1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Protest Ultraorthodoxe

28 Desember 2011

Sekitar sepuluh persen penduduk Israel menganut aliran ultraortodoks, yang sangat konservatif dan sebagian siap melakukan kekerasan. Mereka meludahi anak perempuan karena anak itu berpakaian tidak sesuai aturan agama.

https://p.dw.com/p/13agP
Yahudi Ultraortodoks (Foto: UPI)
Yahudi UltraortodoksFoto: picture alliance/landov

"Jangan biarkan Israel menjadi Iran" atau "Bebaskan Israel dari paksaan agama" adalah beberapa slogan yang diusung ribuan pengunjuk rasa yang berkumpul di Beit Shemesh, kota yang terletak antara Yerusalem dan Tel Aviv. Para demonstran datang dari berbagai penjuru negeri, menuntut hak dasar dan kebebasan.

Beit Shemesh dihuni mayoritas Yahudi ultraortodoks. Mereka ingin menerapkan gaya hidupnya sebagai aturan dalam kehidupan publik, dan harus dipatuhi semua orang, termasuk warga yang tidak religius. Perempuan harus duduk di bagian belakang bus. Bahkan harus ada pemisahan trotoar untuk laki-laki dan perempuan. Kaum radikal Yahudi itu bahkan menuntut pemisahan laki-laki dan perempuan dalam antrian di kasir pasar swalayan.

Warga Israel Menolak Segregasi

Para demonstran memprotes rancangan peraturan segregasi itu sebagai kemunduran era demokratis. Tidak hanya mereka, Presiden Israel Shimon Peres juga menjaga jarak dari kaum itu.

Katanya, "Tidak ada yang berhak mengancam anak perempuan atau perempuan dewasa dengan berbagai cara. Mereka bukan penguasan, tapi warga Israel sama seperti lainnya. Tidak ada kelompok yang bisa menentukan, bahwa mereka berkuasa di mana pun. Jangan menyerahkan semua tanggung jawab pada polisi. Seluruh rakyat harus menyelamatkan mayoritas dari minoritas yang menggerogoti tonggak demokrasi."

Na'ama Diludahi Kaum Ultraortodoks

Korban pelecehan kaum ultraortodoks di Beit Shemesh yang paling disoroti adalah anak perempuan berusia tujuh tahun, Na'ama. Ia selalu jadi sasaran hinaan dan diludahi para pria berpakaian khas Yahudi ultraortodoks saat berjalan menuju sekolahnya. Na'ama jadi sasaran mereka karena dianggap berpakaian tidak sesuai adat ultraortodoks. Wartawan televisi resmi Israel merekam kejadian itu dan film documenter mengenainya memancing kemarahan kaum sekuler Yahudi.

Seorang Yahudi konservatif di Beit Shemesh membenarkan aksi kaum ultraortodoks. Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Israel ia mengatakan, "Sudah benar mereka meludahi gadis tujuh tahun kalau ia tidak berpakaiann sesuai aturan Yahudi. Apa masalahnya? Ada rabi yang mengizinkan kita dan mengatakan bagaimana caranya berjalan di muka umum dan bagaimana caranya perempuan bersikap, jika ia berjalan di muka umum."

Ultraortodoks Menyerang Polisi

Demonstrasi Yahudi Ultraortodoks di Beit Shemesh, Israel menuntut pemisahan fasilitas umum untuk laki-laki dan perempuan. (Foto: AP)
Demonstrasi Yahudi Ultraortodoks menuntut pemisahan fasilitas umum untuk laki-laki dan perempuan.Foto: dapd

Kaum ultraortodoks tidak suka jika media Israel melaporkan pada dunia tentang hal berbau fundamentalis di Beit Shemesh. Mereka mencari kambing hitam dan membalas dendam. Beberapa hari lalu sekelompok besar kaum ultraortodoks menyerang dua tim kamera, salah satunya tim jurnalis stasiun televisi resmi Israel.

Selain itu kaum ultraortodoks melempari polisi dengan batu dan membakar sejumlah tong sampah umum. Kaum ultraortodoks juga berdemonstrasi menentang pemerintah kota dengan memasang kembali rambu jalan yang dicabut aparat. Rambu itu menunjukkan pemisahan trotoar untuk laki-laki dan perempuan. Ketika polisi mencabut rambu itu, para demonstran ultraortodoks menari mengitari polisi dan mengumpat polisi dengan sebutan "Nazi".

Sebastian Engelbrecht/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk