1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fidel Castro Ingin Bertemu Paus

28 Maret 2012

Paus Benediktus XVI, hari Rabu (28/03) melangkah ke panggung tertinggi di Kuba, dalam rangkaian kunjungan yang diawali dengan kecaman terhadap komunisme dan akan diakhiri pertemuan dengan Fidel Castro.

https://p.dw.com/p/14TNc
Kunjungan bersejarah Paus Benediktus XVI ke KubaFoto: dapd

Pemimpin 1,2 milyar umat Katolik dunia itu akan berpidato di hadapan ratusan ribu orang atau lebih, di tempat yang biasanya dipakai Fidel Castro (85 th) untuk menyampaikan pidato revolusioner berapi-api selama berjam-jam, di depan massa.

Paus diharapkan tetap menyerukan dilakukannya perubahan di negara komunis itu. Pemimpin umat katolik berusia 84 tahun itu sebelumnya telah bicara bahwa Kuba membutuhkan rekonsiliasi dan masyarakat yang lebih terbuka.

Dalam pembicaraan hari Selasa (27/03) dengan presiden Raul Castro, yang merupakan adik Fidel Castro, Paus menekankan pentingnya sebuah peran yang lebih besar buat gereja dan meminta pemerintah Kuba mempertimbangkan untuk menetapkan paskah atau peringatan hari kematian Yesus, sebagai libur nasional.

Presiden Kuba sebelumnya yakni Fidel Castro, menetapkan Natal sebagai hari libur nasional, menjelang kedatangan Paus Johanes Paulus II pada tahun 1998. Keputusan pada masa itu, membantu memperbaiki ketegangan yang sebelumnya terjadi antara pemerintah komunis Kuba dengan gereja Katolik Roma.

Paus Benediktus juga telah menyampaikan sejumlah permintaan kemanusiaan kepada pemerintah Kuba, tanpa memberikan penjelasan detail mengenai hal itu. Diperkirakan, permintaan Paus itu terkait nasib kontraktor asal Amerika Serikat, Alan Gross, yang divonis 15 tahun penjara karena membangun jaringan internet tanpa ijin di negara komunis itu.

Fidel ingin bertemu Paus

Hari Selasa (27/03), Fidel Castro, dalam kolom “Refleksi” menulis bahwa ia ingin bertemu langsung dengan Paus Benediktus. “Dengan senang hati, saya akan menyapa yang mulia Paus Benediktus XVI sebagaimana yang pernah saya lakukan dengan Paus Johanes Paulus II” tulis Castro, yang kini telah pensiun dari dunia politik tapi sekali waktu masih menulis kolom dan bertemu dengan para pemimpin dunia yang mengunjungi Kuba.

Fidel mengatatakan bahwa ia telah meminta “hanya beberapa menit dari jadwal Paus yang padat, setelah mengetahui dari Menteri Luar Negeri Bruno Rodriguez bahwa pertemuan yang sederhana akan membuat Paus merasa senang”.

Paus Benediktus, sebelumnya tanpa ragu-ragu mengkritik rejim komunis Kuba. Dalam penerbangan ke Meksiko sebelum menuju Kuba, Paus mengatakan bahwa komunisme tidak berkait dengan dunia nyata, dan Kuba memerlukan model ekonomi yang baru.

Saat mengunjungi Santiago yang menjadi kota tujuan pertama di Kuba, Paus menyampaikan kritik halus saat ia berdoa agar "Virgin of Charity of El Cobre" membimbing masa depan bangsa tercinta ini di jalan keadilan, perdamaian, kebebasan dan rekonsiliasi.

Masyarakat yang lebih baik

Dalam misa di Santiago, Paus mendorong masyarakat Kuba untuk berusaha membangun masyarakat yang baru dan yang lebih terbuka. Sebuah masyarakat, yang kata Paus, lebih pantas bagi kemanusiaan.

Presiden Raul Castro telah mengumumkan keinginan untuk mengubah tujuan ekonomi negara itu untuk lebih memperkuat komunisme di masa depan. Namun wakil presiden Marino Murillo telah menegaskan bahwa perubahan itu tidak akan mengubah sisem politik dengan partai tunggal komunis di Kuba.

“Tak akan ada reformasi politik di Kuba” kata Murillo dalam konferensi pers di Havana, untuk menyambut kedatangan Paus Benediktus. Ia menambahkan bahwa “Kami hanya bicara soal pembaruan model ekonomi agar sosialisme kami lebih bisa berkelanjutan”. Murillo menegaskan bahwa pemerintah menyambut baik semua ide, tapi tak akan memperbolehkan ide itu diterapkan di Kuba.

Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Vatikan, Federico Lombardi mengatakan “Gereja Katolik tidak sedang mencoba menerapkan solusi. Kami tahu, sejarah Kuba itu panjang dan kompleks"

Paus Benediktus XVI ingin pemerintah Kuba memberi ruang bagi gereja Katolik untuk melakukan lebih banyak pendidikan dan pekerjaan sosial. Pemimpin Vatikan juga ingin melihat kebangkitan agama di negara komunis tersebut.

Andy Budiman/ rtr

Editor: Agus Setiawan