu perekonomian Indonesia?

Untuk saat ini, jelas terlalu dini untuk mengklaim bahwa Jokowi akan bisa menggerakkan lagi perekonomian Indonesia ke arah yang benar. Tetapi, dengan penunjukkan sejumlah teknokrat ketimbang orang-orang dari partai politik untuk mengisi posisi kunci, Indonesia secara umum menunjukkan perkembangan baik dalam membuat kebijakan.

Mengapa penting sekali untuk mengurangi subsidi BBM?

Berkaca pada harga minyak saat ini, maka mengurangi subsidi BBM bisa mendorong masyarakat agar menggunakan BBM se-efisien mungkin. Naiknya permintaan impor minyak pada akhirnya bisa mengganggu perekonimian secara keseluruhan, melihat besarnya defisit anggaran.

Porträt - Gareth Leather
Foto: Capital Economics

Subsidi BBM telah menekan sektor keuangan negara, kendati keuangan pemerintah masih relatif sehat. Ini ditandai dengan defisit anggaran pada 2013 hanya sebesar 2 persen dari GDP. Beban utang negara juga relatif terkendali. Anggaran pemerintah untuk subsidi BBM sangat besar, jika posisi ini dikurangi, dananya bisa digunakan untuk perbaikan sektor infrastruktur yang sangat dibutuhkan.

Memangkas subsidi BMM bisa menaikkan inflasi. Terakhir kali subsidi BBM dikurangi, inflasi melambung dari 5 persen year on year menjadi 8 persen dalam tempo sebulan. Bank Indonesia lalu segera menaikkan suku bunga, yang kemudian berdampak juga memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Bagaimana dampak negatif kenaikan harga BBM ?

Pemerintah punya opsi lain, misalnya menngurangi subsidi BBM secara bertahap, jadi harganya tidak langsung naik banyak. Turunnya harga minyak dunia akhir-akhir ini juga membantu. Tapi semua langkah mundur dari sasaran reformasi akan mengecewakan para investor, yang menaruh harapan besar bahwa Jokowi bisa membuat perubahan pada sektor ekonomi.

Apa tantangan utama yang akan dihadapi perekonomian Indonesia?

Tantangan paling nyata adalah pengurangan dana stimulasi yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat The Fed. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat merasakan dampaknya. Kondisi ini, membuat BI berada dalam tekanan untuk mempertahankan kebijakan uang ketat. Tantangan yang lain, mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang saat ini berada berada pada titik terendah sejak lima tahun terakhir.

Berdasarkan kondisi saat ini, dan melihat tantangan kedepan, apa proyeksi Anda terhadap ekonomi Indonesia dalam beberapa bulan kedepan?

Pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak akan lebih lambat dari kuartal ini, tetapi juga kami tidak melihat bakal terjadi pemulihan dengan cepat. Harga-harga komoditas akan tetap rendah, yang tentu saja bisa mendorong ekspor serta investasi. Sedangkan kebijakan moneter tampaknya masih akan diperketat demi mencegah melebarnya defisit anggaran berjalan.

Jokowi menawarkan prospek baru dengan mendorong kebijakan ekonomi yang selama bertahun-tahun ditunda, tetapi kendalanya cukup berat, dia harus berhadapan dengan parlemen untuk menegosiasikan kebijakannya, dan Jokowi kami nilai masih kurang pengalaman di panggungnasional. Jadi upayanya bisa saja gagal. Saat ini, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun depan sekitar 5,0 persen.

Gareth Leather adalah ekonom dari Capital Economics, sebuah lembaga konsultan dan penelitian ekonomi yang berpusat di Inggris.